Hari ini begitu cerah. Sang mentari bersinar terang tanpa satupun awan yang menganggu pancarannya. Angin sepoi-sepoi menghantam lembut ke wajahku. Kini kuberada di taman belakang sekolah untuk menunggu bel masuk berbunyi. Aku menikmati waktu kesendirianku. Seakan hanya ada aku dan waktu itu sendiri yang ada di dunia ini. Begitu tenang dan nyaman.
Lamunanku buyar saat salah seorang temanku datang dengan terburu-buru. Nafasnya terlihat tidak beraturan. Nada bicaranya terdengar tidak jelas. "Indi, Bayu ditembak kak Risa di lapangan." katanya padaku. Risa bukanlah orang pertama yang menyatakan perasaan duluan kepada Bayu, sebelumnya sudah banyak yang melakukan hal seperti ini, tapi Bayu selalu menolak mereka. Tapi sepertinya kali ini Bayu akan menerima kak Risa mengingat mereka berdua sangat dekat. Aku tidak tahu harus berkata apa. "Oh ya?" tanyaku kembali namun ia sudah terlebih dahulu beranjak pergi.
Dilapangan terlihat kerumunan siswa yang penasaran dengan apa yang terjadi. Aku menerobos kerumunan itu. Terlihat kak Risa dengan lantang mengutarakan perasaannya terhadap Bayu. Kini mata Bayu mengarah kepadaku. Tatapannya tajam. Aku rasa ini akan berakhir. Rasa cintaku yang terpendam akan terus terkubur.
Aku berbalik arah dan ingin meninggalkan tempat ini sejauh-jauhnya. Namun langkahku terhenti oleh panggilan sebuah nama. "Indi." panggilnya.
Panggilan Bayu membuat semua orang menatapku. "Dia alasan kenapa gue menolak lo, Ris." kata Bayu kemudian langsung berlari ke arahku. Ia menarik tanganku. Langkahnya sangat cepat sehingga aku kesusahan untuk menyamai langkahnya.
"Lo udah baca buku yang gue kasih ?" tanya Bayu. Tangannya terasa kuat memegang tanganku. "udah. Jatuh Cinta Diam-Diam." kataku.
"Itulah yang aku rasakan selama ini bodoh." dan dia memelukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUH CINTA DIAM DIAM
Teen FictionJatuh cinta sendirian itu tidak pernah mudah. Seperti bulan, kamu ada tapi tatapnya hanya tertuju pada bintang-bintang yang menjubahi langit.