'I can't beat my sad heart. Again I'm enduring the dark sleepless night. Without regard for my despair, the morning indifferently wakes me.'"Jadi, kapan kau akan kembali ke London?"
Cuaca nampak mendung saat kau tengah berada di salah satu butik milik salah seorang temanmu, Nayeon. Butiknya sendiri terbilang cukup besar dibanding dengan butik pada umumnya yang terletak di sudut kota Seoul. Kau datang ke sini sebenarnya untuk mengunjunginya, mengingat sudah cukup lama kau tidak berjumpa dengannya.
Pertama kali kau bertemu dengannya sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, saat itu ia juga menghadiri sebuah acara fashion week di Paris, tempat duduknya tepat di sebelahmu, dimana kau juga hadir sebagai brand ambassador dari salah satu merek parfurm ternama disana. Nayeon adalah gadis yang baik, kau bahkan sudah menganggapnya sebagai keluargamu sendiri seperti halnya kau menganggap Jisoo Kakakmu.
"Aku masih punya beberapa minggu setelah pertunangan Jisoo lusa.. " jawabmu dengan melirik sekilas beberapa pengunjung yang tertangkap tengah memandangimu penuh selidik. Bahkan dengan segala macam alat penyamaran diri, tetap saja mereka masih menaruh curiga padamu.
"Aku berencana menghabiskan sisa waktuku di sini bersama nenekku, kau tau, akan sangat sulit mengambil cuti selanjutnya, terlalu banyak jadwal juga event yang harus dihadiri.." Kau kembali menjatuhkan pandangan pada Nayeon yang kini duduk di depanmu sementara tangannya sibuk mengaduk-ngaduk cokelat panas yang tersaji di atas meja.
"Aku tau, mau bagaimana lagi, berjauhan dari keluarga adalah salah satu konsekuensi menjadi orang sepertimu, bukan?"
"Ya.. Kau benar.." sementara kau umbar tawa garingmu, temanmu itu tau betul jika kau tengah diam-diam berusaha menyembunyikan rona kesedihan yang samar terlihat dari balik kaca mata hitammu.
Menjadi diriku rasanya memang sulit.. Kau membatin dalam hatimu, membenarkan apa yang Nayeon katakan tadi. Berjauhan dari duniamu yang dulu adalah konsekuensi menjadi apa dirimu yang sekarang.
"Hey.. Sudahlah, lagi pula kau tidak datang untuk membahas ini, bukan?" Nayeon yang melihatmu semakin menunduk lantas dia mengenggam sebelah tanganmu seraya menguar senyum kelincinya, ia harus mengalihkan topik yang semakin lama semakin berat saja didengar. "Kau bilang Jisoo akan bertunangan?"
Sembari kembali membenarkan posisi duduknya Nayeon berucap. Kau hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan sahabatmu yang kini mulai sibuk meniupi cokelatnya yang terlihat masih mengepul.
"Aku dengar acaranya bukan sebatas pertunangan Jisoo saja, tapi juga pengangkatan adiknya menjadi Presdir baru menggantikan ayahnya yang pensiun.."
Sejenak kau sibuk memerhatikan lalu lalang orang-orang di luar yang sedikit lengang karena hujan yang mulai turun dengan deras, sebelum kembali menjatuhkan pandanganmu pada Nayeon yang kini tengah serius mengusap-usap layar ponselnya.
"Di dalam artikel ini disebutkan jika adiknya itu.. hey! Umurnya sepantara denganmu." Nayeon berucap sembari meletakkan cangkirnya di atas meja, yang sebelumnya ia pegang di tangan kirinya. "Dia juga menjadi lulusan terbaik di Universitas Seoul dan melanjutkan magisternya di England, Jennie kau harus melihat fotonya, dia sangat..-"
"Tidak perlu." sembari menyesap teh hijaumu yang kini tak lebih panas seperti sebelumnya, kau lebih memilih menyibukkan dirimu menatap keluar dimana jalanan sudah mulai tergenang dengan air hujan, dari pada harus mendengarkan celotehan sahabatmu tentang seseorang yang sama sekali tidak kau ketahui.
"Aku yakin, dia pasti pria yang baik."
Lima belas menit hingga akhirnya Nayeon selesai becerita panjang lebar. Dan diantara banyaknya hal mengenai pemuda itu, ada satu hal yang betul-betul kau ingat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Perfectly
FanfictionSebuah ketidak sempurnaan kasih sayang di masa lalu adalah hal yang mengharuskan takdir kalian untuk selalu terikat. Berpaling, menjauh, melupakan. Tak peduli bagaimana kau berusaha menjaga jarak hatimu darinya kembali, namun sesuatu yang terikat, m...