Page 7;

796 153 5
                                    

Jinyoung kembali ke kampus setelah tiga hari di rumah sakit. Kondisinya tak pernah membaik, ia sering memuntahkan apa yang ia makan dan sering pingsan mendadak. Semua yang mengenal Jinyoung selalu waspada kalau – kalau Jinyoung mulai kesakitan.

Terutama Minhyun, ia selalu mengantar dan menjemput Jinyoung, menemaninya ke toilet, menemaninya makan dan menjaga Jinyoung kapan pun ia bisa. Ia juga pindah ke kamar Jinyoung, alasannya untuk menjaga Jinyoung. Minhyun sering terjaga hanya untuk memastikan Jinyoung tak kesakitan di tengah malam.

Jinyoung mulai berhenti dari organisasi secara perlahan. Jinyoung juga sering kerumah sakit untuk sekedar mengurangi kadar sakit yang harus ia tahan. Ia tidak bisa disembuhkan, namun mereka bisa berusaha memperlambat dan mengurangi rasa sakit Jinyoung.

“Daehwi.” Daehwi menoleh saat seseorang memanggilnya dan saat ia tahu bahwa Guanlin lah yang memanggilnya, Daehwi membuang muka dan berjalan pergi.

“Apa Jinyoung baik?” Guanlin tau Daehwi tak akan menanggapinya, Daehwi sangat membenci Guanlin dan ia tau itu. Tapi hanya Daehwi yang tau bagaimana kondisi Jinyoung, sebenarr ada Minhyun. Tapi Guanlin bisa yakin bahwa pria itu hanya akan menghajarnya jika Guanlin bertanya perihal Jinyoung padanya.

“Kau pikir?” Daehwi berucap ketus pada Gunalin dan dengan cepat meninggalkan pemuda Lai itu. Daehwi tidak bisa mengontrol amarahnya saat melihat Guanlin, maka dari itu secepat mungkin ia berusaha menjauh dari Guanlin.

“Tidak.” Guanlin berucap pada dirinya sendiri saat sosok Daehwi tak terlihat oleh jangkauan matanya lagi.

Ia sangat tau Jinyoung tak baik, tapi ia tak bisa melakukan apapun. Guanlin membenci dirinya sendiri karena hal ini.

○●○

Jinyoung menatap Daehwi yang tak henti bergumam tak jelas sedari tadi.

“Hwi kau kenapa?” Jinyoung bertanya, Daehwi mendengus.

“Kau tau si kurang ajar itu tadi memanggilku dan menanyanyakan kondisimu bagaimana. Untuk apalagi dia peduli setelah semua yang dilakukannya padamu, ia hanya mau menjaga mukanya saja agar tak dicap kurang ajar. Menjengkelkan sekali.” Kebiasaan Daehwi saat sedang kesal, ia akan menjelaskan kekesalannya secara tak sadar pada siapapun tanpa memperhatikan objeknya.

Daehwi terdiam saat menatap wajah tenang Jinyoung yang menatapnya.
Ia keceplosan, buruk sekali.

“Ah, sepertinya kau harus banyak makan apel Jinyoung, aku akan membuat kelinci dari apel agar kau semangat memakannya.” Daehwi mencoba mengalihkan perhatiaan Jinyoung.

“Hwi, bisa aku minta bantuanmu?” Daehwi terdiam saat telapak dingin Jinyoung menyentuh kulitnya. Ia menoleh dan menatap Jinyoung yang menatapnya dengan senyuman hangat.

Lihatlah bahkan hati dan kondisi badan Jinoung tak sinkron.
Jinyoung membuat gerakan meminta Daehwi untuk mendekat, Daehwi menurut dan Jinyoung mulai membisikkan permintaannya.

“APA?! Aku tak mau.” Daehwi berucap heboh sambil menggeleng – gelengkan kepalanya. Jinyoung menahan tangan Daehwi dan menggenggam telapaknya.

“Aku mohon, hanya kau yang bisa kumintai tolong….aku tak mungkin memintanya pada Minhyun hyung.” Jinyoung memohon dengan tatapan memelas pada Daehwi. Daehwi menatap tak tega namun ia tak setuju dengan permintaan Jinyoung.

“Untuk yang terakhir kalinya. Ini akan menjadi permintaan terakhir ku padamu, kumohon Hwi-ah.” Daehwi menatap Jinyoung tak percaya.

“Jangan berkata seperti itu…” Daehwi menggenggam balik tangan Jinyoung.

“Aku akan membantumu, permintaan ke berapa pun itu aku akan selalu membantu mu.” Ucap Daehwi akhirnya, Jinyoung tersenyum lebar pada Daehwi dan hati Daehwi menghangat melihat senyuman JInyoung itu.

“Terima kasih, terima kasih Daehwi.” Jinyoung dengan cepat memeluk Daehwi erat dan Daehwi membalas pelukan Jinyoung tak kalah erat.

Setidaknya Daehwi ingin membuat Jinyoung merasa selalu senang bersamanya.

○●○

mungkin udah pada bisa nebak endingnya gimana heuheu
一squirraledeep.

Page 0; For Guanlin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang