Aku sudah berada di depan kost Adel yang letaknya hanya 500 meter dari kampus. Kost-an nya cukup besar mengingat biaya sewanya juga cukup besar, 1,5 juta per orang. Kost'an dengan 2 lantai dan hanya berpenghuni putri semua. Mungkin itu yang menjadikannya mahal.
Di halaman depan, tengah duduk seorang wanita umur 40 tahunan dengan kacamata yang bertengger di hidungnya, ia sedang asik memainkan handphone. Penjagaan disini sangat ketat. Tamu harus lapor meskipun itu wanita dan sangat di larang membawa laki-laki ke dalam kost. Bagi sesama wanita saja hanya boleh menginap 3 hari, lebih dari itu akan di kenakan biaya kost. Disiplin atau pelit ya?
Aku berjalan ke arah wanita pemilik kost itu untuk meminta izin.
"Assalamu'alaikum bu Joko.."sapaku setelah sampai di depannya. Aku lihat dia sedikit kaget.
"wa'alaikumsalam.. Eh Amara.." balasnya. Perlu kalian tau, bu Joko ini sudah mengenalku karena aku sudah sangat sering kesini dan dia sudah aku anggap seperti nenekku sendirii karena sering sekali memarahiku, menceramahiku dan lain sebagainya yang kadang membuat kupingku panas. Tapi sebenarnya dia sangat baik, aku saja yang bandel. Hehee
"bu, mau ketemu sama Adel.. Bisa?" tanyaku dengan tersenyum maniiis.
"bisa bisa, silahkan.." katanya mempersilahkanku. Aku beranjak pergi, sebelum ia mencegahku dengan berbagai pertanyaan yang akhirnya akan diisi ceramah untukku.
"Amara!.." panggilnya membuat langkahku berhenti.
"jangan berisik dan jangan buat kekacauan!" teriaknya. Aku berbalik dan hanya nyengir memperlihatkan gigiku, setelah itu aku kembali melanjutkan langkah. Bukannya berisik yaa, tapi aku kalo ketemu sama sahabat yang satu ini jadi malah seperti fans fanatik yang menjerit-jerit. Rasanya seneng aja dan mendadak lupa suara. Ups..
Aku sudah sampai di depan kamar Adel dan sudah beberapa kali aku ketok pintu tapi tidak ada jawaban maupun tindakan membuka pintu. Aku ketok lagi yang mirip dengan gedoran.
"Adeeel... Adel. Deeel... Adel..." panggilku yang belum mendapat jawaban.
"Adel adel adel adel adel adel.." panggilku lagi tanpa henti.
Cekrek.
Suara pintu di buka. Tapi bukan dari pintu Adel."Amara berisik! Tungguin aja di situ diem, nggak usah berisik kaya radio rusak! Tuh kursi di depan buat apa? Buat nunggu kan! Ganggu orang aja!" sungutnya dengan menunjuk kursi di depan kost. Dia Aulia tetangga kost adel.
"huh! Biarin, suka-suka aku!" omelku membalasnya. Dia sendiri sudah masuk ke dalam kostnya setelah memarahiku.
"Adelia Saputri, buka pintunya dooong!" ucapku mulai kesal. Aku tidak suka menunggu.
Belum ada jawaban apapun. Karena kesal aku menendang pintunya asal. Menyebalkan. Udah janjian masa tetep disuruh nunggu, apa jangan-jangan dia pergi yaa..
"Amara!" teriak seseorang yang sangat aku kenali. Aku nyengir, bakal ada drama.
"tadi kan saya sudah bilang, jangan berisik. Kalo belum di bukain mungkin Adel sedang sholat atau sedang di toilet. Kamu kok nggak sabaran sih! Liat tuh tetangga pada keganggu gara-gara suaramu!" omel bu Joko.
"tapi tadi saya sudah janjian bu, katanya suruh kesini aja. Udah kesini e sekarang dianya malah nggak nongol-nongol.." ucapku mencoba membela.
"ya tungguin sebentar, tuh kan ada kursi buat nunggu. Mungkin dia sedang sholat, kamu sudah sholat belum?!. " ucapnya bertanya, dia sudah berkacak pinggang.
"nah makannya dari itu bu, saya mau sholat malah nggak dibukakan pintu, saya kan takut keburu waktunya habis." ucapku mencoba mencari alibi.
