"Are you sure about this?"
"About what?"
"Leaving our first home?"
Gue terkekeh. "Yes. We gonna move to a better place."jelas gue.
Jadi, sebenarnya ini udah mimpi gue bersama Calya. Kalian ingat gak waktu gue nemenin Calya survey ke Bandung dan dia bilang mau punya rumah yang pemandangannya kebun teh alias indah?
Nah, setelah bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga sama doi. Akhirnya gue baru bisa merealisasikan keinginan sekarang.
Gak usah khawatir, gue udah mempertimbangkannya matang-matang. Mulai dari lingkungan rumah gue nantinya, fasilitas sekeliling, dan semuanya udah gue pastiin kalau memang ini adalah pilihan yang tepat.
Memang gue dan Calya gak akan tinggal di dekat kebun teh, karena jujur aja. Buat gue dan Calya yang punya anak kecil, terus tinggal di dekat kebun teh rasanya gak kondusif gitu. Menurut kita loh ya, gak tau menurut kalian bagaimana.
Gue memilih untuk pindah pulau, asik. Kita akan jadi warga pulau dewata yang punya sejuta pesona. Tenang, gak di pusat kotanya banget tapi gak di pedalaman banget. Masih enak lah kanan kiri.
"Kira-kira nanti aku bisa ketemu artis hollywood gak ya kalau tinggal di bali?" tanya Calya. Kenapa sih ini istri gue pemikirannya kadang kayak ongol-ongol.
"Bisa. Aku juga bisa ketemu miyabi."
Muka Calya langsung galak. "Sono kalau mau kena raja singa mah!"
Pernah gak sih, lo merasa seperti seneng dan sedih secara bersamaan?
Jujur gue sedikit sedih ninggalin rumah pertama yang menjadi saksi bisu semua lika-liku kisah gue dan Calya dari mulai pertama nikah sampai kita hampir aja pisah.
Semua sudut rumah ini punya cerita. Kamar gue yang tempat terjadinya perkembang biakkan dan akhirnya melahirkan duo yupi. Dapur yang beralih fungsi jadi laboratorium tempat Calya bikin segala sesuatu tentang masakan atau kue. Kamar anak-anak dan banyak tempat lagi yang selalu punya kenangan.
Tapi gue sadar, saat kita ingin memulai kisah yang baru kita haru mengakhiri kisah yang lama dulu.
Gue sangat ingin memulai kisah baru dengan Calya dan anak-anak gue di tempat yang baru dan menurut gue lebih baik. Jadi gue harus mengakhiri kisah gue dan Calya di tempat ini, di rumah ini.
Dulu gue sering banget nyakitin Calya. Dan sekarang gue dikasih kesempatan sama Tuhan untuk membahagiakan dan mewujudkan salah satu dari sekian banyak mimpi yang dia punya.
Gue udah ngebayangin deh Calya pake bunga yang diselipin di telinganya, terus duo yupi bisa ke pantai kapanpun karena memang lumayan deket. Such a beautiful dreams, right?
Fase dimana gue dan Calya bertransisi dari kita pacaran sampai memulai komitmen sebagai seorang suami isteri menurut gue udah selesai disini. Fase dimana masih ada hal sepele yang berubah menjadi bola api panas udah berakhir.
Dan sekarang, gue ingin memulai fase yang baru dengan Calya dan anak-anak gue tentunya. Fase dimana hanya ada canda tawa dan kebahagiaan untuk kita semua. Ya hidup emang gak selalu bahagia, tapi saat lo bisa melewati masa buruk lo dengan orang yang lo sayang, pasti rasanya gak akan begitu sulit. Yakan?
Calya meluk gue. "Aku pasti kangen deh sama ibu-ibu komplek yang suka jualan tupperware." keahlian Calya yang paling utama ternyata merusak suasana. Shit! Kenapa gue gak sadar dari dulu ya?
"Nanti disana ibu-ibu kompleknya bule kamu gak bisa ngomong bahasa inggris lagi." ledek gue.
"Enak aja!" protes Calya.
"Papah..." Mako tiba-tiba nongol dengan wajah sedihnya.
"Kenapa sayang?"
"Tadi kak Angel cry gara-gara Mako mau moving.." haha, gue sedikit mau ngakak tapi sedih juga. Secara Angel dan Mako ini udah ibarat tahu bulat dan bumbu balado. Gak bisa dipisahkan.
"Nanti kita kesini lagi kok, main sama kak Angel." kata gue. Mako menatap gue, "Bener? Papah gak lying kan?" gue menggeleng. "Engga. Promise."
Setelah menghabiskan bernostalgia dan lebay-lebayan, gue baru sadar kalau kita berempat udah harus pergi ke bandara karena jadwal flight kita sebentar lagi.
Kita udah gak terlalu bawa banyak barang karena emang sebelum udah dikirim terlebih dahulu. Bahkan mobil gue pun udah gue suruh si Ivan yang pake.
"Ready?" tanya gue ke Calya. Calya menoleh, lalu senyum yang sampai sekarang masih menghangatkan hati gue pun muncul. "Ready." jawabnya.
"Mako, ready to meet your new home and friends?" Mako diem lalu menatap gue sambil senyum. "Ready!" ucapnya girang.
So yeah, gue pun gak kalah siap sama mereka untuk memulai fase ya baru.
Dengan perginya gue dari rumah ini, sama artinya dengan gue menutup kisah lama gue dan memulai yang baru. Semua keburukan yang pernah terjadi di rumah ini, gue harap hanya akan menjadi kenangan dan gak terjadi lagi di rumah gue yang baru.
Gue, Calya, Mako, dan Kiko akan melangkah ke fase yang baru. Sesuatu yang lebih baik dari fase sebelumnya, seenggaknya itu adalah harapan dan kewajiban buat gue.
Sedih sih emang untuk mengakhiri sesuatu hanya karena ingin memulai yang baru. But hey, this is life. Lo gak bisa serakus itu dengan mau semuanya tanpa mengorbankan sesuatu.
So yeah, this is me and my little family. We gonna move to a better place, i hope.
Doain aja semoga anak ketiga gue cowok karena ya Tuhan gue juga pengen punya temen yang jantan di rumah. Hahaha, tapi paling penting doain gue dan keluarga gue sehat-sehat aja.
Thankyou so much for always being there in my family's ups and down.
Ini adalah akhir cerita dari fase gue yang sekarang. Apakah gue akan menceritakan semua kehidupan keluarga gue di fase berikutnya? Who knows.
So, see you again.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You More [PCY]
FanficA sequel of I love you so bad. Highest rank 12 in fanfiction