Author's POV
Pada malam yang sunyi, dimana hanya ada bintang dan kunang-kunang yang menyinari. berbaringlah sepasang sahabat, umur mereka belum genap 13 tahun, Kendall dan Harry. Hanya berdua, memandangi langit, sama seperti malam-malam sebelumnya.
"Harry, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" ucap si perempuan.
"Apa?" jawab lawan bicaranya.
"Waktu itu ibu pernah berkata, cara untuk mengetahui apabila seseorang menyukaimu adalah dengan melihat dari matanya."
"Lalu?"tanya harry.
"Bolehkah kau melihat kearahku?" Kendall bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Harry.
Yang dipinta pun melakukan permintaanya. Kendall menatap Harry tepat di pupil matanya, mata berwarna hijau zamrud yang diterangi cahaya bulan membuatnya semakin bersinar."Apakah kau menyukaiku?" tanya Kendall dengan polos.
Lawan bicaranya pun bangkit seketika."Apakah kau ngawur ken? Mana mungkin aku menyukaimu, kau itu sahabatku, tidak lebih," sanggah Harry.
"Kau berbohong, jika kau tidak menyukaiku, maka pupilmu tidak akan membesar saat kau melihatku.""Itu tidak benar, Ken! Darimana kau mendapatkan ide seperti itu? Itu sebuah kebohongan besar, berhentilah menjadi gadis polos!"
"Aku tidak berbohong Harry, Ibu yang mengatakan hal itu kepadaku! Berhentilah mengelak!"
"Aku tidak mengelak Ken, lagipula apa untungnya untukku? Untuk apa aku menyukai sahabatku sendiri?"
Kendall terdiam mendengar perkataan Harry, ia mencoba untuk tidak menangis di hadapan Harry.
"Apa yang salah denganku? Apa maksudmu?" tanya Kendall.
"Kau itu sahabatku Ken! Tidak ada orang yang suka dengan sahabatnya sendiri."
"Tapi aku menyukaimu..." ucap Kendall dengan lirih.
Seketika suasana menjadi sunyi. Harry terlalu larut dalam perkataan Kendall dan Kendall terlalu takut untuk berbicara bahkan mendongak untuk menatap Harry.
"Kenapa?" tanya Harry. Kendall mendongak dan melihat raut muka Harry yang tidak terbaca, seperti terkejut dan... marah?
"Apa yang salah dengan menyukaimu, Harry? Kau selalu bersamaku, kita selalu melakukan segala sesuatu bersama. Kau sudah mengenalku dari lama. Pantas menurutku jika saling menyukai," jawab Kendall. Ia tidak tahu mengapa, namun suasana disana terasa begitu mencekam, tidak ada rasa nyaman di samping Harry yang kini sedang menatap Kendall dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Ia merasa menyesal telah menyatakan perasaannya kepada sahabatnya itu. Tetapi ia Tahu semua sudah terlambat untuk menarik balik kata-katanya. Ekspresi Harry-lah jawabannya.
"Maka berhentilah menjadi sahabatku,"
kata Harry di tengah kesunyian. Ekspresi Harry tidak bisa ditebak, seperti marah tetapi ada raut sedih disana.Di lain sisi, Kendall terkejut setengah mati. Tidak disangkanya kata-kata itu akan keluar dari mulut sahabatnya sendiri.
"Mengapa? Apa salahku?" tanya Kendall.
"Tidakkah kau mengerti? Kau tidak bisa menyukaiku! Aku tidak bisa menyukaimu! Ini tidak akan terjadi, Ken! Kau tidak boleh menyukaiku!" bentak Harry pada Kendall.
Ini pertama kalinya Harry membentak Kendall, dan itu cukup membuat Kendall sangat takut. Raut wajah Harry sangat mengerikan.
"Jika kau tidak berhenti menyukaiku, maka kita tidak boleh berteman lagi. Ini untuk yang terbaik," lanjut Harry.
"Kau sangat egois. Sungguh," air mata mengalir deras dari mata Kendall, hatinya terlalu rapuh. Ini pertama kalinya ia disakiti seorang lelaki, terlebih lagi ini sahabatnya sendiri.
Harry bangkit dari duduknya dan melihat Kendall yang masih terisak. Kendall terlalu larut dalam kesedihannya untuk melihat mata Harry yang sudah berkaca-kaca.
Tidak ada lagi kata yang dapat diucapkan oleh dua orang itu. Kendall akhirnya berdiri dan menghapus air matanya.
"Jika itu maumu, baiklah. Senang sudah pernah berteman denganmu. Selamat tinggal Harry. Terima kasih telah mengisi hari-hari kosongku selama ini," ujar gadis itu tanpa melihat Harry sedikitpun.
Kendall pergi meninggalkan Harry yang terdiam, menatap punggung gadis itu.
Tidak ada apa-apa di benak Harry saat ini selain rasa sesak di dadanya.
Di sanalah, di tempat favorit mereka yang setiap malam mereka hampiri sebelum kembali ke rumah masing-masing. Tempat di mana mereka biasa menghabiskan waktu, duduk dan saling tertawa. Di sana juga mereka melepaskan satu sama lain.
🥀✨
Thankyou for your time!
please vote!
thankyou!
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Lost Love // Hendall Love Story
Fanfiction"Sekarang semuanya telah berubah, kau yang kini bukanlah kau yang lalu." ✨✨