My Confession

5 4 4
                                    

"um.. miyuki.. maksudmu tadi apa?" aku menghampiri juniorku.

"kau tidak peka, Hiiro-senpai." Juniorku cemberut.

"ya, aku emang ga peka." Ucapku.

"sudahlah, yang penting aku sudah menyampaikannya." Miyuki tersenyum.

"aku kesana ya, Hiiro-senpai." Ia menunjuk ke foto lain yang agak jauh dari posisi kita sekarang.

"Tu-" belum sampai kata-kataku selesai, ia sudah berlari meninggalkanku.

"yah.. sudahlah.." aku melihat lihat foto di sekitarku tanpa berniat mengejarnya.

Jika itu memang benar pernyataan, aku jadi teringat saat itu.

*flashback start*

Bel istirahat kedua berbunyi.

"kousuke, temenin aku ke kantin yuk." Ajak Sora padaku.

"gak ah, aku ada kepentingan. Kau sama Minoriyama-san saja. Ia sepertinya ingin kekantin juga." Ujarku.

Ia menatapku sinis. "kalau begitu aku sendiri saja!" ia keluar lewat pintu belakang dan menutupnya kembali.

Sekarang, aku sudah kelas 2 SMA, tepatnya kelas 2-3. Aku sekelas dengan Sora dan kembali sekelas dengan Nanase-san. Aku tidak ingin menemani Sora ke kantin karena, Hari ini, tepatnya SEKARANG, aku akan menyatakan perasaanku pada Nanase-san. Aku menghampiri meja Nanase-san untuk mengajaknya ke atap. Ya, aku akan menyatakan perasaanku di atap sekolah.

"Nanase-san, bisa ikut aku sebentar?" tanyaku.

"kemana?" tanyanya kembali.

"ke atap sekolah, aku ingin membicarakan hal penting." Jawabku.

"baiklah." Ia berdiri.

Aku membuka pintu depan kelas. Aku berjalan di depannya. aku berusaha tetap tenang dengan berusaha menarik napas sesekali. Segugup apapun aku, aku harus menyampaikan perasaanku padanya.

~

"A-aku menyukaimu!" ucapku lantang walau terbata bata. Aku mengucapkannya dengan keras karena aku takut ia tak mendengar suaraku. Argh, aku sangat malu, aku sama sekali kelihatan tidak keren karena mengucapkannya dengan terbata bata. Aku ingin bisa memutar kembali waktu agar aku bisa mengucapkannya dengan terlihat keren. Lalu aku melanjutkan perkataanku.

"Aku jatuh hati padamu saat kau meminjamkan syalmu di kuil hari itu. Aku juga sudah memerhatikanmu sejak aku kelas 1 SMA. Karena itu, jadilah kekasihku!"

Nanase-san menunduk, apakah aku terkesan memaksanya untuk menjadi kekasihku?

"Bolehkah kupikirkan terlebih dahulu jawabannya?" Ia bertanya.

"te-tentu." Aku masih gugup akibat pengakuanku tadi.

"ah.. uh.. boleh aku kembali ke kelas?" nanase-san terdengar gugup.

"bersama-sama saja." Aku berjalan ke pintu atap dan membukanya, Nanase-san mengikuti di belakangku.

Aku mensejajarkan agar aku berjalan di sampingnya lalu mulai mengajaknya berbicara untuk melunturkan kecanggungan.

"kau pasti kaget ya, tiba tiba aku mengaku seperti itu." Ucapku sambal mengusap kepala.

"sejujurnya, iya. Aku tak menyangka akan ada orang yang suka padaku." Nanase-san tersenyum canggung.

Lalu suasana kembali cangungg. Hanya terdengar langkah kakiku dan dia. Dilihat dari dekat, dia memang manis. Saat aku mengamatinya, tiba tiba ia menoleh dan menatapku.

Love and SacrificeWhere stories live. Discover now