Adit

51 2 0
                                    


 

Muhammad Raditya Angkasa anak semata wayang annisa putri dan Randy fernando. Kehidupan mereka sangat harmonis walau jauh dari kata mewah, sang ayah hanya penjual bakso keliling sedangkan sang ibu tidak bekerja atas perintah suami. Raditya atau kerap disapa adit kini baru berusia 5tahun dia termasuk anak yang aktif cerdas dan berparas tampan. ia selalu menemani sang ayah jualan bakso keliling walaupun seharusnya anak seusia dia masih sibuk bermain bersama teman-teman tetapi tidak dengan adit, ia justru memilih menemani sang ayah.

"Ayah kok bakso kita belum laku juga ya?  Padahal kan adit udah doain ayah sebelum berangkat tadi" ujar adit memasang mimik muka sedih karena dagangan ayahnya belum juga laku padahal hari sudah menjelang siang.

"Kita harus sabar nak karena itu sudah resiko berdagang kadang rame kadang sepi" jelas randy jongkok menjajarkan posisi sang anak

"Oohh gitu ya ayah" ucap adit menatap sang ayah dan dibalas anggukan kecil

"Ingat pesan ayah kita harus bersabar jangan mudah putus asa, adit paham"
Jelas randy kepada sang anak entah ia paham atau tidak maksud dari perkataannya.

"Adit paham ayahh" jawab adit antusias membuat randy gemas melihat tingkah sang anak

"Kita duduk disini aja ya nak sambil nunggu pembeli" ujar randy menghentikan gerobak dibawah pohon dan menurunkan kursi plastik yang berada diatas gerobak

"Iya ayah, semoga aja nanti ada yang beli aamiin" adit menempelkan kedua telapak tangannya kemuka seraya mengucapkan kalimat aamiin

"Aamiin" sambung sang ayah
"Adit sini duduk disamping ayah" ucap randy menepuk2 kursi disampingnya

"Baik ayahh"

Randy dan annisa sangat bangga bisa memiliki seorang anak yang penurut seperti adit terlebih diusianya yang masih kecil tapi cara berfikir adit sudah seperti orang dewasa dia mau membantu sang ayah bekerja keras demi sesuap nasi. Kadang randy dan annisa merasa gagal menjadi orang tua karena sang anak harus ikut bekerja seperti sekarang.

"Ayah kapan adit bisa sekolah kayak kak doni anak tante fara" tanya adit kepada ayah yang hanya dibalas tatapan senduh.
"Ayahhhh" panggil adit sekali lagi melihat sang ayah tidak menjawab pertanyaannya.

"Adit sekolahnya nanti ya, kan adit masih kecil umurnya belum cukup" balas randy mencoba untuk meyakinkan adit sedangkan dalam hati randy berkata
"Maafkan ayah nak ayah belum bisa kasih yang terbaik buat kamu, uang ayah belum cukup untuk mendaftar sekolah kamu" randy menahan sesak didadanya melihat sang anak sangat ingin bersekolah seperti teman-temannya yang lain.

"Tapi kan adit udah besar ayah, adit juga udah bisa nulis kok" adit menatap sang ayah dengan penuh harap.
Randy sudah pernah menemui kepala sekolah Taman Kanak-Kanak Bakti Ibu untuk menanyakan biaya sekolah disana. Jumlah uang untuk masuk diTK Bakti Ibu tidaklah sedikit sekitar 10juta bahkan randy tidak tau harus berapa lama ia mengumpulkan uang sebanyak itu, untuk makan saja randy masih kesulitan.

"Ayah janji nanti kalo umur adit udah cukup ayah akan daftarkan adit sekolah seperti teman-teman yang lain" bujuk randy melihat raut wajah sang anak murung

"Ayah janj.. " ucapan adit terpotong oleh kelakson mobil yang berhenti didepan gerobak sang ayah

"Bang bakso dagingnya 4porsi dibungkus" ujar sang pembeli membuka kaca mobil

"Iya neng, ini cabenya mau dipisah atau digabung aja" randy mulai membungkus bakso menoleh sebentar kearah pembeli

"Pisah aja bang" ucap pembeli yang hanya dibalas anggukan dari randy, ia segera membungkus bakso pesanan dengan telaten dan cepat.

"Ini neng" randy menyodorkan bakso yang sudah dibungkus kedalam mobil

"Berapa semuanya bang" tanya sang pembeli

"40ribu neng"

"Ini bang" pembali menyodorkan uang selembar warna biru kepada randy

"Bentar neng kembaliannya 10ribu" randy membuka laci mengambil uang kertas 10ribu dan memberikannya.

"Makasih" ucap lembut mbak pembeli yang segera melajukan mobilnya.

"Sama-sama neng" balas ayah kembali ketempat duduk

"Yeyeyeyeee akhirnya bakso kita ada yang beli ayah" adit meloncat-loncat kegirangan dan melupakan pembahasan mereka tadi, randy tersenyum melihat adit sebahagia itu hanya karena dagangannya laku.

"Maafkan ayah adit belum bisa buat kamu bahagia" gumam randy dalam hati

"Ayah kenapa ngelamun?" adit mencoba mendekati sang ayah yang terlihat sedih
"Ayah sedih ya? Baksonya baru laku 4?" tanya adit melihat raut wajah ayah yang menandakan ia sedang sedih.

"Ayah gak sedih kok ayah cuma seneng aja liat adit segirang itu" randy tertawa kecil disela kalimatnya.

***
Hari sudah mulai petang randy dan sang buah hati mendorong gerobak menuju rumah. Berselang 10menit mereka sudah tiba dirumah.

"Assalamualaikum" ucap adit

"Wa'alaikumsalam.. Ehh anak ibu udah pulang rupanya" annisa mengelus rambut sang anak

"Iya bu, tapi baksonya gak abis" adu adit kepada sang ibu

"Gapapa sayang kan besok bisa dijual lagi baksonya" ucap lembut annisa dan menoleh kearah suami yang tersenyum melihat mereka

"Iyaudah ayok masuk bentar lagi maghrib" sambung randy

"Ayok sayangg, ibu mandiin ya" tawar annisa yang hanya dibalas anggukan oleh adit.
Mereka masuk kedalam rumah minimalis hasil jeri payah randy selama ini, randy tidak pernah meminta bantuan keluarganya karena ia tau diri.

.

Pernikahan randy dan annisa tidak mendapatkan restu dari orang tua randy karena melihat latar belakang annisa yang tidak jelas. Annisa berasal dari panti asuhan sedangkan randy anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan raka dan salma yang merupakan orang terpandang karena sang ayah merupakan direktur di Rumah Sakit Permata di Bandung oleh sebab itulah orang tua randy tidak merestui hubungan mereka.

Tapi randy tetap melangsungkan pernikahan dengan annisa walaupun tanpa restu orang tuanya.

26 September 2015 mereka melangsungkan pernikahan diKUA.
Sejak saat itulah hubungan randy dengan orang tuanya bahkan saudaranya putus.

***

Jangan lupa vote dan komen teman-teman.


@dessysftr12

Ayah, bolehkah aku membeli waktumu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang