part 2

471 88 5
                                    

Author POV

“annyeonghaeseo”, ucap Krystal ramah.

Dokter Irene, Amber dan Henry tampak kaget dengan kehadiran Krystal.

“ohh, kau sudah datang. Wah, kau semakin cantik saja Dokter Krys”, ucap Dokter Irene. Segera menghampiri Krystal menjabat tangan Krystal.

“ hahaha, Ne. Sunbae bisa saja”, ucap Krystal malu karena dikatakan cantik oleh seniornya dulu ketika kuliah.

“oh ya, perkenalkan ini salah satu pasien yang akan kau tangani dan merupakan pasien yang paling keras kepala dan sulit diatur”, dokter Irene mengarahkan pandangannya ke Amber yang menatap tajam ke arahnya.

“annyeonghaeseo, Choneun Krystal Jung-imnida”, Krystal memperkenalkan dirinya serta membungkuk 90 derajat.

“Amber Liu-imnida. Mohon bantuannya”, balas Amber sedikit membungkukkan badannya.

“ahh, saya keluar dulu. Ada yang perlu saya bicarakan dengan sekretaris anda. Tuan Henry bisa kita bicara sebentar?”, ujar dokter Irene. Merasa namanya disebut-sebut, Henry segera bangkit dari duduknya, mengangguk menjawab pertanyaan dari dokter Irene.

“Krys, Kau kutunggu diruangan ku”, tambah dokter Irene. Krystalmengangguk meng-iyakan perintah Sunbae nya.

“Hen, setelah ini kembalilah kekantor, gantikan aku memimpin rapat antar Divisi”, ucap Amber memerintah sekretarisnya itu.

“yak, kenapa kau selalu mengalihkan tugasmu kepada ku. Aku masih punya banyak tugas yang lain”, ujar Henry kesal.

“yak evil, aku atasanmu. Itu terserah padaku. Jika kau tidak mau maka kau tidak akan mendapatkan gaji bulan ini.”, ancam Amber, tersenyum evil, mungkin karena terlalu banyak bergaul dengan Henry.

“ANI, kau jangan seperti itu hyung. Aku akan menjalankan perintahmu, SAJANGNIM”, balas Henry, menekankan kata sajangnimnya. Henry segera keluar menghampiri dokter Irene yang sudah lebih dahulu keluar dari ruang rawat itu.

Krystal tersenyum menanggapi pertengkaran kecil antara atasan dan bawahan itu.

“apa kalian bersahabat?”, tanya Krystal.

Amber mengalihkan pandangannya ke yeoja yang berdiri disamping tempat tidurnya. Tidak mengerti maksud dari perkataan dokternya itu.

“Anda dan sekretaris itu”, tambah Krystal.

“ohh, ne. Dia sahabat ku sejak kecil”,

Krystal mengangguk menanggapi jawaban Amber itu. Keheningan melanda ruang rawat itu hingga beberapa menit. Tidak ada topik pembicaraan diantara mereka.

“oh ya, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada anda Tuan Amber”, ucap Krystal memecah keheningan itu.

“jangan seformal itu. Aku rasa kita tidak terlalu jauh perbedaan usianya. Apa yang ingin kau tanyakan?”, ujar Amber.

“baiklah, Amb--ber”, ucap Kryst sedikit ragu mengatakan nama Amber langsung.

“kau tinggal dengan siapa? keluarga? atau sekretaris mu itu”, tanya Krystal, bahasanya sudah tidak seformal tadi.

“aku tinggal dengan ibu ku dan seorang pembantu rumah tangga. Tapi saat ini ibu sedang pergi ke Amerika mengunjungi adik perempuan ku. Dan bibi Han – pembatu rumah tangga ku hanya datang pagi dan dimalam hari dia akan pulang karena dia sudah berkeluarga”, jelas Amber.

Krystal mengangguk, tanda mengerti."intinya anda tinggal sendiri bukan”, Krystal menyimpulkan ucapan Amber. Amber hanya menganggukkan kepalanya.

“ku sarankan agar kau tidak tinggal sendirian. Itu terlalu berbahaya untuk kondisi mu yang sepertinya sudah sangat parah ini”, usul Krystal.

“Ahh, kalau begitu dokter tinggal saja dirumah ku. Bukankah itu solusi yang bagus, dokter bisa merawat ku dengan lebih mudah”, ujar Amber asal sambil tersenyum.

Deg

“Nn-dee? Aa-pa yang kaa-uu katakan?”, tubuh Krystal menegang dan wajahnya memerah mendengar perkataan Pasiennya itu.

“hahahaha, aku hanya bercanda dokter Krys. Wajah mu sangat lucu”, ucap Amber, tertawa senang karena berhasil menggoda dokternya itu. Amber tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Image dirinya yang dingin dan pendiam hilang entah kemana. Apakah karna dokter muda itu? Entahlah.

Mendengar perkataan pasiennya itu, Krystal merasa sangat kesal pada Amber. Sepertinya pasiennya yang satu ini akan melatih kesabarannya.

“AWWW, APPO”, teriak Amber, memegang tangan kanannya setelah sebuah tangan mungil melayang memukul tangan kanannya.

“yakk, aku pasien disini. Bagaimana bisa seorang dokter menyakiti pasiennya. Aku bisa menuntutmu dan kau akan dipecat”, ucap Amber kesal bercampur marah.

“silahkan saja. Aku tidak takut tuan AMBER LIU. Lagi pula aku jamin bila aku dipecat, tidak akan ada dokter yang mau menanganimu. Aku sudah mendengar semua tentang mu dikalangan dokter dan suster dirumah sakit ini. Karena kau sangat sulit ditangani”, Amber kaget mendengar penuturan Krystal tersebut. Dia menunduk, merasa kalah dari Krystal. Namun Amber tak mau menunjukkan kekalahannya itu. Segera ditegakkannya kembali kepalanya, tapi deg deg deg

 Jantung Amber berdetak sangat tidak beraturan, dan itu membuat Amber merasakan sakit pada dadanya, tapi dia menahannya. Bagaimana tidak, jarak wajah Krystal dan dirinya saat ini kira-kira hanya 10 cm. Yeoja itu sedang memperbaiki perban pada kening Amber yang sedikit longgar. Ya ketika Amber pingsan, keningnya membentur ujung meja kerjanya, mengakibatkan sedikit goresan pada keningnya.

“siapa yang memasang perban ini? Apa dia tidak dilatih untuk memasang perban dengan baik. Ahhh, sunggung keterlaluan”, omel Krystal masih tetap memperbaiki perban Amber.

Krystal yang masih fokus memperbaiki perban Amber,Tidak menyadari Bahwa keadaan namja yang ada didepannya Saat ini Sedang menegang dan bertarung dengan detak jantungnya serta rasa sakit yang diakibatkan oleh jantungnya itu. ‘Amber Liu tenanglah. Jangan seperti ini. Apa yang terjadi denganmu? Ini sangat memalukan bila sampai dokter ini mendengar detak jantungmu ini’, batin Amber.

“kau kenapa? Kenapa detak jantungmu tidak beraturan seperti itu? Apa ada yang sakit?”, tanya Krystal. 

‘wahh, daebak. Dia benar-benar dokter yang hebat. Bagaimana bisa dia tau detak jantung ku yang tidak normal tanpa mendekatkan telinganya kedadaku atau menggunakan stetoskop. Ahhh ini sangat memalukan’, batin Amber lagi.

“tuan Amber. Kau baik-baik saja?”, tanya Krystal lagi dengan sedikit mengguncang tubuh Amber karna tak ada reaksi yang diberikan Amber.

“ahhh, aa-ni. Gwenchana. Aku ingin istirahat”, ucap Amber cepat, membaringkan tubuhnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya hingga kepala.

Krystal yang melihat tingkah aneh pasiennya langsung mengerutkan keningnya.

“kau yakin?”, tanya Krystal memastikan.

“mmmm”, hanya suara tenggorokan yang diberikan oleh Amber sebagai jawaban.

“baiklah. Aku akan pergi. Bila terjadi sesuatu cepat tekan alarm”, perintah Krystal. Dia pun beranjak keluar dari ruangan itu. Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, Amber segera membuka selimut yang menutupi tubuhnya, duduk bersandar pada kepala tempat tidur.

“ahhhh, babo. Amber babo”, maki Amber pada dirinya sendiri dan menjambak rambutnya.

“ada apa ini. Apa aku menyukainya? Ani, tidak mungkin secepat itu.”, Amber terlihat seperti orang gila sekarang, berbicara seorang diri. Bertanya kemudian menjawab pertanyaannya sendiri. Hahaha, sepertinya itu gejala seseorang yang sedang dilanda penyakit jatuh cinta.


Survive life for loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang