"Ten ntar lu SMA masuk mana?" Jadi setelah insiden tadi, ketiganya memutuskan untuk sedikit berbincang. Ide dari Eunha sebenarnya.
Ten mengerutkan alisnya berfikir, kemudian mengangkat bahunya acuh. "Gatau. Baru juga naek kelas 2. Belom mikirin mau masuk mana,"
"Yeh bego," Eunha menoyor pelan kepala Ten. "Makanya, mumpung masih lama jadi lu bisa mempertimbangkan mau masuk mana,"
"Atau lu mau masuk smanda aja? Biar bareng lagi sama gua," lanjut Eunha.
"Ogah. Idup gua sama lu mulu dong ntar kalo gitu," Ten berucap malas.
"Lu kan demen sama voli team smanda, lu masuk smanda aja udah. Si Johnn- bentar," Eunha menggigit kecil telunjuknya yang tadi ia acungkan seolah-olah menghentikan perkataannya. Ia kemudian melirik tajam pada Johnny yang sekarang memandangnya bingung.
"Apa?" Tanya Johnny.
"Pantes ye, lu ngebet pengen masuk voli," Eunha manggut-manggut seolah-olah ia mengerti alasan dibalik Johnny masuk ekskul Voli.
Ten menoleh pada Johnny. "Kakak anak voli?"
Johnny mengangguk pelan. "Iya,"
Ten tersenyum sumringah sebelum akhirnya ia menggeser duduknya menempel pada Johnny.
"IHH IDAMAN BANGET!"
"WOY ASTAGFIRULLAH!!!!" Eunha refleks teriak saat melihat Ten yang memeluk Johnny dari samping. Sedangkan Johnny sendiri sedikit mengangkat kedua tangannya.
"Heh cabe busuk! Lepas anjir. Zinah lu astagfirullah," Eunha menarik-narik tubuh kurus Ten agar melepaskan pelukannya pada Johnny.
"Sirik lu?!" Tanya Ten sewot saat ia melepaskan pelukannya pada tubuh bongsor Johnny.
"Tolol," Eunha kembali menoyor pelan kepala Ten. "Ntar si Johnny baper sama lu,"
"Kan dia emang udah baper, eh udah suka malah sama gua,"
Johnny berdehem pelan mendengar jawaban santai Ten.
"Iyakan A?" Ten menyeringai tipis saat melihat Johnny bertambah gugup di tempatnya.
"Apa sih lu manggil-manggil dia Aa," Eunha sewot. Dia takut sebenarnya, kalau Ten hanya bertingkah seperti itu untuk menjahili Johnny yang jelas-jelas sudah menaruh rasa padanya.
"Kan dia lebih tua dari gua! Ya wajar dong kalo gua manggil dia Aa!"
"Kan manggil kakak juga bisa!"
"Heh! Ga ada aturannya ya, gua ga boleh manggil dia Aa!"
Johnny mendatarkan ekspresinya yang memang sudah datar. "Ten, lu mau manggil gua apa aja terserah kok. Gausah dengerin si Una,"
Ten menyeringai. Ia merasa menang karena di bela oleh Johnny.
"Tuh denger!"
Eunha mendecak malas. "Iya dah iya,"
"Un, gu- aaahhhmm," Ten menguap lebar seperti kudanil. Membuat Eunha mengernyit jijik. Kalau reaksi Johnny, ia menatap gemas Ten. Udah lah, yang udah bucin mah beda.
"Dih nguap lu gede banget. Ga sinkron sama badan,"
"Bacot deh ah jubaedah. Ngomul," menggerutu pelan, Ten kemudian menarik satu buah bantal. "Kak Johnny, Ten lucu ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Johnny
RandomHanya kisah antara si kerempeng galak Ten dan kekasihnya yang berbadan besar tapi bucin.