Tarakan, Kota yang Indah. Senang rasanya bisa berlibur disini. Meskipun lahir disini, nyatanya aku tidak tinggal di Kota ini.
Disaat umurku enam tahun, Papa dan Mama memutuskan pindah ke Pontianak. Katanya ingin mencari suasana baru setelah kepergian Nini-Mama dari Papaku. Dan setelah sekian lama-entah berapa tahun akhirnya aku kembali lagi menginjakan kaki di Kota ini. Meskipun hanya sekedar berlibur, tapi tak apa, ini jelas bisa mengobati rasa rinduku.
Ah hampir lupa, perkenalkan namaku Briggitha Johannie Suzy. Mahasiswa semester akhir di STAN Tanggerang jurusan Perpajakan. Maka dari itu aku jarang liburan ke Tarakan, karena biasanya kalau liburan aku pulangnya ke Pontianak.
Tunggu! Itu sepertinya ada orang yang mau bunuh diri. Astaga! 2018 masih saja ada orang yang berpikir pendek seperti itu. Orang yang kena Kanker staduim akhir aja berjuang keras agar bisa bertahan hidup, Lah dia? Mau mengakhiri hidupnya. Andai saja nyawa seseorang bisa ditukar, pasti akan ku suruh bertukar nyawa dia dengan Dio, Sahabat kecilku yang sedang berjuang melawan Leukimia stadium dua.
Aish! "STOP BERHENTI! Bunuh diri gak akan nyelesain masalah kamu. Percaya deh sama aku. Gini ya, misalkan kamu punya banyak hutang.." aku memperhtikan orang yang mau terjun dari atas tebing itu, sepertinya dia bukan mau bunuh diri gara-gara punya banyak hutang deh. "Ah, maksudku jika kamu ditinggal nikah sama pacarmu, dengan kamu bunuh diri gak akan bikin dia cerai sama suaminya. Kecuali kamu gentayangan, terus mengganggu rumah tangga mereka. Tapi apa kamu yakin setelah terjun dari sini kamu akan gentayangan? Gimana kalau langsung dikirim ke Neraka?" Oke Fix, aku mulai ngawur.
Loh-loh kok dia malah makin jalan ke pinggir tebing. Apa teriakanku gak kedengeran Ya? Atau dia nggak ngerti dengan bahasaku? "HOI Mang! Kaka! Aku disini! JANGAN BUNUH DIRI! AYUJA BUNUH DIRI, TAPI NANTI JA HABISKU BEJAUH DARI SINI! (HOI Om! Kakak! Aku disini! JANGAN BUNUH DIRI! OKE SILAHKAN BUNUH DIRI, TAPI NANTI SETELAH AKU PERGI DARI SINI)". Teriakku sambil melambai-lambaikan tangan dan berloncat-loncat. Aku tidak sekecil semut kan sampai-sampai tak bisa dilihat dari atas tebing yang letaknya tidak begitu jauh dari posisiku sekarang.
Baiklah, aku akan naik! Mama, Papa, banggalah dengan anak semata wayangmu ini. Karena hari ini, tepat diusia yang keduapuluh tahun aku bisa berguna bagi orang lain.
Loh kok dia liatin aku manjat tebing ini sih, bukannya tadi dia mau bunuh diri ya? Aku menghembuskan nafas panjang. Capek coeg! Panjat tebing berasa naik bukit ternyata.
"Jadi kamu orang yang sedari tadi berteriak tidak jelas?" OMG, tampan ternyata. Tatapannya itu menusuk, tapi bikin aku terhanyut ingin terus membalas tatapannya. Ini sih cowok jenis langka kualitas premium. Jelas sayang kalau disia-siakan.
"Daripada Masnya bunuh diri gara-gara ditinggal Nikah sama pacarnya, mending Nikah sama aku aja. Perkenalkan Briggitha Johannie Suzy, biasa dipanggil Suzy. Tapi khusus untuk Mas, silahkan panggil aku Sayang" Ucapku sambil mengulurkan tangan, tak lupa senyum termanis yang ku punya ku tampilkan padanya.
"Gadis Bodoh"
Sebentar sebentar, bukannya memuji atau berterimakasih, kok dia malah mengumpat.
"Ucapanmu itu buatku?" Aku bertanya biar jelas, biar gak salah paham. Sayangnya dia tidak menjawab pertanyaanku, dia lebih memilih untuk turun dari tebing. Ah, tak apa. Setidaknya dia tidak jadi bunuh diri.
Tunggu sebentar! Benar sekarang aku diatas sini? Aku melemparkan pandanganku ke sekeliling. Cantik sekali. Lautnya benar-benar cantik kalau dilihat dari atas sini.
"TARAKANN.. I MISS" Teriakku nyaring sambil merentangkan kedua tanganku, kemudian berputar-putar. Menikmati angin yang membelai tubuhku, menyaksikan pemandangan laut yang memanjakan mataku, dan mendengarkan suara ombak yang mengalun indah ditelingaku.
Kebahagianku seketika sirna ketika melihat seekor ular menuju ke arahku. Aku panik. Haruskah aku terjun dari sini ke bawah? Sangat mustahil. Ya sudah aku berpasrah, setidaknya mati digigit ular lebih terhormat daripada mati karena jatuh dari tebing dan disangka bunuh diri. "Mama, Papa, aku mau minta maaf karena sering bohong soal uang bulanan. Bilangnya buat beli buku, tapi kenyatannya buat foya-foya neraktirin temen-temenku. Maaf, Ma. Maaf, Pa. Aku sayang kalian" ucapku sambil meringis. Aku memutuskan menutup mataku, berpasrah dengan Tuhan.
Sepuluh detik berlalu, tidak ada tanda-tanda ular menggigitku. Apa gigitan ular tidak berasa? Apa aku sudah mati? Ya mungkin aku sudah mati. Karena gak mungkin aku melihat malaikat kalau aku belum Mati. Tunggu sebentar! Dia kan! Sontak aku bangun dari dudukku dan sungguh sial. Sepertinya hari ini sudah ditakdirkan Tuhan menjadi hari kematianku.
"BRIGGITHA..!!!" Hanya teriakan itu yang terakhir ku dengar sebelum masuk ke dalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie to You (Sehun×Suzy)
RandomOleh author (@dyawi24) Terbiasa . . Iya, aku harus terbiasa dengan semuanya agar baik-baik saja Demi Tuhan . . Semakin lama, sepertinya aku tidak akan baik-baik saja