2

6 1 0
                                    

Hari libur bagi Jovanka adalah surga. Yang ia lakukan hanya menonton Drama seharian dan berdiam diri di kamarnya. Lagi pula rumah Jovanka sangat sepi jadi ia tak khawatir akan di ganggu oleh siapa pun. Di rumah yang tak bisa di bilang kecil ini, ia hanya tinggal bersama Ayah dan seorang asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya sejak ia kecil. Orang tua Jovanka bercerai satu tahun yang lalu karena Ibunya memilih pria lain yang merupakan cinta pertamanya. Jovanka merasa sangat beruntung hak asuh jatuh ke tangan Ayahnya yang memang sangat dekat dengan nya. Dari kecil Jovanka tak pernah merasakan kasih sayang Ibunya yang gila kerja dan selalu mementingkan diri sendiri.

Tok tok tok

"Sarapan dulu biar ngga mati." Bagi Jovanka itu bukan kata-kata kasar yang membuatnya sakit hati. Ayahnya memang seperti itu. Nikah muda membuatnya selalu bersikap sok gaul dan sok keren. Bahkan terkadang Jovanka merasa bahwa itu bukan Ayahnya tetapi Kakaknya. Pasalnya selain usianya memang masih muda, wajah Ayahnya juga tak terlihat seperti duda beranak satu.

Jovanka tersenyum melihat Ayahnya mempersiapkan sarapan untuknya walau pun hanya bubur ayam. Tapi keahlian memasak Ayahnya memang tak perlu di ragukan lagi. Dan setiap hari minggu asisten rumah tangganya di liburkan oleh Ayahnya.

"Sarapannya gue bawa kamar ya Yah." Bukannya Jovanka tak sopan berbicara dengan Ayahnya seperti  dengan temannya, tapi memang seperti itulah mereka. Dari kecil Ayahnya mengajarkan begitu agar mereka lebih akrab dan tak ada kecanggungan sedikit pun.

"Pamali anak gadis makan di kamar. Hidup lu di kamar mulu."

"Gue belum kelar nonton drama elah."

"Pantes hidup lo kek drama. Abis sarapan anterin makan ke rumahnya di kampret. Gue khawatir dia pingsan belum sarapan."

"Kenapa ngga suruh kesini aja sih."

"Lu turunan siapa sih susah banget disuruh. Tinggal nyebrang jalan aja kaya harus muter dulu ke Senayan."

"Beliin album IKON dulu ya?" Jovanka mengeluarkan puppy eyes andalannya yang bisa menaklukan Ayahnya.

"IKON nya sekalian gue beli biar lu bahagia. Udah ah, cepet abisin sarapannya."

"Tapi Yah, GOT7 juga mau comeback. Sekalian beliin album GOT7 juga ya?"

"Pindah Korea aja yuk Van, gue cariin lu orang tau baru yang lebih baik di banding gue."

"Ih, Ayah."


Rumah Jovanka dan Chan memang hanya tinggal menyebrang jalan saja, alias saling berhadapan. Tapi kenapa Jovanka rasa ia harus berjalan melewati lembah dan rawa-rawa dulu sangking lamanya. Ya bagaimana tidak lama? Langkah Jovanka saja terkesan di seret-seret dan lambat sekali. Ia sungguh akan mengamuk pada Chan jika ia sudah sarapan padahal ia membawakan makanan untuk nya. Lagi pula kenapa Chan tidak kerumahnya saja seperti biasa?

Bicara soal Chan, ia memang tinggal seorang diri di rumah besarnya bahkan tanpa asisten rumah tangga. Karena Chan memang memilih untuk menyewa asisten rumah tangga Jovanka untuk bersih-bersih. Dan urusan makan, ia akan mengungsi ke rumah Jovanka atau makan di luar. Harusnya Chan memang tidak ikut orang tuanya pindah ke Australia, tapi ia tak mau meninggalkan tempat yang sudah banyak menggoreskan kenangan untuknya. Ia rasa hidup bersama kedua orang tuanya pun ia akan tetap seorang diri karena orangtuanya gila kerja.

"Lah, kok pintunya kebuka?"

Jovanka heran dengan pintu rumah Chan yang terbuka begitu saja. Biasanya pintu itu memang tidak terkunci. Tapi baru kali ini terbuka dan lumayan lebar. Apa memang sengaja terbuka atau jangan-jangan ada penyusup masuk?

"Omo!"

Jovanka langsung menghentikan langkahnya begitu menemukan orang-orang yang tidur di karpet depan TV dengan berbagai pose. Jovanka tau betul siapa orang-orang itu. Mereka lah anak-anak nyasar alias Straykids. Setau Jovanka, mereka punya basecamp sendiri tapi kenapa sekarang mereka terdampar di sini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LET'S NOT FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang