[1] Planning

92 0 0
                                    

Matahari bersinar dengan senyumnya seolah menyapaku lewat jendela kamar yang tertutupi gorden berenda, tersingkap oleh hembusan lembut angin semesta. Tiba pula di hari yang cerah ini secerah senyummu itu, hari yang sangat aku tunggu, hari terakhir aku dan teman-teman sekelasku mengerjakan Ujian Akhir Semester.

Oh ya maaf, aku lupa memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Namaku adalah Agatha Felicia Shalma, cukup dipanggil Tata saja, panggil sayang juga boleh jika berkenan dan tentunya tidak ada yang marah hehe.

Aku adalah seorang mahasiswi semester 5, yang berarti setelah itu jadi semester 6, kalian sudah pandai berhitung bukan? Aku bercanda, maaf jika tidak lucu, maklum saja masih pemula. Aku menempuh pendidikan di salah satu Universitas yang cukup bergengsi di Jakarta, di Indonesiaku yang tercinta ini.

Hei sebentar,...

AKU HAMPIR TELAT!!

Untung saja aku sudah siap sejak subuh tadi, apa yang akan terjadi jika aku baru terbangun sekarang? Jelas akan-lebih-telat-lagi.

"Bunda, Tata berangkat dulu ya. Sampai bertemu lagi bundaharaku yang paling aku sayang," pamitku kepada bunda. (Bundaku cantik loh hehe).

"Loh, Sama bunda saja? ayahnya tidak?," sahut ayah tampanku yang masih sarapan.

"Sabar ayah, sampai bertemu lagi ayahku yang tampan."

Aku pun bergegas berangkat, menggunakan si kiko, motorku yang berwarna merah.

·

Langkah kaki yang berlalu-lalang membawa nampan makanan, suara-suara dari peralatan masak yang saling beradu degan merdu memanggilku untuk mendatanginya, harum dari makanan-makanan yang dimasaknya menguar menusuk hidungku, seraya menyapa perut lalu menggodanya untuk segera diisi.

Coba tebak sekarang aku sedang ada dimana? Betul sekali, sekarang aku sedang berada di kantin bersama dengan dua teman laki-lakiku.

"Dulu kita sudah merencanakan untuk mendaki Gunung Prau selepas ujian, apakah akan kita penuhi rencana itu?" ini temanku yang bernama Ferdi.

"Mari kita penuhi rencana itu Fer, masa tidak sih!" sahutku.

"Iya iya, santai saja bicaramu nona. Makanan dimulutmu itu keluar dan berserakan ke meja, cobalah menjadi seorang wanita yang anggun setidaknya saat makan." Seperti biasa, anak Tuhan satu ini bernama Vincent dan dia adalah yang paling bawel dari kita bertiga, tapi walaupun begitu dia adalah yang paling dewasa di antara kami.

"Iyaiya maafkan aku, aku sudah menjadi perempuan yang anggun ko Vin"

"Ya aku mengikuti keinginan kalian saja, jika kalian mau mendaki Gunung Prau, aku ikut."

Pembicaraan itupun berlanjut diselingi lawakan dari Ferdi, dia memang suka melawak, walaupun terkadang tidak lucu sama sekali. Dan hasil dari pembicaraan kami kala itu adalah kami akan mendaki Gunung Prau 3 hari lagi.







Iyee gitu doang, semales itu dong gue bikin cerpen alurnya cepet betul.

Agak baku?? memang, harus KBBI katanya. Tapi ini masih berantakan sih emang, jadi yauda ya.

Hipotermia di Gunung PrauWhere stories live. Discover now