4

52 6 3
                                    

Ellen kemudian masuk kedalam rumah nya. Ketika  membuka pintu depan, ternyata kak Elsa sudah menunggu di ruang tengah. Seketika suasana menjadi tegang. "Ellen!, Kamu tau kan sekarang jam berapa?,kamu kemana aja?. Kakak khawatir, kakak takut terjadi sesuatu sama kamu" sambil mengusap punggung Ellen.

"Ma-af kak, tadi Ellen habis nunggu hujan reda abistu Ellen pergi ke taman sebentar" jelas Ellen.

"Yaudah, sekarang kamu mandi dan  ganti baju! oh ya, kakak tadi beliin kamu coffee green tea latte, kamu ambil aja diatas meja makan" ucap kak Elsa." Makasi kak, maaf udah bikin kak Elsa khawatir".

Kak Elsa kemudian memeluk Ellen. Kak Elsa sangat menyayangi Ellen, ia tak mau adik kesayangannya celaka. Kak Elsa menganggap bahwa Ellen adalah separuh jiwanya. Selesai Ellen mandi ia berbaring diatas ranjangnya sambil menikmati coffee green tea latte.

Tapi entah Kenapa, terlintas dibenaknya tentang Gilang. Kenapa Gilang begitu peduli kepada Ellen? Apakah ini hanyalah sandiwara? Apakah ini rencana Gilang untuk balas dendam kepada Ellen?. Semua hal hal negatif muncul dipikiran Ellen.Hal itu mengingatkan Ellen pada kejadian satu tahun yang lalu.Ketika hujan, berhasil mempertemukan Ellen dengan Dimas, yang sukses telah membuat hati Ellen terluka seperti peluru yang telah menembus dadanya.

Apakah kali ini, Ellen dipertemukan oleh Gilang melalui hujan?. Apakah Gilang orang  kedua yang akan membuat Ellen terluka?. Semua pikiran itu menghantui Ellen. Ellen harus waspada kepada Gilang, karena ia tak mau disakiti untuk kedua kalinya.

Pukul 5 pagi, hp Ellen bergetar, ada notifikasi WhatsApp dari nomor yang tak ia kenal

Good morning Ellen
Itu adalah pesan singkat yang dikirim kan.

Ellen mematikan hpnya, ia berfikir bahwa itu hanya orang iseng. Ellen beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi dan bersiap siap pergi ke sekolah. "Morning kak Elsa" ucap Ellen sembari minum susu. "Morning Ellen, oh ya kakak mau bicara sama kamu" ujar kak Elsa sambil menyiapkan roti bakar

"Ellen, kakak tau Dimas udah nyakitin kamu, Apa kamu gak mau maafin dia? Setiap manusia pasti gak luput dari kesalahannya".
"Kak Elsa! Pagi-pagi kakak cuma mau ngomong itu aja? Selamanya aku gak bakal maafin dia, karna dia udah buat hati Ellen rapuh kak"
"Sekarang kakak tanya, andai kakak nyakitin perasaan kamu, apakah kamu akan membenci kakak seperti ini?. Kakak ingin kamu belajar memaafkan dan menjadi sosok wanita yang dewasa".
"Uhh, kakak gak tau, gimana rasanya di posisi Ellen".
"Terserah kamu, kakak cuma mau kamu bisa baikan sama Dimas. Kakak gak mau kamu jadi wanita egois, tolong pikir baik - baik !"

Ellen hanya terdiam, ia meninggalkan meja makan dan berpamitan kepada kak Elsa menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolahnya. Ellen melihat dibelakang koridor kelas X ada Gilang yang tampak dekat dengan Daffa, Alvaro, dan Aga. Mereka bertiga adalah siswa dari kelas sebelah yaitu XII IPA 2, Mereka adalah siswa yang memiliki tingkat kebolosan tertinggi. Jika sudah jam kosong, maka kantin atau koridor kelas X lah yang menjadi markas besar besaran untuk tempat nongkrong sambil merayu cewek yang lewat. Diantara mereka bertiga, Alvaro lah yang paling tampan. Alvaro pernah pacaran sama Rachel lho!

Hal bodoh yang telah dilakukan Ellen selama hidupnya adalah menuju kelasnya melewati koridor kelas X. Ia tanpa sengaja melewati koridor kelas X, hal itu membuat Ellen panik dan menjadi takut, karna ia tak mau menjadi mangsa mereka

"Eh, bu sekretaris kelas XII IPA 1 lewat nih, kasi jalan dong. Ibu negara kita mau lewat nih. Kasi hormat dong guys" ucap Alvaro sambil memberi hormat pada Ellen

Perkataan Alvaro membuat Ellen naik pitam, sesegera mungkin ia mengeluarkan sebuah buku
" Kalian semua bisa gue tulis dibuku pelanggaran ini, karena kalian semua udah mengganggu kenyamanan gue, dan siap siap aja kalian masuk ruang BK, terutama Lo Alvaro!" Ucap Ellen sembari menginjak sepatu Alvaro.

"Kita mah udah biasa masuk Ruang BK, guru BK aja segitu sayangnya sama kita, tanpa Lo suruh, kita pasti dipanggil ke ruang BK" ucap Daffa sambil tertawa

Ellen begitu kesal dengan mereka. Ia meninggalkan mereka menuju ruang kelas. Eci tampak sibuk dengan buku biologi nya dan seperti nya sangat serius. "Ecii!, Gue hari ini pokoknya kesel banget, gue mau cerita sama lo"teriak Ellen sambil menarik tangan Eci. "Iya....iyaa....nih gue dah selesai, sekarang lo mau cerita apa? Ujar Eci

"Masa gue tadi diledekin sama gengnya si Alvaro, gue dibilang ibu negara lagi, sumpah deh gue malu banget didepan adik kelas."
Eci malah tertawa terbahak bahak.
"Lo kenapa malah ketawa?"
"Abisnya lucu sih, makanya lo jangan ditanggepin serius lah bawa santai aja"tanpa henti-hentinya Eci tertawa.
"Au ah, btw Gilang kok bisa masuk ke Geng nya si Alvaro?" Tanya Ellen
"Baru aja gue mau bilang, ternyata Gilang, Alvaro, Aga, dan Daffa itu udah sahabatan sejak SMP, karena nasib mereka dipertemukan di sini".
"Oh gitu, pantesan sama nakalnya, Eci nanti di kantin gue mau ngomong sesuatu nih"
"Oke ibu negara" ucap Ellen dengan nada menyindir.
"Apaan sih" ucap Ellen dengan kesal.

Usai pelajaran biologi, surga dunia bagi kelas XII IPA 1 karena pak Ahmad sang guru killer tidak masuk sekolah.Hari ini hidup Ellen tidak dipenuhi oleh rumus yang rumit dan kata pak Ahmat matematika itu logika tapi nyatanya........
Ellen dari tadi tidak melihat Gilang selama pelajaran biologi berlangsung. Tapi untuk apa Ellen harus panik dan peduli dengan cowok musiman itu. Sangat tidak berfaedah. Ellen ditemani Eci menuju ruang Bu Maya untuk menyetor absensi siswa.

Saat hendak mengetuk pintu ruangan bu Maya, ternyata ada Alvaro dan kawan-kawan termasuk Gilang. Kemungkinan mereka kepergok melakukan sesuatu yang tak terpuji.
" Permisi bu, saya mau menyerahkan absensi siswa". Dengan sopan.
"Taruh disini!" Ujar bu Maya

Ketika hendak kembali ke kelas, Bu Maya menyuruh Ellen agar tetap disini untuk dimintai keterangan, sedangkan Eci diminta agar kembali ke kelas.Jantung Ellen berdegup kencang, jangan jangan ini menyangkut hal tentang kejadian tadi pagi. Bu Maya menyuruh Ellen duduk di sofa panjang berhadapan dengan geng Alvaro.Suasana berubah menjadi tegang dan keringat sedikit demi sedikit bergulir di leher Ellen. Ellen panas dingin mendadak.

"Jadi alasan ibu memanggil kalian kesini adalah ibu mendapat laporan oleh salah satu seorang siswa, katanya kalian tidak memberikan jalan kepada Ellen dan menghinanya, Apakah benar itu Ellen?" Tanya Bu Maya
"Hmm,........"
"Siapa yang ngelapor Bu, kita ga ada ngelakuin itu kok". Potong Alvaro
"Saya bertanya dengan Ellen, kamu yang namanya Ellen?"mata Bu Maya seolah olah melotot kepada Alvaro.

Semua tatapan mata geng Alvaro menuju ke Ellen.Mereka mengedipkan matanya, memberi isyarat agar tidak menceritakan kejadian sebenarnya. Ellen bingung, disisi lain ia sangat kesal kepada mereka dan disisi lainya, Ellen sangat iba, terutama kepada Gilang, sang murid baru yang nanti harus di skorsing apabila Ellen menceritakan kejadian sebenarnya.

"Emmm, tidak Bu mereka memberi jalan kepada saya, mereka tadi hanya sekedar menyapa dan basa basi sedikit" dengan gugup
"Benar? Apabila itu tidak benar ibu tidak segan segan untuk skors kalian"ucap Bu Maya dengan tegas.
"Benar Bu, saya tidak bohong"ucap Ellen.
"Oke, Sekarang kalian boleh meninggalkan ruangan saya"perintah bu Maya

Ellen begitu lega, bisa keluar dari ruangan Bu Maya. Ellen menarik tangan Gilang secara diam-diam tanpa sepengetahuan Alvaro. Ellen mengajak Gilang ke belakang sekolah.

"Eitss, tunggu dulu kenapa lo narik gue kesini?, Btw makasih ya udah nolongin gue" Ucap Gilang
"Lo tu kenapa sih gabung sama geng nya Alvaro? Ini baru masalah kecil, belum lagi Lo bakal terjebak ke masalah yang lebih besar, Lo tau kan geng Alvaro itu biang masalah?"

"Lo kok peduli sih sama gue?, Yang ngadepin masalah nya kan gue bukan Lo? Ucap Gilang dengan enteng.

"Gara gara lo, gue ikut terlibat dalam permainan sandiwara ini, Lo bilang gue peduli sama Lo? Lo seharusnya  beruntung masih ada orang yang peduli sama kehidupan lo" Ellen dengan marah.

Upss... Ellen salah ngomong.Ellen berlari meninggalkan Gilang sendiri. Apa yang sudah dikatakan Ellen tadi??. Andai waktu bisa diputar ia ingin menarik kata katanya.
    tring...tring.....tring..
Hp Ellen bergetar, ada satu notifikasi dari WhatsApp.
  Ellen, pulang sekolah gue tunggu diparkiran. -Gilang

Ternyata Gilang lah yang tadi pagi mengirimkan pesan kepada Ellen.Lantas darimana Gilang dapatkan nomornya?. Ellen bingung harus membalas apa

Bersambung
🌈 🌈
Selamat membaca

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang