Baekhee terbangun dari tidurnya, tapi dia tidak menemukan siapa-siapa di tempat tidurnya.
Dia hanya menemukan sebuah Coat yang tersampir di kursi di samping tempat tidurnya, dengan aroma yang khas milik Phoenix
"Ini milik Phoenix?" dia masih mengingatnya ini adalah Coat yang laki-laki itu pakaikan padanya saat berada di gang kecil itu.
Baekhee keluar dari kamarnya dan mencari sosok laki-laki itu, tapi dia tidak menemukannya di mana pun.
Baekhee bisa bernafas lega, laki-laki itu sudah pergi.
'Cklek'
Pintu rumah tiba-tiba terbuka begitu saja, membuatnya terkejut dan wajahnya menegang.
"Phoe--"
"Baek, kau sudah bangun?" Baekhee bisa bernafas lega saat mendengar suara yang tidak asing.
"Min seok Ahjumma?"
"Iya ini aku, kau kenapa?" Min seok mendekati Baekhee yang masih berdiri di tempatnya dan menelisik setiap inci wajah gadis cantik itu.
"Ah, aniyo" Baekhee tersenyum canggung. Min seok masih belum bisa memalingkan pandangannya dari leher mulus Baekhee yang kembali mendapatkan tanda kemerahan dan bibir nya yang sedikit membengkak.
"Baek, apa kau baik-baik saja?" Min Seok sedikit khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja" Baekhee mengangguk pelan.
"Tidak ada yang menyakitimu bukan?" Min seok masih belum yakin, pasalnya dia tahu betul dengan kemungkinan yang terjadi pada gadis itu.
"Sungguh, aku baik-baik saja"
"Ya sudahlah, Baek aku minta maaf jika nanti aku jarang kesini karena aku akan banyak pekerjaan karena suamiku harus mengurusi pekerjaannya di luar kota" Min seok menuntun gadis itu untuk duduk di sofa.
"Eoh?, ah...tak apa Ahjumma, aku mengerti"
"Tapi aku akan sempatkan untuk mengunjungimu, dan kau juga bisa datang ke tokoku kapan pun kau mau" Min seok menggenggam tangan Baekhee.
"Ahh...mianhae Ahjumma, sebenarnya aku ingin sekali membantumu tapi--"
"Ehh...tak apa Baek, kau berkunjung saja aku sudah senang" Min seok mengusap belakang kepala gadis itu.
"Heumm!" Baekhee mengangguk.
"Baiklah, aku akan kembali ke toko, tak apa jika kutinggal??" Min seok bangkit dari duduknya.
"Tak apa, aku baik-baik saja"
Min seok meninggalkan gadis itu sendirian di ruang santai dengan sedikit kekhawatiran, jika akan ada orang yang menyakitinya lagi seperti hari itu.
'Klek'
Baekhee terkejut mendengar suara pintu yang di kunci dari dalam, beberapa saat setelah Min seok keluar dari rumah itu.
"Kemarilah aku belum selesai" Baekhee mendengar suara yang tidak asing di telinganya, entah dari mana Chanyeol yang dia kenal sebagai Phoenix Tiba-tiba berada di rumah itu seperti semalam.
Tiba-tiba Baekhee merasakan Chanyeol mendorong bahunya hingga tubuhnya terbaring di sofa yang dia duduki.
"Tidak, aku tidak mau lepaskan aku!" Baekhee meronta saat laki-laki itu menyingkap gaun tidur yang dia pakai dan merobek celana dalam yang dia kenakan "...Andwae!!"
"Menurutlah padaku, aku akan melakukannya seperti semalam jika kau menurut" Laki-laki itu terdengar kesal karena Baekhee terus saja melawan.
"Andwae Ahjussi!!"
'Plakk'
Chanyeol menampar Baekhee karena memanggilnya seperti itu.
"Jika saja pesan sialan itu tidak menggangguku, aku sudah menumpahkannya semalam!"
"Aakhh! Sakit!!" Tanpa aba-aba ataupun Chanyeol memasukkan kejantanannya, membuat Gadis itu menjerit dan mulai menangis.
"Sakit? bukankah semalam kau mendesah, kau bilang itu nikmat, kenapa sekarang sakit?" Chanyeol mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur.
"Ahhh...Hiks~" Baekhee masih menangis.
"Bagus, mendesahlah aahh...Baekhh...mmmhhh..." Chanyeol memejamkan matanya saat merasakan kenikmatan di ujung kelaminya.
"Aj-Ajussi...Aahh...nghhh..."
'Plakk'
"Sudah ku bilang berhenti memanggilku Ahjussi!!" Sekali lagi Chanyeol menampar Baekhee dan membentaknya.
"Hiks~hiks~~Aahh..." Baekhee hanya bisa menangis karena sepagi ini dia sudah di perlakukan kasar oleh laki-laki biadab itu.
"Berhentilah melawan, aku tidak akan menamparmu jika kau menuruthh...sshhh...aaaahhh...."
.
.
.
"Kenapa kau selalu menyakitiku, apa salahku?" Baekhee hanya duduk diam saat Chanyeol membersihkan tubuhnya "...Bahkan kita tidak saling mengenal"
"Kita sudah saling mengenal, aku tahu namamu, dan kau pun tahu siapa namaku, bahkan aku memberikan rumah ini untukmu" Chanyeol mengangkat tubuh gadis itu dan mengeringkannya dengan handuk kemudian melilitkannya sebatas dada.
"Aku membencimu kau selalu saja memperlakukanku secara kasar, kenapa kau tidak membunuhku saja?" Chanyeol kembali mengangkat tubuh Baekhee Dan membawanya ke kamar untuk memakaikannya pakaian baru.
"Aku tidak akan melakukannya jika kau menurut padaku seperti ini" Chanyeol mulai memakaikan satu persatu pakaian ke tubuh Baekhee.
Kali ini Baekhee hanya menuruti apa yang Chanyeol lakukan, sudah cukup pagi ini dia mendapatkan dua kali tamparan dari tangan besar laki-laki itu.
"Bunuh saja aku!?" Baekhee mengatakanya dengan nada datar
"Apa kau ingin mati?" Chanyeol mulai menyisir rambut panjang Baekhee.
"lebih baik aku mati jika harus terus di perlakukan seperti ini"
"Apa kau ingin mati?" Chanyeol bertanya sekali lagi.
"Ya, aku ingin mati" Baekhee seperti menahan tangisnya, hingga suaranya sedikit tercekat di tenggorokan.
"Katakan apa alasannya kau ingin mati?!" Chanyeol sedikit menarik rambut Baekhee hingga gadis itu meringis.
"Aku membencimu, lebih baik aku mati" Suaranya sedikit bergetar, saat air matanya mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Membenciku? jangan harap aku akan membunuhmu jika itu alasannya" Chanyeol melanjutkan kegiatan menyisir rambut gadis cantik itu "...kau tidak boleh membenciku"
"Aku akan bunuh diri"
"Lakukan jika kau bisa melakukannya" Chanyeol melempar sisir yang dia pegang ke atas meja, membuat Baekhee terperanjat.
.
.
.
Sore harinya, Chanyeol berjalan di sepanjang pertokoan sambil membawa gitarnya, malam ini dia harus kembali bernyanyi di Caffe milik temannya.
Dan di pagi hari dia harus mengajar di sebuah tempat kursus, dan mengajarkan beberapa alat musik yang dia kuasai pada siswa di sana.
"Yeol, kau sudah datang??"
Chanyeol menoleh saat seseorang memanggilnya"Eoh? iya, aku datang lebih awal" Chanyeol melangkah masuk ke dalam Caffe bersama temanya, sekaligus pemilik Caffe itu.
"Apa pekerjaanmu lancar hari ini??" Chanyeol menyimpan gitar yang dia bawa, sedangkan Chanyeol mengikuti temannya untuk duduk di salah satu tempat di caffe itu.
"Aah...anak-anak itu selalu membuatku kesal" Chanyeol terlihat stres.
"Eoh anak-anak? bukankah murid-muridmu rata-rata sudah JHS?" Laki-laki itu meyakinkan pendengarannya.
"Tetap saja, bagiku mereka masih anak-anak, mereka lebih pantas menjadi anakku bukan?" Chanyeol tertawa sambil menyesap secangkir kopi yang baru saja di berikan pelayan caffe itu.
"Mwo? usiamu 29 tahun, bagaimana kau mempunyai anak sebesar mereka" laki-laki itu menanggapi dengan serius.
"Bisa saja bukan??" Chanyeol mengangkat kedua bahunya dan terkekeh melihat wajah serius temannya itu.
"Yah, terserah kau saja" Laki-laki itu mengibaskan tangannya "...Tapi, itu bukan berarti kau ingin mempunyai anak kan? kau harus menikah lebih dulu jika menginginkan seorang anak, apa kau punya kekasih?" kali ini kata-katanya terdengar seperti mengejek
"Sial!! Kita lihat saja nanti, apa aku akan menikah atau mati lebih dulu" Chanyeol tersenyum miring.
"Woo... Maaf aku tidak tertarik dengan kata-kata manismu" Laki-laki itu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Chanyeol.
"Manis pantatmu, Oh Sehun!!" Chanyeol melemparkan sendok ke arah Sehun membuat laki-laki itu terkekeh.
'drrtt'
Ponsel Chanyeol tiba-tiba bergetar dan menampilkan sebuah pesan masuk.
OSh :
"Kau bisa beristirahat malam ini"
Anda :
"Aku harap kau tidak menggangguku malam ini"
..
.
Tbc.
Hun, ngapain lu?
oke gue up lagi, siang bolong...
banyak desahan ga papa ya?
Chanyeol tuh sebenarnya baik kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Phoenix (Chanbaek Gs) ✅
FanficWarning 21+ Tittle : Black Phoenix Weird thing, violence, ada adegan kekerasan, plis yang masih di bawah 18 tahun, atau yg ga suka skip aja. Main cast : ChanBaek (GS), and Other as support cast Summary: Park Chanyeol menjalani kehidupan dua sisi, m...