1. Perjumpaan

20 0 0
                                    

Perjumpaan singkat yang belum meninggalkan kesan, namun berharap untuk terulang kembali.

Berawal dari Tatap
-Yura Yunita

---

"GRUP LELAKI ZAMAN NOW"

Leo : Woi, para lelaki zaman now!! Lo semua di mana nih? Alde lo dah di gelora belum? Mana ini si Bhumbhum belum nongol dari tadi!! Tuh anak diculik kuntilanak kali ya? Hallo, Bhum? Lo masih di tanah air tercinta ini kan?

Aldebaran : Gue udah di gelora. Cepetan!! Satu jam lagi pertandingan dimulai. Lo semua tega gak liat gue tanding?

Leo : Bentar ya, De. Gue nanti nonton kok. Ini nunggu si es batu nongol.

Aldebaran : Le, tolong nanti sekalian beliin gue susu kotak rasa vanilla. Gue lupa tadi belum beli.

Leo : Dasar kupret!! Malu noh sama otot lo!! Badan gede minumnya susu vanilla. Sekali-kali minum apa gitu yang nunjukin kalau lo lelaki sejati. Masa kalah sama gue yang mirip Vino. G. Bastian?!

Aldebaran : Emang minuman apa yang bisa nunjukin kalau kita lelaki sejati?

Leo : Kopi hitam dengan taburan micin. Sensasi pahit gurih yang menggoda.

Aldebaran : Itu sih minuman lo. Makanya otak lo agak geser gitu. Manusia micin!

Bhumi yang merasa dari tadi ponselnya berdering segera membukanya. Terpampang notifikasi pesan dari grup "LELAKI ZAMAN NOW". Grup yang tidak berfaedah namun cukup menghibur baginya. Ia lalu mengetik pesan untuk para sahabat seperjuangannya selama empat semester itu.

Bhumi. E : Le, kita ketemuan di depan gelora aja.

Tanpa menunggu balasan dari Leonid, Bhumi langsung memasukkan ponselnya yang berlambang apel digigit itu ke dalam tas ransel hitamnya. Kemudian bergegas menuju ke gelora.

Terlihat para mahasiswa mulai memasuki gelora untuk menyaksikan pertandingan bela diri Tae Kwon Do tingkat provinsi yang diikuti beberapa mahasiswa di Yogyakarta itu. Setiap kampus diwajibkan mengirim dua perwakilan. Kampus Bhumi diwakili oleh Alde dan Raiyan. Tak lama, seseorang dengan jaket boomber hijau datang sambil membawa sekantung plastik putih berisi makanan ringan. Penampilannya memang keren. Tapi jangan salah sangka, meski ia dapat membuat para mahasisiwi di sepanjang pintu masuk gelora berteriak histeris, hanya satu kelemahannya, otaknya agak geser, kata Alde.

"Kampret lo, Bhum! Gue nungguin lo di kantin dua jam. Tadi pagi lo chat suruh nunggu di sana aja kalau mau bareng lihat pertandingan Alde. Mana lo gak ngabarin gue kalo tugas lo belum selesai. Untung lagi tanggal muda. Gue beli deh empat mangkuk bakso Pak Umam buat nemein kegabutan gue. Mana jomblo lagi. Kurang ngenest apa gue, Bhum?" ujarnya tanpa henti.

"Maaf, Le. Tadi kelompokku sekalian menyelesaikan makalahnya."

"Pantesan lama. Lo bilang tadi cuma nyelesaiin sebagian bab dua pembahasan. Lain kali kabarin. Tega lo!"

"Maaf."

Mereka berdua segera masuk ke dalam gelora. Sebenarnya Bhumi tidak terlalu suka melihat acara seperti ini. Dia lebih suka membaca buku dan menyelesaikan tugas di perpustakaan. Tenang dan nyaman pastinya.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang