Bukan Aku (1/2)

502 105 79
                                    

Aku murid kelas sepuluh di salah satu sekolah menengah atas kota S. Jika kalian mendengar kata SMA mungkin sebersit kisah romance ala anak sekolah langsung terbayang. Namun, jangan terlalu berharap bahwa aku akan menceritakan kisahku seperti di novel atau drama-drama menarik.

Aku sama seperti murid SMA lainnya. Sosok yang supel, berprestasi sekadarnya, cantik seadanya, tidak muluk-muluk seperti most wanted girl. Seperti mereka yang berpacaran dengan pria perfect idaman satu sekolah.

Aku juga bukan murid pendiam yang terlampau polos namun justru bisa berpacaran dengan laki-laki badboy yang romantis seperti di novel-novel.

Aku perempuan sederhana, sama seperti yang lainnya.

Jadi, apa yang bisa diharapkan dari perempuan sepertiku?

Oh, Izyan.

Seorang laki-laki berperawakan tidak terlalu tinggi dengan rambut comma hair berwarna hitam legam dan kulit bersih sawo matang. Ia kakak kelas di sekolah yang sama, dua tingkat di atasku, yang artinya ia duduk di bangku kelas dua belas. Ya, aku menaruh hati padanya sejak pertama masuk ke sekolah ini, sampai hampir naik ke kelas dua. Tandanya, hampir setahun.

Dan sepertinya, ini akan menjadi kisah singkat ku dengan laki-laki tampan itu.

***

Izyan
Pulang jam berapa?

Salsha Aireen
Jam 4

Izyan
Pulang bareng ga?

Salsha Aireen
Ha?

Izyan
Bareng aja sekalian kayak biasanya
Jangan pulang dulu
Aku tunggu di gerbang 2

Dan itu berakhir dengan dia yang mengantarku pulang ke rumah, ditemani obrolan ringan sepanjang perjalanan.

Dia yang selalu ada.

***

Salsha Aireen
Kak Izyan?

Izyan
Gimanaa?

Salsha Aireen
Lagi dimana?

Izyan
Otw ke tempat biasa sm anak2

Salsha Aireen
Oooo

Izyan
Lagi dimana?

Salsha Aireen
Depan gedung PBC, mau pulang

Izyan
Disana susah cari ojek online
Transportasi umum juga udah gaada jam segini
Tunggu
Aku jemput aja
Cari tempat aman

Salsha Aireen
Temen-temen kakak gimana?

Izyan
Kamu lebih penting, Sha

Dia yang bisa diandalkan.

***

"Besok ada pameran seni di gedung kota, mau kesana?" Ia bertanya sembari mengaduk vanilla latte di depannya.

Aku yang ditanya sebenarnya masih fokus memakan kentang goreng keju, tak ayal tetap menengok ke arah laki-laki itu "Kak Izyan tanya atau ngajak?"

"Ngajak."

Kurasa aku perlu pura-pura berfikir dan mempertimbangkan ajakan itu untuk menekan rasa senang.

"Gausah sok mikir."

Aku tertawa melihat responnya, "Boleh deh. Asal jemput."

Ia memutar bola matanya malas, "Sejak kapan aku nyuruh kamu berangkat sendiri?"

Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang