Bab 17

4.9K 144 50
                                    

18+ Harap yang dibawah umur, silahkan skip aja...

New York, Amerika Serikat

Seorang pria tampan sedang menyesap kopi hitam pekat yang mengepul di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menerima panggilan dari seseorang.

"Bagaimana ?" Tanya pria itu pada lawan bicaranya.

"......"

"Aku tidak mau tahu, kau harus bergerak lebih cepat agar Steffany bisa mengetahui apa yang sesungguhnya."

"......"

Dan pria itu mematikan sambungan teleponnya begitu saja.

Petter menaruh benda pipih itu di atas meja kerjanya. Ia mengambil sebuah bingkai foto yang terletak di ujung meja. Disana terlihat gadis remaja berusia tiga belas tahun dengan pemuda berusia lima belas tahun sedang tersenyum bahagia.

Ia mengulas senyum saat mengingat kejadian beberapa tahun silam, dimana ia sedang berlibur ke Hawai bersama Steffany. Steffany sangat bahagia, terlihat dari senyum yang terpancam dari wajahnya. Ia sudah terlihat cantik dan menarik meski usianya masih tiga belas tahun, namun sudah membuat kaum hawa berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Ceklek

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya empat puluh enam tahun memasuki ruangan itu menghampiri sang putra yang ada di meja kerjanya.

"Kau terlihat sangat serius sampai tak mengetahui kedatangan mommy ?" Lucy memperhatikan putra tunggalnya itu sedang melamun.

Petter menolah pada wanita yang telah melahirkannya itu dengan raut wajah terkejut.
"Ah mommy mengagetkanku saja !"

Lucy tersenyum, kini pandangannya tertuju pada bingkai foto yang sedang dipegang oleh Petter.
"Bagaimana keadaan Steffany ? Apa kau sudah berhasil membujuknya untuk tinggal disini ?"

Petter menghela nafas kasar.
"Sudah mom, tapi tetap saja ia keras kepala, mom tahu sendirikan sifatnya seperti apa ?"

Lucy mengusap pelan bahu putra tunggalnya. "Kamu yang sabar, wanita sering kali lebih mementingkan perasaan dari pada
ego mereka sendiri."

"Ya Petter mengerti."

"Dan kamu jangan pernah berputus asa untuk menasehatinya, kau tahu ? Mom sangat merindukannya ?"

Petter mengotak-atik ponselnya.
"Mom ingin tahu seperti apa ia sekarang ?" Lucy hanya mengangguk.

Kemudian Petter menyodorkan ponselnya pada Lucy, disana terdapat foto seorang wanita sedang tersenyum, ia terlihat sangat cantik.
Lucy membuka mulutnya sampai membentuk huruf O.
"Wow ini Steffany, mom sampai yak mengenalinya?"

"Iya mom."

"Dia sangat cantik sekali !" Puji Lucy dengan mata berbinar.

"Tentu saja, sekarang ia sudah menjadi model mom dan ya sudah menjadi istri orang tentunya." Petter mengangkat kedua bahunya bersamaan dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa ? Kau cemburu pada gadismu ?"

Petter melotot saat sang ibu menanyakan hal konyol itu.
"Tidak !!" Ujar Petter tegas.

"Lalu ?" Lucy masih belum puas denhan jawaban putra tunggalnya itu.

"Ahh sudahlah mom, kau jangan meledekku terus !" Lucy terkekeh mendengar rengekan putranya itu.

****

Setelah kepergian Marchel dari kamarnya, Steffany memilih tidur dan mengunci dirinya didalam kamar. Sampai pukul sembilan malam pria itu baru berada di rumahnya karena ada urusan  penting. Perlahan ia membuka kunci pintu kamar itu dengan hati-hati. Ia melihat istrinya sedang tertidur pulas meski cahaya dalam kamar itu yang temaram, namun ia masih bisa melihat dengan jelas wajah kesedihan Steffany. Ia mengunci pintu dan melangkah mengambil duduk di tepi ranjang tempat Steffany tidur. Marchel membelai rambut Steffany dengan penuh kasih sayang. Ia tersenyum memandang wajah damai wanita itu, istrinya terlihat cantik meski dalam keadaan tidur sekalipun, malahan sangat cantik dan ia tak ingin pria manapun memiliki Steffany. Setelah dirasa cukup, kemudian ia segera tidur di ranjang sisi Steffany.

Queen Bee 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang