nine.

3.2K 567 63
                                    

Tsukishima Kei berjalan lurus ke arah halte. Kaleng teh hangat terpegang di bagian kepala oleh salah satu tangannya. Sementara tangan yang lain masuk ke saku celana di temani satu bantalan handwarmer.

Laki-laki itu mengambil duduk seperti biasa seraya menunggu. Maniknya menatap lurus ke seberang jalan. Hingga keberadaan objek bergerak membuat maniknya malah bergerak mengikuti.

Memandangi seorang perempuan berambut lurus di sisi trotoar seraya membelakanginya, Tsukishima Kei merasa pernah melihat keadaan ini sebelumnya. Terus menatap lurus kepala belakang itu, atensi Kei kemudian turun ke bawah sesuai refleks.

Tentu saja tidak ada apa-apa di sana. Mengingat perempuan itu bukanlah gadis aneh yang dikenalinya suka menyelipkan handwarmer di kaos kaki.

Kei meneguk kembali tehnya sampai tandas.

Kenapa dirinya jadi teringat kembali saat itu?

Saat dirinya pertama kali memutuskan untuk mengobrol dengan gadis itu. [Full name].

Atensinya kembali menatap lurus. Perempuan asing itu dilihatnya kini tengah memasuki suatu bis.

Kei merasa sepi.

Bukan. Bukan karena ditinggal perempuan asing itu. Kei sepi lantaran tak lagi melihat permen jahe di atas mejanya. Tak ada lagi rasa hangat, walau baru saja ia menghabiskan teh hangatnya.

Termenung memikirkan acak, ponsel di saku lain celananya bergetar. Berhasil membawanya ke luar, Kei menatap rangkaian nomor asing yang kini tengah menelpon dirinya. Tak mau membiarkannya terlalu lama, Kei pun menekan tombol jawab dan menaruh ponsel itu di telinganya.

"Halo?"

"Tsukishima Kei?"

Kei tertegun.

Sementara di seberang sana, seorang gadis membangkitkan dirinya. Separuh tubuhnya masih terbungkus selimut, namun tubuh itu kini terduduk. Salah satu tangannya menahan ponsel di telinga. Satu lainnya memeluk guling. Dia kembali berucap, "Tsukishima ini aku, [Full name]."

Tanpa diberi tahu, pun, Tsukishima kenal suara itu. Bagaimana tidak? Gadis itu bahkan sedang terpikirkan olehnya beberapa detik sebelumnya. Tentu saja pikiran Kei langsung tertuju pada [name] dengan sontak.

"Ya?"

Namun Kei hanya membalasnya dengan dua huruf.

[Name] di seberang sana membasahi bibirnya, tentu saja jadi canggung dengan telepon tiba-tiba darinya ini. Mengingat Tsukishima Kei bukanlah manusia yang akan histeris saat mendapat telepon darinya. Memangnya ia ini siapa? Produser film dinosaurus?

"Hm, kau sudah pulang?"

[Name] merasa pertanyaannya bodoh. Padahal dia menelpon saat ini lantaran menunggu bel pulang atau sekiranya jam klub sudah selesai. Jadi untuk apa bertanya lagi?

"Iya, sudah."

Iya. Tentu saja.

Mereka terdiam. [Name] pula merasa, bahwa kemampuan sosialnya tiba-tiba menghilang saat ini. Dia jadi meringis, kala sebuah suara helaan nafas terdengar dari ponselnya.

"Kau tidak apa?"

Kei yang akhirnya memutuskan keheningan mereka.

"Iya tidak apa. Aku sudah baikan," [name] menjawab. Detik berikutnya jalan pembicaran telah terbuka, "em, terimakasih, ya. Aku dengar dari ibuku kau yang membantuku pulang."

ginger candy » kei tsukishima.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang