Jimin baru pulang dari kantor terakhirnya, hela nafas lelah, pikirannya kacau sekali. Belum lagi lapar, bikin suasana hatinya gusar.
Banyak berpikir. Sampai sekarang belum dapat pekerjaan sama sekali -padahal udah mau genap 2 bulan. Ingat perkataan mamanya yang bilang kalau sampai 3 bulan Jimin jadi pengangguran, bakal ngelanjutin usaha restoran papanya.
Jimin itu musuhan sama papanya, bukan berarti benci. Memang musuhan sejak kecil, papanya galak abis. Jimin dulu suka nangis kalau berhadapan sama papanya, galaknya itu minta ampun. Tapi tetep aja, gitu-gitu Jimin sayang sama papanya.
Hela nafas sekali lagi. Perutnya lapar, natap ke depan -pas sekali ada toko roti di sana. Otomatis Jimin langsung langkahin kakinya ke toko itu.
Buka pintu, Jimin langsung mencium aroma roti. Manis banget. Jadi tambah laper.
Masuk ke dalam, ambil nampan dan capitan. Langsung aja ambil roti yang menurutnya murah dan enak.
Selesai, Jimin langsung langkahin kaki ke arah kasir. Raba kantong dan ambil dompetnya, pas diliat tinggal uang merah satu dan biru satu. Jimin hela nafas lagi, kemudian ngambil uang berwarna biru dan diserahin ke mbak kasirnya.
"Nih mbak, saya ga ada uang kecil, maaf ya," ucap Jimin sambil ngasih uang birunya.
Tapi tunggu -mbaknya kayak cowok.
Tapi kok manis? Cantik pula.
Jimin merasa aneh, akhirnya malah ngelamun. Ga lama tersadar dari lamunannya karena ada suara cowok yang nyadarin.
"Halo? Kenapa ngelamun? Gamau uang kembaliannya?" tanya pemuda manis itu sambil natap Jimin datar.
Mau gimana juga dia udah biasa dipanggil dengan sebutan 'mbak'. Ga cowok, ga cewek, semuanya sama aja.
"E-eh iya maaf mbak. Eh tapi mbak kok kayak cowok, tomboi ya?" tanya Jimin natap pemuda di depannya yang dia kira perempuan. Ngambil uang kembalian juga plastik rotinya.
"Saya cowok tulen. Bukan cewek," balas pemuda manis itu. Masih dengan tatapan datar.
"E-eh, maaf ya saya gatau. Manis sih, saya kira cewek," ucap Jimin sambil nyengir.
"Gapapa, saya udah biasa," balas pemuda manis itu. Masih sama, datar.
Jimin lirik pin nama yang ada di baju pemuda manis itu. "Min Yoongi, ya" Jimin membaca dalam hati.
Kebiasaan Jimin. Ada yang cakep dikit, sikat. Kerdus sekali memang.
.
.
.
Semoga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAKERY | MinYoon
Fanfiction❝ Yoongi kira kesehariannya akan tetap menenangkan seperti biasa. Tapi, semenjak kedatangan seorang pengangguran bernama Park Jimin di toko rotinya, Min Yoongi tidak lagi mendapatkan hari-harinya yang menenangkan. ❞ BxB ©Jeonsgucci
