2

10 6 6
                                    

Hari terus berlalu. Rasa kecewa seakan memenuhi hampir seluruh hati Jimin. Benar-benar lelah menunggu dan mencari pelanginya. Walau sesekali masih mencari, tapi tak sesering dulu. Seperti saat ini, Jimin telah berada di taman yang sedikit jauh dari rumahnya. Ia sendiri, tanpa Seokjin sang kaka yang selalu mengantarnya kemanapun ia pergi. Bukan karena manja, tapi belakangan ini Seokjin selalu menjadikan Jimin sebagai prioritas utamanya. Kemana pun dan kapanpun pasti akan ditemani. Tapi kali ini, Seokjin sedang sibuk dengan pelanggan café dan tak bisa menjaganya. Tanpa ijin, Jimin pun meninggalkan rumah dan berharap ia kembali sebelum Seokjin kembali.

Dengan langkah lelah, ia menghampiri satu bangku yang tak jauh dari sebuah pohon paling rindang ditaman itu, Seingatnya, tempat itu adalah tempat terakhir ia bertemu dengan pelanginya. Lelah yang ia rasakan. Lelah karena berjalan kaki terlalu jauh dengan kondisi fisik yang sudah tak sesempurna dulu. Lelah juga karena kecewa akan rasa menunggu dan mencari yang belum terlihat ujung hasilnya. Kesendirian melanda sampai seorang pria dewasa duduk disebelah kirinya. Awalnya ia tak sadar sampai ia melirik sejenak seseorang disebelahnya.

Tampan, terlihat sangat manis dengan senyum tipis ketika kedua mata tak sengaja saling bertatap. Sedikit rasa familiar akan senyum manis tersebut. Kemudian ia abaikan dan saling memandang kedepan.

"hai kau sendiri?" jimin memulai bersuara. Jimin termasuk tipe orang yang sedikit berisik sebenarnya.

Tak ada jawaban. Dan hanya respon memandang dari pria manis disebelahnya. Ia tau diajak berbicara, tapi seakan enggan untuk menjawab. Jimin berkernyit, memandang sedikit aneh pria tersebut,

'mungkin sedang sakit tenggorokan'. pikirnya.

"aku sendirian dan aku sedang menunggu seseorang disini. Ah bukan menunggu tapi mencari seseorang".

Pria itu masih memandang dan terlihat mendengarkan. Kemudian matanya tertuju pada benda panjang yang Jimin letakkan disamping bangku tersebut. Seakan mengerti maksudnya, Jimin mengatakan bahwa itu adalah temannya. Teman yang menemaninya 5 tahun belakangan ini. Teman yang menemani setiap langkah dan membantunya berjalan dengan benar walau sedikit terseok. Pria manis itu sedikit terkejut, seakan dia tak percaya dengan cerita yang Jimin ucapkan. Jimin sedikit tertawa dan mengatakan bahwa ia tak apa apa. Masih tanpa suara dari sang pria dan hanya Jimin yang bersuara.

Mendadak mendung menghampiri sang pria. Matanya mulai berkaca-kaca. Jimin bingung. Ia tak tau apa yang membuat sang pria mendadak mendung. Jimin salah tingkah. Sampai ia akhirnya bergeming, ketika sang pria manis mulai menggerakan tangannya. Ia mengerti itu. Sangat mengerti. Ia pernah melihat seseorang melakukan itu. Walau ingatan akan masa kecilnya sedikit pudar, tapi gerakan itu selalu ia ingat. Gerakan isyarat yang digerakan dengan tangan. Gerakan isyarat yang sang pelangi lakukan dan ajarkan padanya. Jimin ingat, sangat.

Jimin makin bergeming tanpa suara ketika sang pria yang mendadak menubrukan dirinya dengan posisi masih terduduk padanya. Jimin ingin memberontak, tapi ia terkejut ketika sang pria dengan sengaja melirik telinga kirinya dan sadar saat dadanya bertemu dengan pria itu. Ia tertegun ketika merasakan irama yang sangat familiar. Ia tau detak jantung itu. Detak jantung pelanginya. Pelangi yang lama pergi dan yang ia cari selama ini. Pelukannya terlepas dan sang pria menggerakan tangannya dan berkata.

"Chim, lama tak berjumpa. Maafkan aku"

Seketika rasa kecewa yang selama ini hinggap runtuh, rasa putus asa selama mencari mulai mencair. Mendung yang selama ini hinggap menghilang. Sang pelanginya kembali. Sahabat sekaligus hyung terbaiknya setelah Seokjin kembali. Akhirnya janji yang sang sahabat ucapkan dapat ia buktikan. Walau butuh waktu yang lama dan segala cerita untuk bertemu terjadi begitu berat.

Sang pria bebahasa isyarat dengan benda kecil yang bertengger di telinganya adalah pelanginya. Jimin semakin yakin ketika sang pria menyebut nama kecil dan gambar stiker bintang di benda kecil yang selalu bertengger manis ditelinganya. Jung Hoseok, pelanginya telah kembali. Jimin sangat bahagia. Ia kini berjanji, bahwa ia yang akan terus menjaga dan selalu bersama sang pelangi sampai kapanpun.

"Chim, ayo kita makan es krim bersama lagi sekarang".

..end..


-G-




Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa untuk tersenyum hari ini 😊

Oke berakhirlah cerita ini.
Awalnya gak sengaja buat dan asal publish aja disini.
Eh tapi inget kalo Jimin mau ulang tahun, dan jadilah ff pertama aku ini jadi kado ulang tahun buat dia..

Happy birthday my angel, Jimin.
Terima kasih sudah lahir ke dunia.
Terima kasih sudah menjadi salah satu inspirasi dan membuat aku untuk menghargai dan mencintai diriku.
Terima kasih untuk kerja keras dan semangat yang kamu berikan.
Jaga kesehatanmu dan jangan sakit lagi.
Sungguh ku sedih waktu tau dirimu sakit.
Tetap tersenyum dan berbagi rasamu pada semua orang.
Dan tetap bersinar hari ini, esok, dan seterusnya 😊

13 Okt 2018

Janji sang PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang