Bukan Aku (2/2)

239 53 9
                                    

"Kamu kenapa? Diem aja."

Aku enggan menjawab, malas aja. Suasana ketika memboncengnya dan menikmati perjalanan membuatku tidak ingin membuka mulut.

"Lagi ada masalah?"

"Ngga."

Aku menjawab singkat

"Kalo ada yang nyakitin kamu, bilang sama aku."

Aku tersenyum tipis dan mengangguk seadanya.

"Kalo kamu disakitin, ya gimana ya," ia berucap pelan lalu diam setelahnya,
"Aku juga ikut sakit."

Dia yang tak pernah ragu untuk menjagaku.

***

"Hm" terkirim.

Tanpa memastikan apakah pesan itu sudah terkirim ataupun dibaca, aku membanting ponsel milikku sedikit lebih pelan ke atas kasur lalu mengambilnya kembali ketika berdering.

"Kenapaa?"
"Kenapa kenapaa?"
"Kamu kenapaa?"
"Tidur aja biar keselnya ilang."
"Oh makan dulu."
"Biar tambah pesek."
"Ga ada hubungannya sih."

Pesan beruntut itu semua darinya. Emang menyebalkan.

"Ga mood" terkirim.

Belum sempat detik terhitung lebih dari lima, ponsel itu berdering bukan notifikasi pesan.

"Halo?
Marah ih,
Jangan badmood gitu ah,
Kamu kenapa hm?"

Niatku untuk berteriak kesal ketika mengangkat panggilan itu, terhenti seketika.

Suaranya benar-benar menenangkan.

"Hm,
Kamu ga ngantuk?"

Aku bertanya masih dengan nada sedikit kesal karena pms-problems ini.

"Ngantuk—"

"Ya itu ngantuk malah telfon sih."

Sungguh, benar-benar membuatku kesal, namun direspon dengan tawanya itu justru mulai menaikkan moodku.

"Baru telfon masa disuruh matiin.
Gapapa lagian, aku temenin kamu dulu."

Ya, dan obrolan dalam telepon itu berakhir sampai larut malam. Banyak topik yang dibahas, dan banyak pula dia mendengarku serta menemaniku.

"Tidur ya, istirahat.
Besok makan yang banyak.
Jangan mikir yang ngga-ngga."

Ucapnya setelah menemaniku cerita panjang lebar beberapa jam dan membuatku tertawa melupakan mood ku yang sedang memburuk.

"Hm."

Mood ku sudah naik, tapi aku enggan membalas ucapannya lebih banyak.

Pipiku panas mengingat apa yang kami bicarakan tadi.

"Udah ya, jangan badmood lagi."

Aku bergumam kesekian kalinya.

"Salsha, goodnight. Have a nice dream."

Dia moodboosterku.

***

"Hm."

Aku berdeham singkat malas menjawab lebih panjang.

"Jangan ngambek."

Ucapan kilat itu sebenarnya membuatku ingin tertawa.

"Ga ngambek."

"Iya sayang iya."

Hanya tiga kata, tapi sialnya justru aku melayang dan tertawa agar menutupi rasa salah tingkah. Ah, panggilan itu ya? Sayang ya?

Bukan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang