4

19 1 1
                                    

"Assalamualaikum" ucap Adira saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam. Udah pulang dek?" Tanya Farrel yang sedang nonton tv.

"Iya" jawab Adira.

Farrel yang mendengar Adira menjawab dengan singkat itu langsung menghampirinya.

"Kan udah gua bilang dek, lu tuh kalau sama orang lain boleh cuek tapi jangan sama keluarga lu juga" ucap Farrel yang tidak suka jika Adira berbicara singkat.

"Yaudah sih aelah" jawab Adira dan langsung berlalu pergi ke kamar.

Saat di kamar Adira langsung ganti baju dan melanjutkan untuk menjawab soal - soal Matematika untuk mengisi waktu luangnya.

Tak lama, handphone nya berdering. Saat di lihat tertera nama Meera. Adira pun langsung mengangkatnya.

"HALO DIR. LO LAGI DIMANA?"
"Apaan sih lu Meer. Salam dulu kek" kesal Adira.
"Okeoke. Assalamualaikum Adira. Lu lagi dimana?"  Tanya Meera dengan suara yang terdengar panik.
"Waalaikumsalam. Lu kenapa dah? Jangan bikin gua panik deh. Gua ada di rumah"
"Dir, lu harus dateng ke salah satu kafe. Nanti gua kirimin alamatnya. Lu harus cepet ya. Karna ada yang mau gua tunjukin ke elu"
"Okeoke. Gua ganti baju dulu. Assalamualaikum" ucap Adira langsung mematikan sambungan telefonnya karena dia panik. Dia penasaran apa yang dimaksud dengan omongan sahabatnya tersebut.

*dikafe
Adira sudah sampai di kafe yang sudah di kirimkan alamatnya oleh Meera. Tidak lama, ada yang menepuk pundak Adira dari belakang.

"Assalamuaalaikum Dir. Lu udah siap?" Tanya Meera yang semakin membuat Adira penasaran.

"Waalaikumsalam. Udah siap buat apa?" Adira pun bingung.

Meera yang kelihatannya sudah kesal pun langsung menarik tangan Adira. Meera pun mengajak Adira duduk di salah satu meja kafe tersebut.

"Dir, mohon maaf ya sebelumnya kalau ini buat lu sakit hati banget. Tapi gua harus nunjukin ini ke elu" ucap Meera dengan wajah yang kesal dan marah menjadi satu sambil menggenggam tangan Adira.

"Iya. Mau nunjukin apasih? Jangan kaya gitu deh ekspresinya" jawab Adira yang terlihat penasaran dengan apa yang dimaksud Meera.

"Lu liat di meja nomer 10 itu ada siapa. Maaf banget gua harus ngasih tau ini" ucap Meera sambil menunjuk meja nomer 10 tersebut.

Adira pun mengikuti arah telunjuk Meera. Saat melihat dua orang yang ada disana, tanpa terasa air mata Adira menetes. Meera yang melihat itu pun ingin menenangkan Adira, tetapi sahabatnya itu sudah terlanjur menghampiri meja tersebut.

"Hai. Kalian lagi ngapain?" Tanya Meera kepada dua orang tersebut.

"Hhhh, tadi aku liat kok pake mata aku sendiri kalau kamu itu cium keningnya Gisel. Ternyata ini alasan kamu jarang ngabarin aku, jarang ketemu aku, jarang nyamperin aku ke kelas. Sebenarnya aku udah tau sih dari sikap kamu yang kaya gitu dan waktu itu juga aku sempet ga sengaja buka Line kamu. Dan aku ngeliat semua isi pesan Line kamu" ucap Adira dengan senyuman palsunya sambil menahan tangisnya supaya tidak pecah. Dua orang tersebut adalah Gisel dan Fariz pacarnya Adira.

"Ini ga seperti ...."

"Ga seperti apa? Aku udah liat kok. Masih aja mau bohong? Aku ga nyangka aja sih. Ternyata bener kata orang orang yang bilang ke aku kalau kamu itu ga beneran sayang sama aku, ga beneran cinta sama aku. Tapi dengan bodohnya aku saat itu malah lebih percaya sama kamu. AKU MAU PUTUS SAMA KAMU FARIZ" ucap Adira sambil menekan kata terakhirnya.

Saat Adira hendak meninggalkan mereka berdua, Fariz pun langsung menarik lengannya.

"Dengerin aku dulu ..." dan omongannya di potong untuk kedua kalinya oleh Adira.

CAPRICORNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang