Yamaguchi menyusuri koridor dengan terburu. Tumben melihat anak ini pagi-pagi telah bersemangat masuk ke kelasnya. Menggeser pintu, Yamaguchi menelusur. Tepat sekali objek yang dicarinya kini sudah duduk di kursi, dan tengah menatapnya pula.
Buru-buru Yamaguchi kembali melangkah. Mendekati objeknya tersebut. Tsukishima Kei.
"Tsukki, katakan apa yang terjadi dengan [last name]?"
Pemuda itu langsung bertanya menuntut. Tak mau lagi diabaikan seperti pesan-pesannya kemarin, dengan berani maniknya itu menatap lurus manik temannya yang hanya memandang datar.
Tsukishima Kei. Setelah jeda dengan saling menatap, dia akhirnya menghela nafas. "Tidak apa, tidak usah khawatir dia hanya sakit." jawabnya setelah sekian lama membuat Yamaguchi penasaran.
Namun Yamaguchi kini tak percaya begitu saja dengan ucapan temannya. Mengingat kembali Kei saat menelponnya dengan nada setengah panik, tentu saja menjadi hal yang cukup jarang ditemui.
Kei mendesah. Tatapan sahabatnya ini jelas sekali menuntut jawaban benar darinya. "[Last name] hanya kedinginan dan aku membawanya pulang." Akhirnya pemuda itu menambahkan apa adanya dengan jujur.
"Kedinginan?" Yamaguchi membeo sepenggal kata. Tanda ingin dapat info lebih jelas. Membuat Kei yang mengerti kembali menghela nafasnya pelan.
[❄❄❄]
"Ah, kau tidak perlu bangun, [name]. Istirahat saja."
Satu temannya mencegah. Meminta [name] agar tetap terbaring dengan nyaman walau teman-temannya kini tengah berada di sana. Tentu saja sebagai tamu, mereka tak ingin tuan rumah yang kini sedang sakit menjadi terbebani.
Menurut, [name] pun kembali membaringkan tubuhnya. Teman terbaiknya, sebut saja Hana, dengan sigap menaiki kembali selimut. Seraya bertanya untuk membuka topik, "kau tidak apa, [name]?"
Seluruh atensi memandang gadis yang tengah terbaring itu khawatir. Pasalnya, mendengar kabar bahwa [name] sakit dari Tsukishima Kei adalah hal yang cukup tiba-tiba. Mengingat laki-laki itu di kelas tampak tak terlalu berbaur, namun tau-tau hanya dialah yang tampak mengetahui keadaan [name] kala itu.
Bertanya terus terang pada si tinggi berkacamata itu juga tidak mendapat hasil yang memuaskan. Jika tidak mendecak, Kei hanya akan berkata, 'dia hanya sakit,' seperti itulah. Maka oleh karena itu, teman-teman yang sekiranya telah dekat dengan [name] memilih menjenguknya langsung ke rumah setelah pulang sekolah tiba hari itu juga. Untung saja [name] kini terlihat agak baikan.
"Aku tidak apa, hanya demam," jawab yang sedang sakit tersebut, tak mau berucap lebih jelas. Lantas melukiskan senyum pada wajah yang telah kembali berekpresi netral; tak lagi menahan ringis.
Hana menyentuh kening [name] dengan punggung tangannya. Gadis itu memang sedang memiliki suhu yang cukup tinggi. Hana pun menghela nafas. "Aku khawatir sekali mendengar kau sakit tiba-tiba," ucapnya jujur. Diikuti anggukan yang lain.
"Benar, [name]. Aku merasa kehilangan saat permen jahemu tak ada lagi di mejaku," sahut salah seorang laki-laki. Langsung mendapat toyoran saat itu juga.
"Kau ini kehilangan [name] atau permen jahenya?"
"Tentu saja [name]. Tapi [name] tanpa permen jahe juga kurang."
"Dia tidak bisa terus-terusan memberimu secara cuma-cuma, bodoh."
"Dasar pencari gratisan."
Laki-laki itu merasa tersuduti, membuatnya hanya menyengir canggung sebelum kembali mengeluarkan suaranya, "maksudku, [name], kan, selalu menyuruhku memakan permen jahenya agar aku tetap hangat dan sehat. Karena pagi ini tidak masuk, aku merasa tidak ada yang memperhatikanku lagi."
Tentu saja lagi-lagi pemuda itu mendapat toyoran. Kini dengan beberapa pasang tangan para gadis sekaligus.
Dan pemandangan itu sukses membuat [name] tersenyum. Sepertinya gadis tersebut sudah merasa lebih baik saat bisa berbagi dengan teman-temannya.
Atensi [name] kembali menelusur, namun objek yang sedang ia cari memanglah tidak ada di sana sejak tadi pun. "Tsukishima... Tidak datang?" Suaranya kembali ke luar, namun agak pelan kini.
Hana dan dua anak yang lebih dekat dengan [name], lah, yang berhasil mendengar dengan jelas. Membuat mereka sejenak saling melempar pandangan.
"Klub voli sedang ada latihan. Tadi Yamaguchi juga ingin ikut, namun akhirnya hanya bisa menitip salam," Hana yang memberi penjelasan.
[Name] tenggelam dalam pikirannya.
Karena sakit, dia jadi tidak bisa memberi laki-laki itu permen jahe untuk menemani latihannya.
"[Name], aku sempat dengar dari Yamaguchi, Tsukishima yang mengantarmu pulang saat hampir pingsan. Belum dapat info yang jelas, tapi Tsukishima sudah mengalihkannya. Jadi apakah itu benar?" Hana memutuskan bertanya. Kebetulan mereka sedang masuk dalam topik laki-laki tinggi itu, Tsukishima Kei.
Jeda sejenak diberikan oleh [name], dia menjawab setelah berusaha mengingat kembali kejadian kemarin sore.
"Entahlah, aku tidak begitu ingat. Tapi kata ibuku, memang dia yang mengantarkannya."
Benar. Tadi pagi saat ibunya menyuapi [name] dengan bubur, gadis itu diceritakan tentang kejadiannya kemarin sore. Awalnya agak tak disangka, namun mendengar hal tersebut disebutkan juga oleh Yamaguchi, maka kemungkinan itu adalah benar.
Maka dari itu, saat melihat teman-temannya mulai memasuki kamarnya tadi, [name] sangat berharap sosok jangkung berkacamata tersebut juga ikut kembali masuk ke kamarnya seperti kemarin sore.
Kemudian [name] tertegun.
'Bahkan hanya membayangkannya ada di kamar ini sekarang, entah kenapa membuat hatiku hangat.'
.
.
.
↓continue↓
KAMU SEDANG MEMBACA
ginger candy » kei tsukishima.
FanfictionTsukishima Kei x Reader "Dia memberiku permen jahe agar aku tetap hangat. Padahal kenyataannya dia lah yang paling membutuhkan kehangatan." Pada hari yang dingin, kulit yang membeku, Tsukishima Kei merasakan hangat menyelimutinya. Ya, permen jahe m...