Keyword: Lapar
"Berawal dari ketidak sengajaan, aku mengetahui sedikit tentangmu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjagamu."
__________Hampir 2 jam berlalu Alfred dan Sarah terjebak di dalam lift. Hampir 2 jam pula pundak Alfred menjadi sandaran kepala Sarah. Benar, setelah Alfred mengatakan jika Sarah harus menutup mata, gadis itu melakukannya hingga tanpa sadar dia telah terlelap.
Pundak Alfred sudah mulai terasa keram, tapi dia tetap tak mau bergerak sedikitpun, takut jika gerakannya nanti akan mengganggu Sarah. Lalu dia memainkan ponselnya kembali. Berkali-kali dia berusaha menghubungi seseorang, tapi selalu saja gagal.
Ditariknya nafas panjang. Udara segar di dalam lift sudah mulai terkuras. Jika saja lift tidak segera terbuka, dia dan Sarah bisa saja pingsan di dalam.
"Sh*t!" Alfred mengumpat melihat kinerja petugas hotel yang begitu lambat.
Tak lama setelah itu, sayup-sayup terdengar suara bising dari luar. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang tengah berusaha membuka pintu lift secara paksa.
Alfred bisa bernafas lega sekarang. Kecemasannya berangsur-angsur berkurang lalu dia melirik Sarah yang masih terlelap.
"Thanks, God!" tukas Alfred bersyukur.
Lepas dari lambannya kinerja staf hotel, setidaknya mereka masih beruntung, karena lift berhenti bukan berada di pertengahan antara 2 lantai sehingga waktu evakuasinya bisa berjalan lebih cepat.
Pintu lift perlahan sedikit terbuka. Udara luar mulai menelusup masuk ke dalam lift, sehingga udara di ruangan sempit itu lebih enak dihirup.
Ketika pintu telah terbuka lebar, staf yang didominasi perempuan--yang sebenarnya hanya penasaran dengan proses evakuasi--itu tercengang. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah posisi duduk Alfred yang duduk bersimpuh di atas lantai dengan kaki berselonjor seperti seorang gembel serta Sarah yang masih saja tertidur sambil menggenggam erat lengan Alfred.
Manis, kata itu cukup untuk menggambarkan mereka berdua.
Semenit berikutnya, mereka sudah berbondong-bondong ingin menolong Alfred. Namun tangan Alfred langsung memberikan isyarat jika dia bisa mengatasi keadaannya sendiri. Dia juga menempelkan jari telunjuknya di depan bibir, tertanda bahwa mereka dilarang berisik.
Alfred dapat menangkap jika di antara mereka ternyata ada beberapa anak buahnya. Beruntung sekali, tadi sebelum masuk lift, Alfred menyempatkan diri untuk memberitahu anak buahnya mengenai posisinya.
Masih tetap menjadi pusat perhatian, Alfred bergerak pelan lalu menggendong Sarah ala bridal style, dia membawa Sarah keluar dari lift.
"Mr. Bennedict," panggil penanggung jawab hotel ke Alfred.
"Maaf atas kejadian barusan. Sebagai gantinya, kami telah menyiapkan kamar untuk Anda istirahat," ucapnya.Alfred terdiam sejenak. Dia menoleh ke arah pria yang menawari kamar untuknya. Alfred melihat nama lelaki itu dari name tag miliknya, 'Jerry Pattinson'.
"Terima kasih atas tawaran Anda, Mr. Pattinson. Tapi saya lebih nyaman jika tidur di mansion milik saya sendiri. Selamat malam," kata Alfred.
Setelah mengucapkan kata itu, Alfred memerintahkan salah satu anak buahnya mengurus kekacauan yang baru saja terjadi. Sementara dirinya, pulang diantar supir pribadinya.
~~~ つ°ヮ°)つ ~~~
Sinar matahari menembus ke sela-sela ruangan redup itu, gorden tipis berwarna emas terlihat melambai-lambai akibat terpaan angin. Sarah mengeliat di balik selimut putih tebal. Matanya mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan pupilnya dengan cahaya yang ada.Saat sudah terlihat jelas, alisnya menyerngit melihat keadaan sekitar yang begitu asing. Kamar ini didominasi warna emas, berbeda dengan kamar Sarah yang dicat warna merah muda. Barang-barang ditata begitu rapi hingga meninggalkan kesan sederhana namun elegan. Jelas sekali ini bukan kamar miliknya!
Lalu Sarah melihat keadaan dirinya sendiri. Dia mendapati dirinya tertidur dengan tubuh terbungkus selimut sampai leher. Pikiran Sarah langsung ngelantur jauh. Posisi seperti ini adalah posisi yang sering dipakai dalam film-film barat saat pemainnya selesai melakukan adegan suami-istri.
"Sial*n!" Sarah mengumpat.
Dia mengintip tubuhnya di balik selimut. Binar kelegaan segera menyergap dirinya. Ternyata dirinya masih berpakaian lengkap, bahkan dia masih mengenakan gaun yang dia pakai semalam.
"Kau sudah bangun?"
Suara baraton Alfred berhasil membuat Sarah terlonjak. Sarah segera bangun ketika melihat pria itu mendekat ke arahnya.
Gadis itu tercengang ketika mendapati Alfred masih terlihat keren meski hanya mengenakan kaos oblong.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Alfred lagi membuyarkan lamunan Sarah. Pria itu mengambil duduk di pinggir ranjang.
Sarah mengedipkan matanya beberapa kali. "Sudah lebih baik daripada tadi malam."
Mereka sama-sama terdiam lagi. Kemudian Sarah pura-pura mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. "Ini di mana?" tanyanya.
"Mansionku, tepatnya di dalam kamarku." Alfred menjawab sekenanya.
Mendengar jawaban itu berhasil membuat Sarah melotot lebar.
"Kau bilang kamarmu? Jadi tadi malam--"
"Kau hanya tidur di kamarku, tidak lebih. Aku juga bukan pria yang suka mengambil kesempatan," sela Alfred meluruskan kesalah pahaman Sarah.
Hening untuk kedua kalinya. Sampai akhirnya bunyi perut berdendang berhasil membuka pembicaraan lagi.
Krucukkk!
Sarah benar-benar malu saat bunyi itu keluar dari perutnya. Nampaknya cacing-cacing dalam perut Sarah sudah mulai lapar karena memang sejak tadi malam mereka belum mendapatkan asupan makanan.
Oh God! Belum cukup aku malu karena tertidur seperti kerbau, sekarang aku harus malu karena kelaparan, gerutu Sarah dalam hati.
"Kau lapar?" tanya Alfred.
Sarah mengangguk.
"Kalau begitu aku tunggu kau di ruang makan. Cepat bersihkam dirimu," perintah Alfred seraya beranjak menuju pintu keluar.
"Alfred?"
Ketika Alfred hampir mendekati gagang pintu, suara seruan Sarah berhasil membuat Alfred menghentikan aktifitasnya. Pria itu memutar tubuhnya lalu menatap Sarah dengan tatapan seolah bertanya 'ada apa?'
"Terima kasih," ujar Sarah lagi.
"Anytime," balas Alfred akhirnya sebelum benar-benar meninggalkan Sarah sendirian.
__________
To be continued.
Fast update lagi. :v
Wkwkwkwkwk efek gara-gara udah ketinggalan keyword banyak. 😅See you ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gaslighter
RomanceSarah Bonaventur tiba-tiba dijodohkan dengan pria bernama Alfred-si penerus tunggal keluarga Bennedict yang terkenal akan keberhasilan mereka menguasai pasar properti-tanpa alasan yang dia sendiri tidak tahu Kedua insan itu tak memiliki perasaan sat...