Part 3 : Line ID

24 5 2
                                    

'Niell, aku juga ngga mau kayak gini terus!' Ucapku dalam hati

Sebelum semuanya menjadi gelap.

.-o0o-.
.
.
.

Akupun tersadar, ketika Niell duduk dan mengambil jari telunjuk ku sambil berkata

"Biasanya kalo di giniin Ghea langsung bangun. Ayo dong sadarnya cepetan.."

Niell sudah tau, apabila aku pingsan apa yang harus dia lakukan. Dulu, saat pertama kali aku pingsan di depannya dia sangat kaget dan dia berkata bahwa itu pertama kalinya dia melihat seorang pingsan di hadapannya. Dan dulu dia langsung menyerbuku dengan pertanyaan saat aku tersadar. 'Ghea, gimana rasanya pingsan?' 'Enak ngga? Sempet mimpi nggak?' 'Kata orang kalo mau pingsan, ngelihat matahari jadi warna-warni ya ?'. Dan pertanyaan tak bermutu lainnya.

Terkadang aku tidak menyangka bahwa, dengan aku sekeluarga kembali menetap di Indonesia aku dapat memiliki teman seperti Niell. Setelah kejadian pingsan pertamaku dihadapan Niell, dia langsung bertanya kepada keluargaku hal apa yang harus dilakukan agar aku cepat tersadar dari keadaan pingsan. Karena katanya dia akan lebih sering bersamaku di sekolah. Untuk hal ini, sudah pasti nantinya dia akan menemaniku saat aku pingsan di sekolah.

Kakakku pun menjawab bahwa dulu dia pernah menyadarkanku dengan memijat jemariku. Dan akupun tersadar. Lalu saat selanjutnya aku pingsan lagi, kakakku pun melakukan hal yang sama dan itu berhasil. Jadi, dia berpendapat bahwa aku akan cepat bangun apabila jemariku di pijat. Kedengarannya memang aneh, tapi respon tubuhku menanggapinya dengan baik bukan ?

Aku pun mengerjapkan mataku perlahan.

"Udah sadar? Udah baikan ? Ada yang sakit ?"

"Mau minum Niell" sahutku dengan suara serak

"Tunggu bentar"

Dia pun membukakan botol air mineral dan meletakan sedotan ke dalamnya untuk mempermudahku dalam meminumnya.

"Bangun dulu, nanti air nya tumpah"

"Iya"
Dia pun membantuku untuk duduk.

"Udah mendingan ?" ucapnya

"Udah, ini jam berapa ? Kok Niell disini ? Nggak belajar ?"

"Skip dulu. Dan sebenernya tadi pas bawa Ghea kesini, Niell juga ijin sakit biar bisa jagain Ghea"

"Emangnya Niell beneran sakit ? Kan ngga boleh bohong tau! Nanti Ghea kasi tahu ke tante Rosa lho!" ucapku seraya bergurau dengannya

Niell pun memutar bola matanya malas.. Lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar

"Terserah Lo aja lah.. Jugaan kan mama sering jadiin Lo mata-matanya mama buat Gue!"

"Ihh tapi kan di kasi imbalan juga sama tante Rosa. Dikasi Brownies gratis siapa yang ngga mau ?"

"Iya deh iyaa.." ucapnya seraya mengacak rambutku

"Ya udah ayo ke kelas.. Kan ini hari pertama, masak bolos sih"

"Ya kalo Lo udah baikkan sih Gue ngga papa"
.
.
.
Kami pun berjalan menuju ke kelas. Tadi sempat berpamitan kepada perawat yang bertugas di UKS, sepertinya mereka murid yang mengikuti ekstrakulikuler PMR.

"Huftt, kenapa coba kelas kita di paling atas. Kan capek ya. Ngga kira-kira lagi. 5 tingkat Lo tahu ?"

"Ya tahu lah orang Gue punya mata. Gimana yakin udah mendingan ?"

"Kan Gue udah pernah bilang ke Lo kalo Gue tuh Strong. Tau ngga ? Se-Te-Rong!"

Kami pun menaiki tangga menuju kelas kami. Sambil diiringi bercandaan konyol ala Niell tak terasa kami sudah sampai di depan kelas ku.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang