Two

98 7 0
                                    

Ronald memutuskan untuk menghampiri sahabatnya -Bagas- setelah bel pulang berbunyi. Tanpa bertanya kepada Bagas, Ronald sudah tau dimana sahabatnya itu berada. Dan benar saja Bagas terlihat sedang bermain handphone nya dikantin.

Guru rasa siswa ni bocah, ucap Ronald dalam hati.

Tanpa berfikir dua kali, Ronald pun menghampiri Bagas,

"Gas"
"Gimana kelas 11 ips yang sekarang sob?" Tanya Bagas,

"Ada yang genit anjir ama gua, geli banget" jawab Ronald.

Mendengar jawaban sahabatnya itu, sontak Bagas tertawa. Tapi sesungguhnya dia tidak heran pula, ketampanan Ronald tidak dapat dipungkiri. Dan yang ia tahu adalah, ketampanan itu mengalir dari ayah Ronald.

"Najis banget anjir genit ke lo!" Ucap Bagas dengan wajah memerah akibat tertawa terlalu lama.

Melihat respon Bagas yang tidak mengenakan hati Ronald. Ia pun langsung berdiri dan meninggalkan Bagas sendirian. Sesungguhnya, Ronald sudah biasa dengan tingkah dan ucapan Bagas, dia hanya ingin mengerjai sahabatnya itu.

"RONALD IKUT! JANGAN NGAMBEK DONG!!! " Teriak Bagas seraya mengikuti langkah Ronald. Didepan, Ronald tersenyum jahat, rencananya untuk mengerjai Bagas ternyata berhasil.

Untung aja sekolah udah sepi, kan turun karisma gua dikejar-kejar om-om semacem Bagas. Udah tengil, jelek, bawel lagi, ucap Ronald dalam hati.

Akhirnya Bagas mampu menyetarakan langkahnya dengan Ronald, dengan nafas terengah-engah ia memukul pundak Ronald, "tungguin gua kadal"

"Gua mau nginep di kontrakan lo"

Mendengar ucapan Bagas yang meluncur tiba-tiba tanpa adanya aba-aba sontak membuat Ronald menghentikan langkahnya, "Ngapain anjer?"

"Sebagai guru yang baik, gue pengen menyusun materi apa yang akan gue sampein ke murid gue besok. Mumpung besok itu hari pertama belajar materi. Ya gue gabut aja kalau gue sendirian, jadiiii gue mau nemenin dan ditemenin lo" Jelas Bagas.

"Halah, guru macem apa coba yang bentukannya kaya lu?"

"Eh, pulang yuk. Betah amat disini" ajak Bagas tanpa menjawab pertanyaan Ronald yang sebenarnya tidak terlalu --mungkin sama sekali-- penting. Mendengar ajakan Bagas tentu saja Ronald menganggukan kepalanya.

**

Setelah sampai di kontrakan milik Ronald, Bagas langsung merebahkan tubuh nya di kasur. Sedangkan Ronald, ia lebih memilih berjalan menuju dapur dan menyiapkan pecel lele yang sebelumnya telah ia beli. Tentu saja, ia menyiapkan pecel lele itu hanya untuk dirinya sendiri.

"Ogah banget nyiapin makanan buat Bagas, dikira gua istrinya kali? Najis cuih gua bayanginnya. Mending juga gue sama-- " Lamunan Ronald tiba-tiba dibuyarkan oleh Bagas.

"pecel lele gua mana?"

"Ambil sendiri lah, lo kira gua pembantu lo? Udah tua masih aja gasadar. Cari istri sana biar ga nyusahin gua mulu. Dari jaman kuliah suka banget bikin gua repot ya lo kayanya?"

"Iya lagi proses pencarian neh, bawel banget si bapak Ronald satu ini"

Ronald memutuskan untuk tidak menjawab pernyataan basi Bagas yang sebenarnya sudah sering ia ucapkan beberapa tahun kebelakangan ini, tapi tidak kunjung juga ia temukan 'pasangan' yang cocok untuk dirinya.

"Besok gue mau ngajar apa ya? Terus gimana caranya biar murid tertarik ama gue?" Tanya Ronald seraya menyuapkan pecel lele ke mulutnya, Bagas yang baru saja menyiapkan makanannya duduk disamping Ronald sambil berkata, "lo buka baju aja, menarique banget" Jawab Bagas.

Mendengar ucapan Bagas, Ronald sontak memukul kepala Bagas, "Dasar om cabul!"

"Gasopan lu mukul bapak-bapak"

"Kan gua juga bapak-bapak"

"Oh iya"

**

Sudah pukul 23.00 , dan Ronald masih berkutat didepan laptop seraya memikirkan bagaimana agar murid tertarik pada pelajarannya, bukan pada dirinya saja. Secara, Ronald adalah guru matematika yang dimana matematika adalah pelajaran yang tidak disukai banyak murid karena membuat pusing dan sulit dimengerti.

Ronald melirik Bagas yang sudah terlelap, Bagas adalah guru Sosiologi. Yang artinya, Bagas adalah anak sosial, tidak sulit baginya untuk mendapat perhatian muridnya agar fokus pada pelajaran. Menurut penglihatan Ronald ketika Bagas mengajar muridnya, Bagas terlihat enjoy dan muridnya juga fokus memperhatikan apa yang Bagas sampaikan.

Karena Ronald baru mengajar di sekolah itu selama 1,5 tahun. Ia masih memperhatikan beberapa guru yang ia kenal, bagaimana cara ia mengajar, bagaimana cara ia mendapat perhatian muridnya. Kini, ia sedang senang-senangnya memperhatikan Bagas.

Menurut pengalaman sebelumnya, murid hanya fokus kepada Ronald, bukan pada pelajarannya. Dan hal itu membuat Ronald frustasi.

Gimana mereka bisa ngerjain ulangan kalau kerjaannya cuma ngeliatin muka gue?! Keluh Ronald dalam hati.

Pada akhirnya, Ronald menyerah. Ia memilih menutup laptopnya dan merebahkan tubuh nya di lantai, karena tempat tidurnya sudah dikuasai sepenuhnya oleh Bagas. Mengingat Ronald yang merasa dirinya normal, ia merasa risih jika harus memaksakan tidur di samping Bagas. Jadi, ia memilih tidur di lantai.

**

Sebelum adzan subuh berkumandang, Ronald sudah bangun terlebih dahulu. Lebih tepatnya ia terbangun pada pukul 04.00 , sedangkan ia tertidur pukul 23.10 , sudah dapat kalian tebak bukan hanya berapa jam yang Ronald gunakan untuk tidur?

Setelah mencuci mukanya, ia kembali membuka laptop. Mencari materi dan tentu saja mencari ilham 'bagaimana cara membuat murid tertarik pada matematika' . 

Ada beberapa hal yang ia pelajari tentang 'bagaimana cara membuat murid tertarik pada matematika' yang ia cari dan perdalam dari berbagai sumber, bisa dari wawancaranya dengan Bagas dan pencarian dari Google yang ia lakukan hal itu  dari semalam hingga pagi buta ini. Yaitu,

1. Buat dirimu nyaman ketika berada didalam kelas.
2. Jadilah guru baik.
3. Usahakan untuk selalu tersenyum.
4. Sisipkan beberapa 'candaan' ditengah pembelajaran.
5. Dalam mengajar, jangan biasakan untuk berbicara terlalu cepat.
6. Berikan soal setelahnya, hal itu akan memaksa murid untuk memperhatikan dari awal apa yang telah di jelaskan.

Ronald tersenyum puas seraya menatap laptopnya yang berisi materi yang akan ia sampaikan kepada muridnya. Disaat yang sama, adzan subuh berkumandang. Akhirnya, Ronald berdiri dan melakukan apa yang harusnya menjadi kewajiban.

**
"Selamat pagi XI IPS 3"

"Pagi juga pak"

"Hari ini, kita bakalan belajar tentang Sigma"  ucap Ronald.
"Setelah saya jelasin apa itu sigma. Kalian bakal saya kasih soal. Jadiii, saya mohon kalian perhatiin pelajarannya" lanjutnya.

"Pertama, kita harus tau dulu. Apa itu pengertian sigma?"
"Notasi sigma adalah lambang penjumlahan yang beraturan"

**
Ronald menatap murid-muridnya yang sedang mengerjakan soal yang ia berikan dengan wajah puas. Ia merasa kali ini ia berhasil, selama pembelajaran murid banyak yang tertawa dengan lawakan Ronald, banyak yang bertanya jika dia merasa tidak mengerti, banyak juga yang menjawab ketika Ronald bertanya.

Setelah waktu mengerjakan soal habis. Murid-muridnya berhasil mengerjakan dengan sempurna dan itu membuat Ronald semakin bangga.

Tak terasa bel pergantian pelajaran berbunyi. Ronald yang tidak ada jadwal mengajar lagi sampai pukul 13.00 pun memilih kekantin untuk membeli makanan.

Ia merasa cukup senang dan tidak ingin menggerutu perihal pekerjaannya. Padahal biasanya, waktu istirahat ia pergunakan untuk mengomel didepan Bagas. Dasar Bapak-Bapak tidak tahu bagaimana caranya bersyukur.

**

ALVIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang