Part 2

77 11 3
                                    


Mobil kami berhenti di depan sebuah town house yang bercat putih gading. Ayah dan Ibu langsung turun dari mobil sementara supir kami menurunkan barang-barang bawaan kami.

Mereka disambut oleh seseorang yang tampaknya adalah butler kami di sini.

Aku masih tidak bergerak dari posisiku, sangat malas rasanya untuk menginjakkan kaki di rumah ini. Jiwaku masih berada di rumah lamaku.

Ayah yang memanggilku dari luar membuyarkan lamunanku, dengan sangat terpaksa aku pun keluar dari mobil dan menghampirinya.

"Kendall, perkenalkan, ini Sir Rudy. Dia adalah butler kita disini," kata Ayah.
Sir Rudy membungkukkan badannya seperti yang biasa dilakukan oleh seorang butler.

"Mari, Nona, saya akan mengantarkan Anda ke ruangan Anda," ujarnya sambil menunjukkan jalan. Aku pun tersenyum dan mengikutinya.

Harus kuakui, desain rumah ini sangat classy, well, bisa kutebak Ibu-lah yang memilih rumah ini.

Harus kuakui, desain rumah ini sangat classy, well, bisa kutebak Ibu-lah yang memilih rumah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di sebelah sini, ini adalah kamar yang akan Anda tempati," katanya sambil membuka sebuah pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di sebelah sini, ini adalah kamar yang akan Anda tempati," katanya sambil membuka sebuah pintu.

Aku menyunggingkan sebuah senyuman dan mengucapkan terima kasih. Memasuki kamarku yang bergaya glamour ini.

 Memasuki kamarku yang bergaya glamour ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah, saya permisi dulu. Semua barang Anda akan diantar kesini sebentar lagi, ada yang ingin Anda tanyakan?"

"Em, bisakah kau memanggilku dengan sebutan Kendall saja? Rasanya sangat canggung jika kau memanggilku Nona," kataku sambil tersenyum.

"Baiklah Kendall, saya permisi dulu."

Aku duduk di pinggir tempat tidur, melihat ke sekeliling kamarku.

Well, tidak buruk. Gadis batinku berkata.

Merasa badanku sudah terasa sangat lelah, akupun memutuskan untuk mencuci badanku dikamar mandi.

Setelah selesai akupun menuju koperku yang sudah tersedia didekat ranjangku.
Setelah siap berpakaian santai, Aku menghempaskan badanku kekasur dan berusaha untuk tidur.

................................................................

Harry's POV

Kota New York selalu ramai seperti biasanya. Gedung-gedung menjulang disekelilingku masih dipenuhi cahaya lampu disetiap lantainya. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi kota ini sepertinya tidak akan tidur dalam waktu dekat.

Kujalankan motorku kearah wilayah Brooklyn, menelusuri padatnya kota.
Motorku berhenti disebuah frat tempat dimana kelompok berada. Setelah memarkirkan motorku, aku langsung masuk kedalam frat.

Kulihat kelompokku sudah berkumpul di ruang tengah, akupun mendatangi mereka dan ikut duduk disofa.

"Hey bung, kemana saja kau 2 hari ini?" tanya teman pirangku, Niall.

Aku  menghiraukan Niall dan langsung menanyakan tujuan ku kesini.
"Jadi, apa Kau sudah menentukan tempat balapnya?", tanyaku to the point kepada Liam, ketua kelompok kami.

Liam tergelak, "Oh ayolah Harry, bukan itu tujuanku memanggilmu kesini. Aku akan mengadakan pesta dua minggu lagi, dan Kau harus datang nanti, baru kita akan membicarakan tentang balapan itu disana."

"Mengapa tidak meneleponku saja, Aku tidak menghabiskan waktuku kesini hanya untuk berita sampah ini." Niall dan Zayn tergelak sementara Liam tersenyum miring sambil menggelengkan kepalanya.

Keparat, aku tidak akan membuang waktuku untuk hal sampah seperti ini.

Disaat aku akan beranjak dari sofa, suara Zayn menghentikanku.
"Kuharap kau tidak mengingkari janjiMu hari itu. Kau sudah kalah dalam taruhanku dan Kau harus membantuku." Zayn memperingatiku dengan senyuman miring khasnya.

"Tidak akan, Aku bukanlah seorang pecundang seperti orang yang disampingmu.", kataku sambil menunjukkan senyum miringku.

Yang disindir pun menunjukkan muka kesalnya. "Heii, aku bukan pecundang. Aku memang harus menemani ibuku untuk ke resepsi pertunangan temannya, sungguh.", Niall mengkibaskan tanganya dengan dramatis.

"Anak mami", cibir zayn dengan tergelak, kami semua pun ikut terkekeh sementara Niall menunjukkan muka sebal yang dibuat-buat.

🥀✨
Thankyou for your time
Don't forget to vote!

-finemilktea

Long Lost Love // Hendall Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang