DETAK (2)

53 3 0
                                    

RADIKA BHUMI EVANO (20 tahun)

LENTERA ABHITA HARTMANN(20 tahun)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LENTERA ABHITA HARTMANN
(20 tahun)

LENTERA ABHITA HARTMANN(20 tahun)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RINAI ZAHRAN NATHANIA (18 tahun)

RINAI ZAHRAN NATHANIA (18 tahun)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini dia mereka. Kalau kalian punya versi mereka tersendiri gak papa. Saya newbie di sini. Kalau ada beberapa yang kurang pas harap diperingatkan ya boss! Update secepatnya. Baca dengan bijak dan baik. Nih saya kasih sedikit ceritanya.

~


Tidak ada yang tahu semua perubahan itu. Ketenangan mulai terusik ketika kegundahan akan suatu hal. Aman belum tentu mendamaikan. Karena kita hidup tak hanya bertumpu pada logika, melainkan intuisi yang juga ikut campur untuk itu. Keduanya sama-sama egois dan terkadang saling menyakiti. Hingga pilihannya, salah satu harus terpaksa menerima dan mengalah.

Hufft.

"Woi! Ngalamun aja! Kesambet nenek gondrong apa?!" Teriakan itu mengagetkan lamunannya. Apa lagi ini?

Lelaki yang diteriaki hanya melirik malas makhluk plontos yang kini duduk di kasurnya. Bahkan suara hujan deras malam ini tak dapat mengalahkan teriakannya yang serupa dengan ibu-ibu tetangga sebelah.

"Bhum?! Lo beneran kesambet ya? Astagfirullah!" sambil menempelkan tangannya di kening sahabatnya.

Bhumi menepis tangan itu. Ia sedang malas untuk diajak bercanda. Seharusnya lelaki itu tahu, Bhumi tak mau diganggu ketika hujan tiba. Sangat sia-sia jika ia melewatkan petrichor hanya untuk meladeni ocehan anak buah dari para ibu-ibu itu.

"Gue kayak ngomong sama patung tahu gak? Gue ke kamar lo cuma mau bilang jangan lupa besok kita nonton pertandingan Alde main silat. Lo gak lupa kan? Lo kan paling males kalo pergi lama apalagi nonton-nonton pertandingan. Giliran dikasih laptop sama kopi, beuh kayak ketemu pacar. Pantengin terus!"

Bhumi hanya mengangguk dan berlalu untuk keluar dari kamarnya.

"Ajegile! Woi! Gue ngomong nih! Lo mau kemana?"

Lelaki itu mengikuti Bhumi hingga keluar kamar. Bhumi yang merasa langkah kaki mengikutinya segera menoleh.

"Kau kenapa mengikutiku, Leo?" tanyanya curiga.

Leonid atau yang sering disapa Leo langsung berhenti melangkah ketika Bhumi menanyakan itu.

"Gue cuma ikut keluar. Lo mau kemana sih? Gue ikut ya?" pintanya.

Yang diajak bicara kini mengernyitkan dahi.

"Aku mau ke kamar mandi. Mau BAB, Le."

Setelah mengucapkan itu ia kembali menuju kamar mandi. Tapi segera ia berbalik lagi. Ingin menanyakan sesuatu pada sahabat cerewetnya.

"Kok diem? Nggak jadi ikut nih?" tanya Bhumi dengan nada mengejek.

Leonid yang hanya bisa pasang ekspresi menatap Bhumi waspada serta mulut sedikit terbuka langsung dan mengeluarkan jurus mautnya.

"SIALAN!!! EDAN LO BHUMI!!! GUE MASIH SENENG SAMA PARA GADIS KOMPLEKS SEBELAH. GUE OGAH SAMA OM-OM KAYAK LO. LO KIRA GUE JERUK MAKAN JERUK? ENAKAN JUGA MAKAN DUREN. AWAS YE LO NANTI GUE BILANGIN KE ...."

BLAM

Leonid melotot sambil mengatupkan mulutnya. Apa yang terjadi pada Bhumi? Tadi melamun sekarang menjahilinya. Ahhh, entahlah! Bodo amat!

Entah mengapa akhir-akhir ini banyak masalah yang menimpanya. Nasib, nasib!

~





DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang