Ayah Yunho Ibu Yoona

1.3K 193 2
                                    

Hari ini hari Sabtu. Ayah Yunho dan ibu Yoona sedang tenang-tenangnya duduk di ruang tengah. Ayah yang baca koran dan ibu yang merajut sweater untuk anak-anaknya, untuk dipakai di musim dingin.

Tapi tiba-tiba suasana tenang itu jadi ribut. Si Seongwoo yang kangen dengan ayah ibunya yang selama lima hari kemarin sibuk di Belanda.

"Ayah! Ibu! Uwu kangeeeeennnnn!!!!"

Cih. Kangennya sama ayah ibu, nduselnya di gendongan Daniel. Lihat itu, si Uwu lagi manja-manja digendong Daniel koala style. Bikin ayah dan ibu gemas sama keakraban dua saudara angkat itu. Changmin aja kadang sampai jeles setengah mati karena Uwu kadang lebih memilih Daniel daripada dia.

Lagian, salah sendiri Changmin hyung kan, sibuk.





"Katanya kangen sama ayah ibu. Kok peluknya Daniel?" tanya ibu yang kini tengah merajut sweater untuk si Uwu. Warnanya peach. Cocok sekali untuk kulit putihnya.

"Habis Nyel enak buat dipeluk. Uwu cuma ngomong kangen aja. Gak pengen peluk."

Ayah terkekeh mendengar jawaban Seongwoo. Anak bungsunya itu memang ajaib. Kalau bicara suka seenaknya, tapi tidak bikin marah, biarpun kadang nyelekit. Aduh, lagian siapa sih yang bisa marah sama si Uwu tukang koleksi bucin? Yang ada kalian malah cooing karena keimutan dia yang tiada tara itu.

"Iyadeh iyadeh." Ayah maklum. Posisinya sebagai bucin nomor satu si Uwu sudah lama bergeser sejak Daniel datang dan menjadi bagian keluarga mereka. Ya, meskipun tidak resmi.

Jadi Daniel itu sekedar tinggal dan menjadi teman bagi si Uwu di rumah. Kalau masalah diangkat anak, itu hanya secara lisan saja. Kalau hitam diatas putih tidak ada. Jadi sampe sekarang ayah dan ibu selalu pengen jodohin Daniel sama Seongwoo. Tapi kalo dilihat-lihat, mereka udah mirip suami istri aja malahan. Saking seringnya gelendotan begitu.

"Oleh-oleh buat Uwu mana yah, bun?" dengan kurang ajarnya si pengoleksi bucin bertanya. Setelah tadi bilang gak mau peluk ayah ibunya, dan kini dia bilang minta oleh-oleh.

Ayah tertawa makin kencang. Si Uwu ini aduh, menggemaskan sekali.

Daniel pun terkekeh mendengar ucapannya. Ia masih bertahan disana. Berdiri. Menggendong si Uwu yang makin ndusel di pundak lebar Daniel. Tidak, tidak berat. Apanya si Uwu ini yang berat. Ranting pohon juga lebih berisi dari badan Seongwoo.

"Ada di kamar Uwu sama Daniel. Kalian lihat, sana. Kasian Daniel gendong Uwu melulu. Capek pasti dia."

Si Uwu mencebik. "Daniel nggak capek kok. Uwu kan ringan."

Ibu Yoona tertawa. Aduh gemasnya. Hm... ibu ini bucin Seongwoo nomor berapa ya?

"Sudah sana. Nanti ibu panggil lagi kalau masakan sudah matang. Uwu dan Niel istirahat dulu."

Kalau nyonya besar sudah bertitah, ayah sekalipun tidak akan menolak. Maka Daniel dan Seongwoo beranjak dari ruang tengah menuju kamar Seongwoo.

Sampai di kamar, Daniel mendudukkan Seongwoo di atas ranjangnya. Membantunya melepas tas dan sepatu Seongwoo. Lalu membantu Seongwoo berganti baju.


Memang si Uwu ini bayi besar.



Menemukan sebuah kotak besar di samping mejanya, Seongwoo memekik kegirangan. Ada banyak oleh-oleh yang diberikan ayah dan ibu.

Seongwoo ini memang suka sesuatu yang vintage dan klasik. Ia memekik kegirangan lagi karena melihat dua pasang klompen, sepatu khas Belanda yang berwarna keemasan. Satunya berwarna biru.

Ada lagi buku diary yang sangat cantik dan desainnya yang unik. Ah, pasti ibu yang memilihnya. Ibu tahu selera Seongwoo seperti apa.

Lalu ada banyak cokelat dan snack kecil dari Belanda. Ah, Seongwoo sukaaa!

Daniel tersenyum melihat antusiasme Seongwoo ketika mendapat hadiah. Begitu imut.

Setelahnya Seongwoo membawa cokelat itu bersamanya. Ia duduk di samping Daniel. Membuka pembungkus cokelat itu, dan menggigitnya. Hmm... enak sekali!

"Nyel, ini enak. Kamu mau?" Seongwoo menyodorkan cokelat itu pada Daniel setelah menggigitnya lagi.

Daniel mengangguk. Tetapi ia tidak menggigit cokelat di hadapannya. Melainkan beralih mengecup bibir Seongwoo. Merasakan cokelat khas Belanda itu dari mulut Seongwoo.

Pluk! Cokelat itu terjatuh dari genggaman Seongwoo. Tangan Seongwoo beralih mengalung ke leher Daniel. Tubuhnya terangkat. Duduk di pangkuan Daniel yang hangat dan empuk, juga nyaman.

"Hmmmhhhh..." desah si Uwu.

Daniel makin gencar setelah mendengar desahan hyungnya. Jemarinya beranjak dari pinggang Seongwoo turun menyusuri pinggul ke pantat Seongwoo yang montok itu.

Meremas dengan kuat. Menghasilkan desahan yang makin gencar.

"Aaahh..." Seongwoo melepaskan bibirnya dari bibir Daniel. Memilih untuk mendongak dan menikmati remasan Daniel di pantatnya yang makin montok itu.

Mulut Daniel tak tinggal diam. Daniel mulai menelusuri leher Seongwoo. Mengecup disana dan menjilat sensual. Membuat Seongwoo bergerak tak nyaman di pangkuan Daniel.

Menggesekkan pantatnya dengan kejantanan Daniel yang mengeras karena digesek seperti itu.

"Ahh... Nnnieeelllhhh... hmmmhhh..."

Daniel mengarahkan tangannya ke tengah-tengah tubuhnya dan Seongwoo. Mencari sesuatu.

"Nyyaahhh... ahh..." ya. Lebih tepatnya menggenggam penis mungil Seongwoo.

Kasihan, penis itu menangis karena meminta dipuaskan. Lihat saja penis itu sudah basah. Ingin segera sampai ke puncak.

Jemari Daniel menggenggam penis mungil itu. Menaik turunkan tangannya membawa kenikmatan bagi Seongwoo yang kini tengah mendesah dengan ribut. Terlalu nikmat. Pertama kalinya Seongwoo disentuh, dan senikmat ini. Rasanya ia terbang.

Tak lama kemudian, Seongwoo mencapai puncaknya. Mendesah dengan lega ketika pelepasannya sudah tercapai. Rasanya sangat menyenangkan bagi Seongwoo.

"Ahh..." Seongwoo-nya lemas. Daniel terkekeh. Mengecup kening Seongwoo yang penuh keringat lalu membaringkan tubuh kurusnya di atas ranjang. Mengambil tisu basah di nakas samping ranjang, lalu mulai membersihkan tubuh Seongwoo dari sisa spermanya.

Iseng, Daniel mencolek lelehan sperma Seongwoo lalu menjilatnya. Astaga! Rasanya manis! Semanis si Uwu yang pipinya kini kemerahan karena gairah.

Si pengoleksi bucin itu kini tengah mengorok dengan manisnya. Bibirnya terbuka sedikit. Uh, menggemaskan sekali.

Setelah membenarkan celana Seongwoo, Daniel kini berbaring di samping tubuh Seongwoo. Memeluknya, yang langsung disambut Seongwoo dengan melingkarnya lengan kurus di pinggang Daniel.

Mereka berdua terlelap dengan penuh senyuman.










































halo reeekkk~~~ thanks buat yang sudah membaca yaaa hehehe

Brother Like A LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang