Map itu di baca Naruto dengan teliti, safir nya sesekali melirik ke arah Jiraya yang tampak menunggunya dengan tenang. Alis nya mengerut.
"Kakek mengirim ku ke Sdyney?" Tanya nya bingung. Jiraya mengangguk, ia mengambil pena dari saku celana nya dan memberikannya pada Naruto untuk menandatangani surat itu.
"Iya nak, anggap saja ini seperti pertukaran pekerja. Berkembanglah di sana, dan kembali lah menjadi orang sukses." Kata Jiraya. Naruto menunduk, ia tersenyum lalu mengangguk.
Jiraya yang melihat itu tersenyum senang, di tarik nya cucu kesayangannya itu ke dalam dekapannya. Sedikit mengusap air mata nya yang sempat menetes itu perlahan. "Ini demi kebaikan mu nak.."
"Aku mengerti.."
--
-
Hinata berjalan di pinggir jalan raya sembari menenteng beberapa bungkus kacang polong di tangan nya, cuaca hari ini begitu terik, dan ia harap Hanabi tidak pergi untuk membantu nya jualan karena adiknya itu harus fokus belajar. Hinata menghentikan langkahnya, ia duduk di sebuah batu besar dekat ganangan air lalu menghitung setiap bungkus kacang itu.
Byurrrr
Naruto yang tadi melamun tersentak kaget ketika melihat mobil di depan mereka melaju kencang dan melewati genangan air kotor hingga mengenai seorang gadis yang sedang duduk di sana. Gadis itu mengusap wajah nya yang basah, dan saat itu jantung nya kembali berdetak.
"Bukankah dia.."
"Ada apa?" Tanya Tsunade mengagetkan Naruto yang melamun.
Naruto menoleh, ia menggelengkan kepala nya cepat "Tidak nek, tidak ada apa-apa" jawab nya gagap. Tsunade manggut-manggut.
Naruto sedikit melirik ke arah kaca spion mobil Jiaraya, safir nya tak lepas memperhatikan gadis itu yang sedang membersihkan wajah nya dengan sebotol air mineral.
Entah kenapa seulas senyum terukir diwajah tannya kini, walaupun tidak terlalu jelas. Tapi safir itu, tak kan pernah salah saat tanpa sengaja ia melihat gadis itu cemberut karena baju nya yang ikutan basah. Entahlah, ia sama sekali tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini.
"Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam"
Hinata memasuki rumah kecil mereka dan duduk di tikar tempat Hanabi belajar, gadis itu menaruh bungkusan kacang polong itu dan berjalan memuju kamar. "Kenapa baju kakak basah?" Tanya Hanabi membawakan Hinata segelas air.
Hinata hanya tersenyum. "Ada yang sedang memikirkan kakak.." jawab nya asal. Hanabi memegangi dagu nya bingung.
"Siapa?"
"Entah"
Pipi Hanabi mengembung saat mendengar jawaban dari Hinata, dan Hinata, ia hanya bisa tertawa saat melihat wajah menggemaskan dari adik kesayangannya itu.
-
-
-
~ ~ ~
Tiga tahun pun berlalu, yang dulu tidak lah sama dengan yang sekarang. Naruto kini sudah maju dengan menerima jabatan direktur di perusahaan asing, ia kini memutuskan untuk kembali ke Tokyo setelah bekerja keras selama tiga tahun terakhir ini di Sydney.
Penampilan nya pun terlihat berbeda, rambut nya yang di cepak dan tubuh yang semakin tegap itu berjalan mengeluari bandara dengan koper yang ia tarik di dalam genggaman nya. Hanya satu yang tak berubah, tatapannya, tatapannya lah yang tidak berubah. Masih dingin dan terus seperti itu hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found A Love
FanfictionPerselingkuhan Naruto dapatkan saat ia menjalin hubungan dengan seseorang, semua itu membuat nya trauma dan tidak percaya lagi akan apa itu cinta. Ia lebih memilih melajang di usia nya yang sudah produktif, sampai suatu seketika Jiraya mempertemukan...