Ila kini mundur,kembali ketenpat Diki dan beberapa teman Nathan. Ila khawatir,pasalnya sudah sangat lama Nathan neninggalkan dunia balapan.
Seorang gadis dengan pakaian minim berdiri ditengah area balapan,gadis itu membawa dua buah bendera ditangannya. Kini bendera itu berada diatas kepalanya,dengan segera ia mengarahkan bendera itu kebawah. Pertanda bahwa pertandingan sudah dimulai.
"Nath,gue harap lo baik-baik aja" gumam Ila yang terus memperhatikan laju motor Nathan yang semakin lama semakin jauh.
"Tenang, Nathan pasti baik-baik aja" ucap Rega menenangkan Ila. Ila hanya mengangguk sekilas,ia lebih memilih untuk diam sementara teman-temannya asik berbincang-bincang.
Tiba-tiba seseorang laki-laki berteriak bahwa ada kecelakaan yang menimpa beberapa pembalap. Jantung Ila bekerja 5x dari biasanya,Rega menarik Ila dan menbawanya nenuju lokasi. Sementara Diki dan yang lain segera memanggil ambulans.
Kaki Ila kaku melihat apa yang ada didepannya,Nathan terkapar tak jauh dari motornya beserta darah yang berceceran. Rega berlari begitu mengetahui Nathan terkapar,mencoba menyadarkan Nathan. Air mata Ila jatuh begitu saja,hatinya sakit melihat Nathan. Rasanya ingin ia segera menghampiri Nathan,tapi ia tak bisa,ia terlalu lemas.
Beberapa menit kemudian dua Ambulans datang,dan membawa Nathan dan beberapa yang terlibat dalam kecelakaan segera dilarikan ke UGD. Di belakangnya disusul oleh Ila,Diki,Rega dan teman-teman yang lain.
Sesampainya di rumah sakit,Ila langsung memasuki kamar Nathan. Ia memandang nanar,yang didepannya seolah bukan Nathan. Wajahnya babak belur,sekujur tubuhnya penuh luka. Di tangan kirinya terdapat infus,dan selang oksigen yang mengantung di hidung Nathan. Ila mendekati Nathan,hatinya hancur berkeping-keping.
"Nathan,tidurnya jangan lama-lama. Ila kangen,maaf selama ini Ila jahat sama Nathan" Ila tertawa hambar,tetapi air matanya terus saja mengalir.
"Nathan,tau nggak? Selama ini Ila kira cuma Ila yang nahan sakit sendirian,ternyata Nathan juga sama" Ila menatap Nathan yang terbaring,tangannya memegang jari jemari Nathan.
"Nathan, masih banyak yang sayang sama Nathan. Jangan nyerah ya,Ila tunggu sampai Nathan bangun"
"Nanti kalau Nathan bangun,ayo perbaiki semuanya. Ila janji,bakal baik-baik sama Nathan"
Diki,Rega,Riko yang tadinya ingin masuk untuk melihat keadaan temannya itu terhenti karna kata-kata yang Ila ucapkan sejak tadi membuat mereka mengurungkan niatnya dan tetap berada di depan pintu. Seolah mengerti,Rega mengkode agar dirinya dan yang lain pulang. Mereka bisa kesini besok pagi.
Keesokannya,Nathan terbangun karna sinar matahari yang terang. Metanya mengerjap beberapa kali,mencoba beradaptasi. Setelah beberapa saat ia baru sadar kalau ini bukanlah kamarnya,dimana sekarang? Pertanyaan itu muncul dalam benak Nathan. Ia baru ingat,semalam ia balapan baru beberapa menit dimulai,ia oleng menabrak pembatas jalan karena jalanan licin sehabis hujan. Setelahnya,gelap. Ya,setelahnya gelap.
Kepalanya terasa sakit,mungkin efek karena membentur pembatas jalan. Beruntung ia menggunakan helm,jika tidak mungkin ia akan menyusul Ayahnya di surga,sekarang.
Nathan menoleh ke samping kanan, terdapat seorang gadis yang tertidur dengan posisi duduk dan kedua tangannya menutupi wajahnya. Nathan berpikir kalau itu adalah pacarnya,Tania. Nathan tersenyum,kedepannya ia harus membuka hati untuk gadis sebaik Tania.
Tetapi,pikiran Nathan sirna begitu saja ketika gadis itu bangun dan merenggangkan tubuhnya. Matanya membulat,ia lupa semalam bukan Tania yang berada di arena balapan melainkan Ila.
Gadis itu mengucir rambutnya dan menampilkan leher jenjangnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
"Eh- udah bangun?" Tanya Ila, melihat Nathan yang memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILANA
Teen Fiction"Kamu itu ibarat warna,dan aku adalah kertas putih" ucap Nathan. Setelah sekian lama,dia kembali padaku.