Hari itu hari Senin bulan Januari di tahun 2017. Seorang gadis menggunakan seragam putih abu-abu sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Jam sudah menunjukkan pukul 06.28 dan dua menit lagi, gerbang yang berjarak 10 meter darinya akan ditutup. Ia mempercepat langkahnya. Gadis itu sudah sampai di depan gerbang. Ia memandang tulisan besar di atas gerbang itu, yang mana tertulis SMA Widya Bhakti.
Namanya Larasha Talitha gadis berusia 15 tahun, dan suka makan durian. Bisa dipanggil Rasha, Acha, Raras, Laras, Talitha, Asha, atau apapun itu yang kalian suka. Hobinya menyanyi, sebenarnya ia sangat berbakat namun ia kurang percaya diri untuk menunjukkan bakatnya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui bakat menyanyinya. Rasha adalah salah satu siswa dengan nilai akademik yang di atas rata-rata. Sebelumnya, ia dan orang tuanya tinggal di Bandung. Namun karena papanya mendapat panggilan pekerjaan, ia sekeluarga mau tidak mau harus ikut pindah ke Jakarta. Dan di sinilah dia sekarang. Di kota metropolitan dengan sejuta kesibukannya.
Hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di SMA Widya Bhakti. Untungnya di hari pertama ini, ia tidak terlambat. Karena dalam sejarah kehidupan Rasha, gadis itu belum pernah terlambat sama sekali untuk urusan jam masuk sekolah. Kalau saja hari ini dia terlambat, berarti dia sudah mencetak rekor terlambat masuk sekolah pertama kali selama 15 tahun hidup di dunia.
Ia berjalan melewati lapangan dan lorong-lorong kelas. Tatapannya menyapu seluruh sudut sekolah. Ia berjalan dan mengamati bagian-bagian dari sekolah ini. Gadis itu akan menghabiskan masa SMA-nya ditempat ini. Ia terus berjalan mencari ruang kelas 10-ipa 1. Menurut informasi dari papanya kemarin, ia dimasukkan ke kelas ipa 1 karena memang nilai rapor dari sekolah sebelumnya menunjukkan kalau dia termasuk siswa pandai.
Ia melewati lapangan basket dan tatapannya terpaku pada seorang lelaki yang sedang duduk di pinggir lapangan sedang meminum air mineral. Lelaki itu mengenakan seragam olah raga, rambutnya acak-acakan dan tubuhnya berkeringat. Sepertinya ia sengaja datang lebih awal agar bisa bermain basket sebelum jam pelajaran olah raga. Rasha berniat bertanya kepada lelaki itu dimana tempat kelas 10-Ipa 1. Rasha menghampiri laki-laki itu.
"Permisi, mau nanya. Ruang kelas 10-Ipa 1 di mana ya?" tanya Rasha.
"Anak baru ya?" Rasha mengangguk.
"Lapangan ini lo lurus aja ke sana, belok kanan dikit itu ntar kelas lo ada di situ" lanjut lelaki itu.
"Oh gitu, terima kasih banyak ya. Gue duluan" jawab Rasha setelah mengetahui letak kelasnya.
"Eh bentar, nama lo siapa?" tanyanya sambil berdiri menyetarakan posisinya dengan Rasha.
"Nama gue Larasha Talitha, lo bisa panggil gue Rasha, gue pindahan dari Bandung dan lo orang pertama yang ngajak gue kenalan di sini hehe" cengir Rasha memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal Sha, semoga masa SMA lo menyenangkan di sini" timpal lelaki itu.
"Iya salam kenal juga, oiya nama lo siapa?" tanya Rasha.
"Nama gue Alrafa Ananta. Lo bisa panggil gue Rafa atau boleh juga kalo lo panggil gue ganteng" cengir Rafa.
"Ah apaan sih pede banget lo hahahaha" mereka tertawa bersama.
*
Rasha mengetuk pintu dan menyentuh gagangnya. Ia membuka pintu tersebut. Terlihat seorang wanita berusia sekitar 35 tahun sedang berjalan ke arahnya.
"Permisi Bu, saya Rasha, anak baru. Pindahan dari Bandung" Rasha memperkenalkan dirinya.
"Oh ini ya yang namanya Rasha? Kalau begitu, ayo Rasha silahkan masuk" ajak guru tersebut. Rasha menjawab dengan anggukan sopan.
Seisi kelas seketika ramai ketika Rasha memasuki kelas tersebut. Bu Dini merangkul Rasha dan mengarahkannya ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.
"Anak-anak dimohon kondusif, ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Bandung. Silahkan perkenalkan diri kamu, Rasha" ucap Bu Dini.
"Namaku Larasha Talitha, kalian bisa manggil aku Rasha, aku pindahan dari Bandung. Salam kenal, seneng bisa ketemu sama kalian" ucap Rasha dengan sopan dan tidak mengeluarkan kata lo-gue nya.
"Hai Rasha, salam kenal ya" sapa seluruh anak di kelas barunya.
"Iya salam kenal juga" sahut Rasha.
*
Belum sehari, Rasha sudah memiliki banyak teman. Di kelas barunya, Rasha duduk sebangku dengan Vani, dan didepannya ada Allin yang sebangku dengan Dinda. Mereka cepat sekali akrab dan Rasha pun pandai untuk berbaur dengan teman baru.
Lima menit lagi, bel masuk akan berbunyi. Saat ini Rasha sedang berada di kantin. Duduk bersama tiga temannya--Vani, Allin dan Dinda. Mereka membahas banyak hal sejak kedatangannya ke kantin 40 menit lalu, mulai dari siapa nama guru yang mengajar sejarah tadi, sampai video anak kecil yang menyanyikan lagu Abdullah. Unfaedah memang.
Rafa bersama Ardi sedang berjalan memasuki area kantin. Seketika banyak pasang mata yang tertuju padanya. Mereka mengambil tempat duduk yang tidak jauh dari posisi Rasha saat ini. Rasha mencari sumber perhatian di kantin dan menemukan Rafa sebagai jawabannya. Rasha menatap Rafa. Rafa yang menyadari langsung membalas tatapan Rasha, kemudian tersenyum sangat manis. Siapapun yang melihat senyum itu, mungkin akan speechless. Rasha mengangguk kikuk dan membalasnya dengan senyum tipis. Vani yang keheranan menatap Rasha dan Rafa segera bertanya kepada Rasha.
"Sha lo kenal sama Rafa?" tanya Vani.
"Kenal, tadi pagi gue lewat lapangan terus nanya ke dia. Kelas 10-Ipa 1 itu yang mana" jelas Rasha panjang lebar.
"Lo nggak baper kan Sha? Rafa deket sama banyak orang soalnya, takutnya lo kebaperan terus di PHP kayak orang yang sebelumnya pernah deket sama Rafa" selidik Vani. Kemudian Allin dan Dinda yang sedari tadi fokus dengan baksonya, kini ikutan nimbrung gosip membahas Rasha dan Rafa."Jangan baper ke Rafa ya Sha, pokoknya jangan" saran Dinda.
"Iya Sha, tuh cowok chat di hape nya aja udah kayak asrama putri. Dia emang friendly sih, tapi kebangetan sampe sering ngebaperin banyak orang" timpal Allin.
"Enggak kok gue ga baper. Tadi pagi dia cuma ngasih tau gue tempat kelas kita, terus dia ngajak kenalan. Udah gitu doang. Btw, lo tau dari mana Al kalo di Rafa kayak gitu?" cicit Rasha.
"Gue temen dia dari SMP, gue kenal dia dari gue kelas 7 dulu soalnya pernah sekelas. Dulu si Rafa juga pernah ngebaperin kakak kelas waktu kelas 8 sampe akhirnya kakak kelas itu baper, terus nembak Rafa di kelas. Parah nggak sih tuh orang hahahaha" Allin menceritakan apa yang ia tahu tentang Rafa. Mulai dari kebiasaan Rafa tidur di kelas, makan permen susu yang bergambar panda atau kelinci, dan lain-lain.
"Parah sih parah ini mah si Allin nyeritain semuanya. Gue jadi ngakak dan ga bisa berhenti nih hahahaha" cicit Vani di sela-sela tawanya.
"Ah udah ah dua menit lagi bel, ke kelas sekarang yuk daripada telat. Habis ini pelajarannya Bu Fitri. Sayang kalo ditinggalin, gurunya enak banget kalo jelasin soalnya" saran Dina.
"Yaudah yuk" ajak Rasha, dan mereka berjalan menuju kelas.
*
alhamdulillah bagian 1 sudah selesai ehehe. jangan lupa vote comment yaa, tolong dikoreksi juga barangkali ada typo. kritik dan saran sangat ditunggu. lovyu gaes!😚
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day.
Teen Fiction"Semua hal akan indah pada waktunya" "Lalu, jika ternyata tidak indah?" "Tunggu saja, mungkin memang belum waktunya indah" "Sampai kapan harus menunggu?" "Sampai semua hal indah pada waktunya"