Menjejakkan kaki di dorm EXO

11 0 0
                                    

:: Sehun Pov

“Apa aku harus mentraktirmu makan untuk mengucapkan terima kasih? Ah, atau aku bisa membantumu ketika kau butuh asisten saat kau bekerja?” setelah mencegahku pergi dia kembali mencoba merayuku. Harus aku apakan yeoja ini?

“Sekarang, masakkan aku makanan.” Mulutnya menganga dan tidak berkutik persis seperti yeoja pabo yang sering aku temui. Tapi entah kenapa, ekspresi bodohnya itu membuatku ingin ketawa.

“Pali, apa yang kau tunggu? Kau tidak mau melakukannya?” Dia masih mematung dan mulutnya masih menganga lebar, aku harap tidak membuat keputusan yang berakibat fatal untuk masa depanku.

---

Dia berjalan di belakangku, sambil menggumamkan banyak hal. Terlalu banyak hal hingga membuat kepalaku serasa pening hanya dengan mendengarkannya saja. Kemudian aku merasa menyesal sudah membuat keputusan itu. Kenapa pula aku tidak pulang naik taksi saja? Kalau tahu dia benar-benar sangat mengganggu.

“Changkan... kau mau kemana? Bukankah lebih dekat kalau kita menyebrang jalan ini saja?” Dia, pasti dia juga memiliki rasa ingin tahu yang terlampau besar.

“Aku lebih suka jalan memutar, sana kalau kau ingin menyebrang jalan.”

“Wae? Bukankah kau bilang sudah lapar? Jalan memutar itu benar-benar terlalu jauh. Kajja...” Wah, tanpa permisi dia menarik tanganku ke arah persimpangan jalan. Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku bersikeras jalan memutar pasti akan menjadi aneh.

Dia sudah melangkah lebih dulu untuk menyebrang dan aku tidak bisa menyusulnya, kakiku tiba-tiba terasa kaku dan kepalaku mulai pusing melihat ramainya jalanan. Saat aku mulai gontai, seseorang memegang lenganku.
“Gwaenchana? Ayo kita menyebrang bersama-sama.” Dia menggenggam tanganku erat dan membantuku menyebrang.

:: Sehun End Pov

“Aku benci menyebrang jalan, kenapa kau memaksaku melakukannya?"

Setelah sampai di sisi jalan yang kami tuju, dia tiba-tiba marah-marah dan melepaskan tanganku. Dia baru saja bilang kalau dia benci menyebrang jalan? Wae? Tapi wajahnya memang berubah sangat pucat. Dia kenapa? Kali ini aku tidak bisa membalas kemarahannya karena dia tidak terlihat baik-baik saja.

“Mian, aku tidak tahu kalau kau sangat membencinya.” Dia berlalu mendahuluiku dan aku hanya mengekor di belakangnya.

---

Kalau dari dalam, Dormnya terlihat lebih besar. Terlalu banyak barang di sini, yah tentu saja karena penghuninya bukan hanya 1 orang tapi satu lusin orang. Aku kembali mencuri pandang dan dia terlihat masih marah, dia duduk di sofa dan mengambil ponsel dari sakunya lalu memainkannya.

“Apa yang ingin kau makan?”

“Apa saja. Asal enak.” Aku membuka kulkas dan mengecek isinya, bahan apa saja yang bisa aku masak untuk dia? dan ternyata, tidak ada apapun. Aku kembali mengecek di dalam lemari dapur, tarrrrrrrrrrraaaaaaa hanya ada ramen saja.

“Tidak ada apapun kecuali ramen. Apa tidak apa-apa seorang Idol makan ramen di tengah malam begini?”

“Masak saja.”

“Kau masih marah karena masalah menyebrang jalan tadi? Itukan bukan masalah besar.”

“Kau bilang bukan masalah besar? Bagaimana kalau tadi ada pengendara mobil atau motor yang membawa kendaraannya ugal-ugalan dan melukaiku?”

“Tapi buktinya tidak ada pengendara seperti itu tadi dan kau tidak apa-apa, kau dan aku sampai di sini dengan selamat dalam kondisi sehat walafiat. Memangnya sampai kapan kau akan memikirkan hal sepele seperti itu? Kau bisa stres, bila sudah begitu kau tidak akan bisa tidur setelahnya kau akan insomnia dan pagi harinya akan timbul kantung mata yang sangat lebar dan wajahmu akan terlihat kusut, kau tidak akan terlihat tampan. Jadi, berhenti memikirkan hal tidak berguna.”

Lucky OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang