Page 8;

846 130 9
                                    

“Kau tak akan pergi?” Seorang pria bertanya pada pria lain yang masih sibuk menatap jalanan dari jendela kamar mereka.

Yang ditanya menoleh, menatap sang lawan bicara, kemudian menarik nafas.

“Aku tak menyangka akan bertemu dengannya dalam kondisi seperti ini.” Pria itu berucap, sang pemilik kontstelasi bintang dipipi kirinya itu meraih tangan orang dihadapannya, menggenggamnya dengan erat.

“Kita tak pernah tau kemana takdir membawa kita.” Ucapnya dengan senyuman.

“Kau sudah siap?” Sang pemilik kontstelasi mengangguk pelan. Lalu keduanya bergerak meninggalkan apartment mereka. Menuju sebuah tempat, dimana seseorang menanti kedatangan mereka untuk sebuah perpisahan yang akan kembali terjadi.

○●○

“Guanlin. Kau masih memiliki rasa padanya, bukan?” Seongwoo bertanya pada Guanlin, membuat Guanlin hampir kehilangan kendali dengan stirnya. Pertanyaan mendadak yang diberikan Seongwoo itu sangat membuat Guanlin terkejut.

Guanlin menatap Seongwoo sekilas sebelum akhirnya pandangannya kembali fokus kejalanan.

“Kau selalu paham bagaimana aku dan hatiku.” Jawab Guanlin setelah diam beberapa saat, Seongwoo tersenyum.

“Maaf, karena membuatmu harus berpisah dengannya. Kali ini untuk selamanya, aku membuat kalian tak bisa bersatu lagi.” Seongwoo menunduk, ia merasa bersalah. Dalam suasana yang menekan bagi Guanlin.

Guanlin menghentikan mobil mereka sejenak demi menggenggam kedua tangan Seongwoo. Ia tidak suka jika Seongwoo sudah bergelut dengan pemikiran seperti itu, ia tidak ingin Seongwoo tertekan dengan pikirannya seperti seseorang dimasa lalu Guanlin.

“Hei, dengar. Ini bukan salahmu. Dia juga pernah meminta maaf padaku karena merasa memisahkan ku darimu. Kau jangan berpikiran seperti itu, ini pilihanku. Aku juga bahagia bersamamu, dan demi apapun itu jangan tinggalkan aku, karena bagiku hanya kamu satu - satunya saat ini dan sampai kapan pun.” Ucap Guanlin meyakinkan Seongwoo dan meyakinkan dirinya sendiri, bahwa yang ia cintai saat ini adalah Seongwoo dan seterusnya akan begitu.

“Terima kasih.” Ucap Seongwoo dan dibalas dengan kecupan singkat dibibirnya oleh Guanlin. Guanlin kembali menjalankan mobilnya. Mereka akan pergi ketempat seseorang yang akan meninggalkan Guanlin dan kenangan mereka.

○●○


Guanlin memarkirkan mobilnya saat tiba ketempat tujuan. Ia dan Seongwoo keluar dari mobil dan Guanlin membenarkan setelan hitamnya, lalu berjalan beriringan dengan Seongwoo memasuki gedung penuh orang itu.

“Kau disini juga, Guanlin.” Suara seseorang yang memanggil namanya membuat Guanlin berpaling.

Daehwi ada disana dengan Somi, tersenyum pada Seongwoo dan menjabat tangan Guanlin.

“Kukira kau tak akan datang.” Ucap Daehwi lagi. Guanlin menggelang.

“Bagaimana pun aku tetap harus melihatnya.” Balas Guanlin yakin.

“Ey, kau mencoba terlihat kuat padahal kau hancur di dalam.” Daehwi masih seperti biasanya, mengungkapkan tanpa ragu apa yang ada dipikirannya. Guanlin hanya tersenyum kecil sebagai balasan.

“Ah, sebentar lagi akan dimulai, sebaiknya kalian duduk.” Somi mengambil alih percakapan, ketiganya mengangguk. Lalu mencari tempat untuk duduk.

Saat duduk mata Guanlin menatap sosok Minhyun yang berdiri di depan sana, terlihat gugup. Sudah berapa lama Guanlin tak melihat sosok Minhyun? 4 atau 5 tahun yang lalu? Sejak pertemuan terakhir mereka di taman kampus dengan Jinyoung.

Dengan aba - aba seseorang yang berasal dari microphone, pintu masuk ruangan yang sudah ditutup kembali terbuka. Guanlin dan semua orang yang ada di ruangan itu menoleh kebelakang, menatap sosok yang berjalan masuk, sang pemeran utama hari ini.

Mata Guanlin terfokus pada sosok itu. Pria dengan pakaian serba putih itu berjalan perlahan, menuju kearah Minhyun. Sudah 5 tahun lamanya sejak Guanlin terakhir kali melihat sosok itu. Sosok yang selalu ia rindukan.

Pria yang tadinya fokus menatap dan berjalan kearah Minhyun, menghentikan langkahnya saat matanya menangkap sosok Guanlin.

Manik keduanya saling menatap. Seakan melontarkan pertanyaan dan menjawabnya.

Apa kabarmu?

Kau terlihat baik.

Bagaimana kondisimu?

Apa disana enak?

Bagaimana hubungan kalian?

Kau terlihat sangat sempurna.

Aku merindukanmu.

Keduanya saling berbicara melalui tatapan.

“Bae, Jinyoung-ssi?” Seseorang dengan microphone kembali memanggil nama itu dan membuat keduanya tersadar.

Guanlin tersenyum, lalu mengangguk. Mengisyaratkan pada Jinyoung untuk kembali berjalan. Jinyoung tersenyum lalu kembali berjalan kearah Minhyun.

Sampai akhirnya keduanya bersanding disana, Jinyoung dan Minhyun dengan pakaian serba putih, saling berhadapan di altar.

Guanlin menggenggam erat tangan Seongwoo, ia tak pernah mengira bahwa takdir akan membawannya pada saat ini.

Buktinya daei sebuah kesabaran dan keteguhan hati berada dihadapannya kali ini.

Dua orang manusia yang eberhasil melewati ujian takdir itu kini berdiri berhadapan, untuk mengikat janji, meski apapu yang terjadi keduanya akan tetap bersama, terhubung oleh sebuah ikatan pernikahan.

“Buah dari kesabaran itu benar - benar indah, Minhyun pasti sangat bahagia sampai menangis seperti itu.”
Seongwoo berbisik pada Guanlin. Guanlin beralih mebatap Minhyun yang sudah terlihat menangis bahagia di depan sana, menggenggam kedua tangan Jinyoung erat.

Buah dari kesabaran Minhyun benar - benar sangat indah.

Semua yang ada diruangan itu bertepuk tangan dan mengucapkan selamat berkali - kali ketika keduanya berhasil mengucap janji dan saling berciuman di depan sana.

Setelah meninggalkan Guanlin selama 5 tahun lamanya, kini Jinyoung akan meninggalkan Guanlin dan kenangan yang pernah mereka isi, selamanya. Jinyoung telah memulai hidup yang baru dengan Minhyun.

Kita benar - benar tak akan pernah tau kemana takdir akan membawa kita.

○end

hehe, bingung tak endingnya? hayo gimana mereka bisa gitu? apa yg terjadi?

squirraledeep

Page 0; For Guanlin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang