Persabatan yang mulai terjalin

2 1 0
                                    

🌟🌟🌟

Sea menunggu diruang UKS, sudah sejam lebih Sasa tidak sadarkan diri. Keadaanya benar-benar buruk sekarang. Kecemasan dan kekhawatiran nampak jelas dari raut wajah Sea. Air mata yang sedari tadi mengalir pun tak henti-hentinya.

Sea yang duduk di sebelah Sasa langsung menggenggam tangan Sasa dengan erat. Entah, sebelumnya Sea tak pernah se-khawatir ini pada seseorang. Dan yah, Sea pernah memiliki seorang sahabat yang sama seperti Sasa, bahkan bisa dibilang mirip.

Sahabat Sea adalah Karina Olivia, sahabat kecil Sea ini adalah mantan kekasih Art, yang nasipnya berujung tragis.

Karina adalah sahabat Sea sedari SD sampai SMP, namun takdir berkata lain, gadis yang dia kenal sosok yang ramah, penyayang dan bahkan seorang perempuan bak malaikat harus merenggang nyawanya pada saat mereka masih duduk dibangku kelas 3 SMP.

Tragisnya adalah Karina tidak meninggal dengan keadaan wajar, melaikan dia meninggal karena di tabrak oleh pengendara beroda empat didepan sekolah pada saat Art menjemputnya.

Mobil dan orang yang menabrak Karina sampai saat ini tidak ditemukan, bahkan kasus kematian Karina sudah tidak dibuka oleh pihak keluarganya.

•••

Sea menarik nafasnya panjang, tiba-tiba saja tangan Sasa mulai bergerak, dan matanya mulai mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Sasa! Lo udah bangun, syukur lo gak sampe dibawah kerumah sakit." ucap Sea senang.

Pasalnya dokter tadi menyebutkan kalo Sasa tidak bangun sejam lagi maka harus dibawah ke rumah sakit.

"Gu,e di man,a" ucap Sasa sambil memegang kepalanya.

"Udah, lo tenang sekarang lo lagi di UKS, tadi lo sempat pingsan Sa." ucap Sea.

"Gue gak mau disini, bawa gue pergi." ucap Sasa.

"Tapi, kata dokter..." belum sempat melanjutkannya Sasa langsung memotong perkataan Sea.

"Plies bawa gue keluar dari sini, gue mohon bantu gue." mohon Sasa.

"Hmm, oke-oke. Tapi kita kemana Sa?" tanya Sea.

Sea berfikir bahwa tidak mungkin dia membawa Sasa ke kelas dengan keadaan seperti ini, pasti semua anak-anak akan menanyakan perihal kejadian tadi.

"Antar gue pulang." ucap Sasa lemas.

"Tapi, gue gak tau rumah lo Sa." jujur Sea. Bahkan Sea tidak mengenal sosok Sasa.

"Jalan Gatot Subroto, perumahan Emas, nomor 155." ucap Sasa memberitahu Sea tentang alamat tempat tinggalnya.

"Baiklah." ucap Sea dan langsung menggotong tubuh Sasa.

Sasa yang melihat perilaku Sea langsung tersenyum, tak ada teman sebaik Sea, bahkan ketika dia berada di Australia lalu.

"Makasih udah nolongin gue, dan gue mohon sampe dirumah, lo jangan beri tahu Bunda gue soal kejadian tadi." ucap Sasa.

"Terus, gue harus ngomong apa kalo bunda lo nanya?" tanya Sea.

"Bilang aja gue lagi sakit!" ucap Sasa.

Jln.Gatotsubroto. Perumahan Emas nomor 151.

"Tekneng...tengneng...tengneng..."

"Aduh siapa sih jam segini gangguin, apa mungkin Sasa?" ucap wanita paruh baya.

"Bi... Bi Mona..." teriak Lusita kepada Mona pembantu mereka.

"Iya, nyonya ada apa?" tanya Mona.

"Tolong bukain pintunya, ada tamu." ucap Lusita.

"Baik non" ucap Bi Mona langsung meninggalkan Bunda Sasa yang sedang asik membaca majalah.

"Iya sebentar." teriak Bi Mona.

Bi Mona membukakan pintu utama rumah mereka, dan mendapatkan Sasa yang dalam keadaan lemas seperti orang yang kehabisan tenaga.

"Ya Allah gusti, non Sasa kenapa atuh, kok sampe kayak gini sih." panik Bi Mona.

"Nanti didalam saya ceritain ya bi, untuk sementara ini persilahkan saya masuk dulu, soalnya pegel tangan saya nih, angkat kerbau." ucap Sea tanpa berpikir.

"Emang non bawa kerbau? Kerbaunya dimana non?" tanya bi Mona bingung.

"Ampin bi, persilahkan saya masuk, berat atuh bi angkat Sasa." ucap Sea dengan raut wajah cemberut.

Sasa yang mendengar percakapan keduanya langsung saja tertawa kecil.

"Eh alah, iya non silahkan masuk."

"Nyonyaaa." Panggil bi Mona.

Panggilan keras bi Mona membuat Lusita kaget bukan main.

"Ada apa sih bi, teriak-teriak. Saya tidak budek bi, ada apa?" tanya Lusita.

"Itu nyonya, non Sasa."

"Sasa kenapa?

"Itu non Sasanya lagi,"

"Bi Mona, ngomong yang jelas. Sasa kenapa?"

"Non Sasa lagi diruang tamu, dianterin sama temannya."

"Lah, terus kenapa?"

"Tapi, keadaan non Sasa lemes Nyonya."

"What?"

Tanpa mendengar perkataan lagi dari bi Mona, Lusita langsung saja berlari menuju ruang tamu.

Didapatinya Sasa yang sudah tidak ada tenaga sedikitpun, rambutnya acak dan bajunya yang sudah kotor ditambah lagi ada luka memar di sudut bibirnya.

"Ya Allah Sasa!" teriak Lusita panik.

Guys, gue lelah ngetiknya. Bayarnya pake vote dan comen yah:)💚

No More DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang