🌺 a w a l m u l a 🌺

2.3K 248 34
                                    

1.

Lelaki seperti apa yang kamu ingin nikahi?

Laki-laki yang baik hatinya, juga akhlaknya.

***

"Kamu sudah 35 tahun, Rasya. Kapan kamu mau menikah? Adikmu bahkan sedang mengandung anak keempatnya."

Kalau kalian pikir yang hanya dikejar target nikah cuma perempuan, kalian salah. Buktinya Rasya juga dikejar-kejar target menikah, padahalkan umur dia baru 35 tahun. Itu juga masih 4 bulan lagi. Dan apa itu tadi? Adiknya sudah mau punya anak keempat? Ya emang adik dan iparnya aja--si Bilqis dan Barra--mau bikin kesebelasan!

Rasya sama sekali nggak mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, tapi ngejawab, "Ya, nantilah, Ma. Kalau sudah dipertemukan sama jodohku."

Sebernya ini sudah keluhan Mama yang kesepuluh-iya, Rasya ngitungin dalam hati-sepagian ini. Dan Rasya mahfun, paham. Mamanya hanya khawatir.

Sambil menaruh sepiring tahu yang baru saja digoreng, Mama kembali ngomong, "Ya, kapan atuh, Abang? Kemarin katanya nunggu kerjaan lancar dulu, nunggu yayasan udah bisa berdiri sendiri. Nah, sekarang dua-duanya sudah bagus, tho?"

Rasya memang berkerja tapi sebagai bos alias pemilik. Kalau kata Rasya, "Biar kecil gini juga usahaku, tapi aku bosnya." tapi ini ucapan udah 8 tahun lalu, kalau sekarang toko baju yang dia beri nama Toko Bilqis (Iya, ia beri nama adiknya, saking sayang) sudah mempunyai cabang di beberapa mall di Jakarta dan Bekasi.

Kalau untuk Yayasan sendiri, sebenarnya ini ulah mama dan adiknya, melihat begitu banyak bayi dan anak terlantar yang diberitakan di tv nasional membuat hati dua wanita yang dicintainya itu sedih sekali. Suatu pagi saat kebetulan mereka sekeluarga berkumpul sambil menikmati bubur ayam dari mamang yang biasa lewat depan rumah setelah pulang car free day di sepanjang jalan Hotel Indonesia, mamanya yang sedang menonton berita tiba-tiba meneteskan air mata sambil nyeletuk, "Kasian ya, Bang. Padahalkan bayinya nggak salah apa-apa. Kok dibuang."

Rasya melirik ke arah tv sebentar, lalu melanjutkan makannya. "Iya, kasihan."

Setelah makan yang diselingi obrolan tetang anak yang diberita, mamanya ngide, "Abang, rumah di samping tuh kan kosong ya?"

Perasaan Rasya mulai nggak enak.

"Kita jadiin untuk tempat tinggal anak terlantar aja, bagimana? Nanti kalau makan biar mama yang urusin. Sisanya baru abang. Ajak aja teman-teman abang di komunitas muda mengaji itu. Pasti banyak yang bantu."

Ya begitulah awalnya, awalnya hanya dua anak yang ibu-bapaknya baru saja meninggal. Dua anak ini tinggal di kampung belakang komplek perumahan Rasya. Sekarang sudah ada sekitar 30-an anak. Rata-rata anak-anak di Al-iklass-nama yayasan- memang kedua orangtuanya meninggal dan sanak saudaranya nggak mampu untuk menghidupi.

Untuk pendidikan mereka tetap di sekolahkan, untuk staff-nya sendiri Rasya punya 2 orang mahasiswa part time yang bertugas masalah adminitrasi. Sisanya dia di bantu beberapa temannya untuk mengisi keseharian adik-adik dalam mengaji dan sebagainya.

Rasnya mengangguk. "Bagus, Ma. alhamdulillah, berkat doa Mama juga."

Mama duduk, sambil menghela napasnya-Pasrah sudah dengan anak lanang-nya satu ini-Mengambil piring dan mulai makan sarapan paginya.

***

Rasya bukannya nggak berusaha untuk urusan jodohnya, awalnya memang iya, dia santai. Banyak faktor, pertama dia laki-laki, dia yang akan menjadi tulang punggung keluarga, dia yang akan bertanggungjawab dalam hidup istri juga anak-anaknya. Dia yang wajib memastikan kebahagian istri dan anaknya baik di dunia maupun di akhirat. kedua karena orangtuanya tidak menuntutnya untuk segera menikah seperti orangtua yang lain-awalnya. Tapi sekarang dimurnya yang hampir 35, orangtua mana yang tiba-tiba nggak greget ngeliat anaknya belum nikah.

Apalagi Rasya itu ganteng. Bahkan dari skala 1-10 untuk tampang dia bisa dapet nilai 8. Bisnis yang dijalankan juga sudah berkembang dan dalam tahap maju.

Ditambah karir bagus, nilai Rasya naik jadi 9.

Tapi, kenapa Rasya masih belum menikah? Itulah takdir Allah.

***

Aura berusaha untuk membujuk Daefa-salah satu muridnya-untuk berhenti menangis.

Sambil mengelap hidungnya menggunakan punggung tangan, bocah lima tahun itu mengangkat kepala menatap Aura, "Tapi, Mamas nakal sama aku. katanya aku gendut, Bu. Aku nggak suka dikatain gendut."

Sudut bibir Aura berkedut. Tapikan kamu memang gendut, Daefa. Daefa dan Kaefa adalah muridnya di TK Islam Al Muhajjirin. Mereka salah dua murid favorit Aura karena mereka kembar! Tapi, walaupun kembar, mereka berdua nggak pernah akur. Malah dari 20 anak murid yang dia pegang, terbagi menjadi dua kubu. Antara tim Daefa dan tim Kaefa. Ada-ada aja 'kan? Udah gitu panggilan mereka lucu banget. Mamas sama Dedek!


Mendengar perkataan Daefa, Aura geleng kepala. "Sudah kamu berhenti dulu nangisnya. Nanti biar Ibu yang bicara sama Mamas." melihat Daefa yang sudah berhenti menangis, Aura langsung menuntun Daefa ke arah Kaefa. "Mamas, Sayang. Kenapa Adeknya dibuat nangis?"

"Mamas nggak buat Dedek nangis," jelas Kaefa dengan tampang polosnya. "Mamas cuma bilang kalau Dedek gendut." Padahal mereka kembar identik loh. Berarti kalau Daefa gendut berartikan Kaefa juga, ya?

"Mamas nggak boleh loh menghina fisik. Itu semua kan, Allah yang ciptakan. Masa Mamas ngatain ciptaan Allah. Berarti Mamas juga menghina Allah, lho. Padahal Allah udah sayang banget sama Mamas, Allah udah kasih Mamas kehidupan yang baik, bisa makan enak setiap hari, pakai baju yang layak."

Mendengar perkataan Aura, Mamas mencebik dan bersiap menangis. "Maaf, Ibu."

Melihat dan mendengar respon Mamas, Aura tersenyum. "Sudah jangan menangis. Minta maaf sama Dedek dan nggak boleh diulangi lagi ya."

Setelah melihat Mamas dan Dedek saling berpelukan, Aura kembali berjalan ke mejanya untuk mengambil stiker bintang. "Nah, karena Mamas dan Dedek sudah jadi anak baik, ini bintangnya Ibu kasih. Masing-masing dapet 1, ya!"

Iya, Aura menerapkan bintang buku. Di mana setiap anak mempunyai buku yang akan dia tempel dengan bintang yang akan di dapat dari mengerjakan kebaikan. Aura berkerja sama dengan orangtua murid. Meminta dengan sangat, agar memberikan bintang bila si anak mengerjakan kebaikannya di rumah.

Aura tersenyum, "Nah, sekarang kita siap-siap ke masjid untuk salat dulu yuk, anak-anak. Sudah mau masuk Dzuhur."

***

Holla, fresh from the oven💕
Abaikan typo, semonga lebih suka versi sekarang.

Komen-komen.

Love,

Ayas

Arrasya: Pangeran Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang