Lampu di sekitar perumahan mulai padam berganti dengan lampu tidur dengan nyala redup. Hanya lampu jalan sebagai penerangan sekitar kompleks.
Malam kian larut, Hawa dingin menusuk mengganggu aktivitas seorang gadis yang tengah duduk di balkon kamar. Ia Kinar, sedari tadi hanya membalik-balikan tumpukan buku di hadapannya. Sesekali ia mendesah lelah.
Tanpa Kinar sadari, ia telah berkutat lama dengan tumpukan tugas yang tak kunjung usai. Teriakan anjing saaling bersahutan mengagetkan pendengaran Kinar, yahh gadis itu jadi teringat cerita sahabatnya. Kata Hana kalau ada anjing melolong tengah malam tandanya akan ada hantu lewat.
"Ahh tugas ini susah sekali," gerutu Kinar.
Kinar menjadi semakin takut, segera ia bereskan buku yang berserakan di balkon. Tugas berjibun ini tak akan berakhir jika tidak diakhiri secara paksa.
Kinar berlari ke dalam kamar, ia segera menutup pintu yang menghubungkan antara kamar dengan balkon, tak lupa gorden ia tutup rapat-rapat.
Rasa takut menyelimuti kesendirian Kinar di ruang persegi bernuansa biru ini. Napas Kinar memburu, dadanya naik turun mengambil napas lebih cepat dari biasa.
Kinar penasaran, ia beranikan diri melihat keadaan luar dengan mengintip sedikit lewat gorden di hadapannya. Ia mengamati keadaan taman di samping rumah terlihat sunyi tak ada tanda kehadiran hantu, tak puas sampai di situ, kini kinar mengamati jalan depan rumah. Jalanan tampak lenggang tak ada satu pun kendaraan yang melintas. Di bagian bahu jalan terlihat gelap dengan sedikit kabut. Tak juga tampak kehadiran hantu.
"Aman." gumam lirih Kinar sambil menghembuskan nafas kelegaan.
"Aman kenapa?"
"Aaaa!!!" Kinar berteriak histeris.
Tiba-tiba terdengar suara dari belakang tubuh Kinar, ia menegang tak berani menoleh ke belakang. Kinar sungguh takut, ia menutup mata dengan kedua telapak tangan. Seolah tangan itu tak mengizinkan pemilik mata melihat wujud hantu.
Mengapa hantu itu memasuki kamar Kinar. Apa salahnya gadis ini, ia terlihat begitu takut.
Hanya teriakan yang kembali terdengar, teriakan itu berasal dari dekat pintu kamar Kinar.
"Kok hantu ikut teriak, apa dia juga takut sama muka gua. Berati gua serem donk!" Kinar hanya berbicara sendiri memikirkan hantu di belakangnya.
Tanpa ragu Kinar memutar tubuh secara cepat, di belakang tak ada hantu atau siapapun. "Kemana perginya hantu itu." Kinar bertanya-tanya bingung dalam hati. Sudahlah yang penting hantu itu sudah lenyap dari kamar Kinar.
Kinar mengembuskan napas lega, "Hohh syukurlah."
Kinar berjalan menjauhi jendela, ia masih takut jika hantu itu datang kembali. Perlahan ia menuju meja belajar guna menaruh tumpukan buka yang tengah ia pondong.
Sesampainya di dekat pintu, Kinar dikagetkan dengan suara decitan pintu terbuka. Napasnya tertahan dengan ketakutan mulai menguasai tubuhnya, kakinya melemas mulutnya kelu tak dapat berteriak seperti sebelumnya. Mata Kinar terpejam erat takut melihat wujud hantu di depan mata kepalanya.
Kinar benar-benar pasrah akan kelanjutan ceritanya ke depan, tubuh Kinar hanya mematung sambil melafalkan doa dalam hati. Semoga hantu itu mau berbaik hati membiarkan Kinar hidup lebih lama. Kinar kan belum lulus sekolah, bagaimana nanti kalo jadi hantu muda. Kan malu, kalo di bully sama hantu tua kan seram juga.
"Kinar kamu kenapa berdiri disini? Ngapain malem-malem teriak kayak dihutan." Suara bunda mengagetkan acara kinar melafal doa doa pengusir hantu.
Kinar melongo melihat Bunda tengah berdiri didepanya. Tak hanya bunda, Kinar melihat ada Ayah, Anna dan juga Riko sang abang yang tengah memandang curiga ke arahnya.
"Tadi ada hantu bun," cicit Kinar.
"Mana ada hantu Kinar, kamu ini sudah besar sama hantu aja takut." Bunda mulai mengomel dengan ekspresi geram.
Marisa sedang tidur dikagetkan suara teriakan dari kamar Kinar, ia segera membangunkan Hendra untuk melihat keadaan Kinar putrinya. Marisa sungguh takut jika Kinar sedang tidak baik.
"Iya bun, hantunya bilang aman kenapa gitu." jelas Kinar sambil bergidik ngeri membayangkan hantu yang tadi mengajaknya bicara.
"Hahahhaha ..." tawa Anna pecah.
Menggema nyaring menusuk keheningan malam.
Kinar menatap Anna dengan pandangan takut, "Bun jangan-jangan Anna kemasukan hantu."
"Husss kamu ini ngomong apa"
"Tadi itu aku Kin." Anna memegang perutnya yang mulai keram karna banyak mengeluarkan tawa.
Riko menatap polos pada Anna, "Jadi lo hantunya?"
"Ih enggak lah bang. Tadi tuh aku mau tidur sama Kinar ehh dianya ngintip cendela sambil bilang aman gitu, taunya malah teriak hantu. Aku lari kekamar abang lahh." Jelas Anna panjang lebar.
"Ya sudah kalian tidur besok sekolah." Terang ayah sambil berjalan menjauh meninggalkan kamar Kinar dengan bunda mengikuti langkah ayah kembali melanjutkan tidur yang terganggu sebab teriakan Kinar.
Riko mulai berjalan ke sebelah Kiri kamar Kinar, ia terlihat beberapa kali menguap. Sepertinya tidur Riko juga terganggu.
Kini tinggal Kinar dan Anna, Anna melangkah menuju ranjang merebahkan tubuh senyaman mungkin, sesekali terlihat menggeser layar ponsel miliknya.
Kinar berjalan ke kamar mandi, sebelum tidur ia melakukan ritual wajib menggosok gigi dan sedikit membasahi wajah dengan air agar terlihat lebih segar. Tak lupa ia gunakan night cream untuk membantu melembapkan kulit wajah sepanjang malam.
Kinar merebahkan tubuh di sebelah Anna, ia melihat Anna sudah terlelap dengan ponsel masih setia di genggam. Segera Kinar jauhkan benda pipih itu dari jangkauan Anna.
Kinar mulai menggeser layar ponsel miliknya, tak lupa ia hidup kan sambungan seluler yang sedari siang ia matikan. Terlihat beberapa notif Whatsapp memenuhi layar benda pipih itu. Ia mulai membuka Aplikasi chat berwarna hijau.
4 chat dari 👄CIPAR SQUAD👄
325 chat dari KEWAN XI IPA2🐒
Kinar mulai membuka room chat dari grup kelasnya, ia langsung scroll bagian bawah tanpa membaca awal perckapam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk Beside Me (PROSES REVISI)
General FictionHappy Reading ... Putus! Sebuah tanda berakhir dari hubungan asmara Kinar pada Alvin, kata yang teramat menusuk menyangkal rasa sayang pada kedua hati remaja ini. Bagaimana kehidupan Kinar pasca melayangkan gugatan putus pada Alvin? Tentang perjala...