Bab 14 : Black Card

3.4K 92 3
                                    

Hari ini Steffany melakukan pemotretan sebagai model iklan dari merk tas kenamaan dunia Prada. Seperti biasa Alien dan Melinda selalu menjadi asisten setianya. Mereka berdua berada di mobil yang berbeda, sedangkan Steffany memilih mobil merah kesukaanya yang dikemudi oleh Marco.

Dalam perjalan Steffany lebih memilih bersantai dan melihat pesan-pesan yang masuk pada emailnya.
"Marco, apa kamu sudah mengerjakan apa yang aku suruh kemarin ?".

Marco yang sibuk menyetir sesekali melirik pada kaca didepannya.
"Sudah nona, dan dugaan saya sementara memang ada seseorang yang dengan sengaja memasukkan obat terlarang itu pada almarhum Tuan Fernando ".

"Aku yakin itu ulah Sofia dan Catherine anaknya yang tak tahu diri itu, mereka ingin menguasai semua harta daddy dan untung saja bukan perusahaan ". Steffany geram mengingat kelakuan ibu dan saudara tirinya itu.

"Tapi kita belum mempunyai bukti yang kuat, jadi nona tolong yang sabar saya akan menyuruh orang bawahan saya untuk terus menyelidiki kasus ini". Marco pria berusia empat puluh lima tahunan itu meyakinkan sang majikan.

Steffany menghembuskan nafasnya lesu.
"Ya aku mengerti !".

"Oh ya nona, apa anda sudah menerima amplop coklat dari Tuan muda Petter ?". Tanya Marco dengan ragu-ragu.

Steffany menaruh ponselnya ia menatap punggung Marco dari kursi kemudi.
"Ya, entah apa yang pria itu rencanakan sampai ia membelikan aku tiket untuk ke Amerika, padahal aku tidak berkeinginan untuk kesana dalam waktu dekat ini".

Marco tersenyum ia lebih memilih fokus menyetir dan tak berani menjawab ucapan Steffany barusan.

Jarak yang ditempuh hampir dua jam lebih untuk sampai ditempat tujuan. Steffany keluar dari mobil dan sudah disambut oleh Caroline, asisten dari Mr.Louis boss Prada. Karena Mr.Louis datang terlambat jadi semua sudah dihandle oleh Caroline.

Pemotretan sudah berlangsung selama empat jam, dan itu berarti kini waktunya Steffany untuk pulang.

****

Seorang wanita cantik sedang duduk manis di balkon mansion mewah bersama wanita paruh baya yang berdandan glamour. Ditangannya ada wine dalam gelas berkaki yang ia genggam. Ia menuangkannya berkali-kali.

"Cath apa kau sudah dapat ide untuk menghancurkan gadis sombong itu ?". Ya wanita cantik itu tak lain adalah Catherine saudara tiri Steffany.

Ia menaruh gelas itu di meja dan memperlihatkan sesuatu ponselnya pada Sofia, ibunya.
"Tenang saja mom, aku mempunyai bukti dan ini menjadi sebuah alat untuk menghancurkan Steffany, aku akan merebut Marchel darinya lihat saja nanti". Senyum sinis terlihat diujung bibirnya.

Sofia merasa senang karena putrinya menurun sifat darinya.
"Ternyata tidak sia-sia aku memiliki putri sepertimu dan bisa aku andalkan".

Keduanyapun kembali tertawa...

*****

Setelah melakukan pemotretan Steffany berkumpul bersama teman-temanya di resto langganan mereka. Jennifer dan Stella sibuk melihat daftar menu sedangkan Naya sibuk dengan  hasil sketsa gaun rancangannya. Steffany baru datang dengan nafas ngos-ngosan. Ketiga sahabatnyanyapun menoleh pada wanita itu, mereka saling pandang satu sama lain.

"Why baby ??". Tanya Naya yang duduk disebelah Steffany.

"Orang berbaju hitam itu masih saja mengikutiku, dan aku hanya merasa aman ketika dirumah Marchel saja, entah dia siapa yang jelas gerak-geriknya sungguh meresahkanku". Steffany mencoba menghubungi seseorang.

Queen Bee 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang