07 - Azriel (2)

320 21 4
                                    

Setelah sampai di Rumah Sakit, Azriel langsung di tempatkan di atas brankar rumah sakit, dan langsung dibawa menuju UGD.

Tiga puluh menit berlalu, namun dokter belum juga keluar.

Krieet..

Suara gesekan pintu dengan lantai otomatis membuat Shae dan Zhene menolehkan kepala. Di dapatinya dokter dengan jas yang sekarang terdapat noda darah.

"Gimana keadaan temen saya, dok?!" ucap Zhene seraya menghampiri dokter yang berada di depan pintu UGD.

"Teman kalian sekarang sudah membaik, beruntung tadi cepat di bawa kesini sehingga pendarahan yang dialami tidak terlalu fatal, dan juga luka tusukannya tidak terlalu dalam. Mungkin sekitar dua atau tiga minggu, lukanya akan sembuh" ucap dokter tersebut sambil menunjukkan raut wajah yang membuat orang lain merasa tenang.

"Alhamdulillah. Terimakasih, dok" ucap Zhene dan Shae bersamaan.

"Sama-sama, teman kalian sudah kami pindahkan di ruang rawat biasa, untuk masalah administrasi, bisa langsung diurus sekarang," ucap dokter itu kemudian pamit untuk menangani pasiennya yang lain.

---

Satu setengah jam berlalu, namun Azriel belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia ingin membuka matanya.

"Bang, udah chat temen-temen abang?" tanya Shae tanpa mengalihkan pandangannya dari arah Azriel.

"Oh, ya. Abang lupa, bentar ya dek" ucap Zhene setelah itu dia keluar dari kamar rawat Azriel.

Tidak lama setelah itu, suara ribut dari luar kamar Azriel mulai terdengar. Tanda bahwa sahabat-sabahat abang Shae sudah datang.

Krieet....

Suara dorongan pintu itu mau tak mau membuat Shae yang tengah duduk di samping ranjang Azriel menengokkan kepala guna mengetahui siapa yang masuk. Mereka masuk semua, tak terkecuali.

"Dia kenapa?" tanya Dave yang jelas di tunjukkan kepada Zhene dan Shae. Yang ditanya malah semakin membisu. Pasalnya, mereka bahkan sama sekali tidak tau apa yang terjadi dengan Azriel.

Bosan dengan keheningan, Zhene akhirnya buka suara.

"Gue ga tau sama sekali," Zhene menjeda ucapannya sebentar. "Tadi, dia telepon gue, dan gue denger dia kaya orang nahan sakit. Gue panik, makannya gue langsung kesana dan lupa ngabarin kalian," hembusan napas pelan terdengar dari Zhene. Tak lama kemudian, dia melanjutkan kembali kata-katanya. "Pas gue udah sampe sana, gue liat dia udah penuh sama darah, yang gue tau darah itu keluar dari perutnya. Dan sampe rumah sakit, dokter bilang itu luka tusukkan. Yang gue bingungin, siapa yang main kek gini sama Azriel, lu pada tau sendiri kan, gimana orang tua Azriel," ucap Zhene mengakhiri kalimatnya.

"Dia belum sadar sama sekali?" tanya Arsen sambil mendekat ke arah Zhene.

"Belum, tapi tadi tangan bang Azriel sempet gerak-gerak," jawab Shae jujur, sambil menengok ke arah Arsen. "Walaupun kecil," lanjutnya setelah itu, kembali memfokuskan pandangannya terhadap Azriel.

Hening.

Sampai suara deheman kecil muncul dari bibir Azriel yang kini tertutup oleh masker oksigen. Matanya kini menelisik jauh memperhatikan ruangan yang ditempatinya sekarang. Setelah merasa puas, dia mulai memandang satu-satu orang yang ada di ruang rawatnya. Dia hapal betul, raut khawatir dari sahabatnya. Makannya dia berusaha setenang mungkin mengendalikan kesakitan diperutnya yang semakin liar.

"Bang," suara khas perempuan itu yang pertama kali Azriel dengar. Tangannya pun kini di genggam erat oleh gadis itu. Ia tau, Shae akan seperti itu saat merasa khawatir terhadap sesuatu. Dan kini, dia juga tau, bahwa Shae sangat mengkhawatirkannya.

Seulas senyum akhirnya muncul pada bibir Azriel, walau tidak akan jelas. Setidaknya, membuat orang lain merasa lega, seakan menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.

Namun, nyatanya apa yang ditunjukkan olehnya membawa pengaruh sebaliknya terhadap mereka semua, sahabat dan adiknya.

"Jangan sok kuat," ucap mereka hampir bersamaan.

"Lo hampir mati, tadi," lanjut Zhene kini sendirian.

Cengiran tulus kini lolos dari bibirnya.

"Sorry," ucap Azriel sambil mengenggam kembali tangan Shae semakin erat.

"It's okay, but jangan ulangi lagi. Gue panik kuadrat, tadi" ucap Zhene sambil mengambil duduk di sofa depan televisi.

"Cerita, kalo udah mau cerita," ucap Ben sambil menepuk pundak Azriel pelan. Dan hanya direspon anggukan kecil oleh Azriel.

"Sorry ga ngangkat telepon lu, tadi hp gue mati, dan gue lagi ngomong masalah perusahaan sama bokap," ucap Raka dibuat sesantai mungkin, karena harus kalian ketahui, bahwa Raka sepanik itu saat mendengar kabar dari Zhene bahwa Azriel masuk rumah sakit.

"Gapapa, gue oke," jawab Azriel seadanya.

"Tapi sumpah gue minta maaf," ucap Raka terdengar serius.

"Iyaa, santai aja kali. Kek sama sapa aja," ucap Azriel sambil tersenyum.

Sementara yang lain, sekarang sedang duduk dan menonton tv bersama. As always, mereka sedang DO makanan buat mereka makan. Kaga tau ngapa, mereka itu kalo mau ke Rumah Sakit, kaga pernah makan dulu keknya.

ABANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang