6. Beautiful and Bright

3.6K 372 8
                                    



"Hidup lo tuh bakal susah kalau lo sok-sokan mau ikutan kayak Lambe Turah."




Cassandra sibuk mengamati di mana posisi ojek online yang baru ia pesan. Sudah tiga menit namun belum juga terlihat, padahal jelas sekali di layar ponselnya, ia hanya perlu menunggu waktu dua menit. Sementara itu, Cassandra semakin gelisah karena Dwi terus saja berada di sisinya. Semenjak tragedi jam tangan yang dipicu oleh Nathan, Cassandra merasa hidupnya tidak akan lama lagi. Cassandra sangat yakin ia akan menjadi bahan gosip tim mereka siang itu.

Semua reporter dan asred masih menunggu Nathan keluar dari restoran setelah ia menyelesaikan transaksi pembayaran. Tidak disangka mereka makan cukup banyak siang itu dan hal itu tidak memberatkan Nathan sama sekali. Ia bahkan memesan menu tambahan untuk mereka tanpa menanyakan para reporter terlebih dahulu. Hardi tentu saja dengan senang hati menghabiskannya.

Tiba-tiba Dwi menyubit pelan pinggang Cassandra. "Kok lo nggak balas di group?" tanya Dwi.

Cassandra sedikit risih namun terpaksa tersenyum. "Jawab apa, Mbak?" Ia berusaha untuk mengatur cara bicaranya agar tidak terlihat gugup, namun ia bukan seorang aktris yang baik.

"Lo jadi salting gitu, San," kata Hardi. "Malu ya karena sudah makan banyak? Gila lo! Paket bento bisa habis dalam waktu 15 menit, terus ditambah menu tambahan. Luar biasa!" Hardi bertepuk tangan.

"Si bego." Dwi memukul bahu Hardi. "Dia ini gugup pasti karena Nathan. Iya kan, San? Coba cerita ke kita, kenapa jam tangan lo bisa di rumah sakit? Lo bilang selama libur kemarin lo ada di Bogor, terus lo piket Minggu tapi masih di Bogor. Kapan lo ke rumah sakitnya?"

Melihat Cassandra yang dipojokkan Dwi, Dani pun menyela. "Sudah deh. Masa anak buah nggak boleh jenguk bosnya. Wajar kali."

"Nggak wajar kali. Kenapa dia jenguk tapi nggak ngajak kita?"

"Ya positive thinking saja," sahut Dani.

"Gue curiga nih... Jangan-jangan lo tahu sesuatu ya, Dan. Tentang ini anak sama Nathan."

"Ya ampun, Wi. Hidup lo tuh bakal susah kalau lo sok-sokan mau ikutan kayak Lambe Turah."

"Ish..." Dwi mencibir Dani. Mereka masih memperdebatkan masalah jam tangan itu namun kembali menutup mulut ketika Nathan bergabung bersama mereka.

"Lho, belum pada jalan?" tanya Nathan. Ia menyenggol lengan Hardi. "Bawa motor, Har?"

"Bawa dong, bos. Everyday kan," jawab Hardi.

"Lo, Wi. Sama siapa dan mau ke arah mana?" Nathan menunjuk Dwi dengan ponselnya.

"Numpang Hardi sampai Blok M, lanjut ke Lebak Bulus."

"Kalau lo balik ke kantor kan, Dan?"

"Hm." Dani mengangguk-angguk. "Lo juga kan?"

"Nah, itu dia. Gue mau ke arah Tanah Kusir sih. Janjian sama orang."

"Lo mau ke kuburan, Nat? Janjian sama setan??" ledek Dani.

"Orang... Kalau setan berarti elo dong?" Nathan tertawa puas. "Sa, kamu ke arah BSD kan? Bareng saya saja."

Tiga member lainnya serentak menanti jawaban Cassandra. Sementara sang objek mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel. Pengendara ojek online yang ia pesan ternyata tidak bisa menjemputnya karena ban motornya bocor. Cassandra menggigit bibir bawahnya.

LUNCH BREAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang