B a P e R

37 7 6
                                    

Gak usah baper, gue cuma kasih pendapat -Rasya.





"Rasya!"

Cewek dengan rambut panjangnya itu berlari menghampiri Rasya yang sekarang sedang diam berdiri menunggu Dira sampai di hadapannya.

"lo mau kemana?" pertanyaan yang terlontar jelas dari mulut dira membuat Rasya sedikit keheranan. Gila, ni cewek gak capek lari dari ujung lorong?

Tanpa banyak basa-basi, Rasya melanjutkan langkahnya dan berjalan menjauhi Dira yang masih berdiri ditempat. Mengejar itu lelah. Ah, mungkin begitu perasaannya sekarang. Melihat punggung Rasya yang kian menjauh, Dira hanya bisa mengangkat sudut bibirnya tipis dan menunduk.

"kenapa masih diam?" suara itu membuat Dira mendadak mengangkat kepalanya dan melebarkan matanya yang terlihat indah. "eeh? Emang kenapa?"

Rasya menghela napasnya. "lo bego? Tadi nanyain mau kemana, sekarang malah diam ditempat."

"maksudnya apa? Emang kenapa kalo gue nanya ke lo? Emang gue boleh ikut?"

"gece!"

Satu kata yang sedikit menghentak malah terdengar merdu ditelinga Dira. Dia tersenyum kegirangan dan menaik turunkan kedua tangannya sambil mengucap kata 'yess' berulang kali.

Rasya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Melihat tingkah childish Dira memang sedikit menggemaskan. Anehnya, cewek ini tidak peduli dengan sikap Rasya yang terkadang bisa berubah seratus delapan puluh derajat.

"yuk kita ke kantin! gue laper. Akhirnya bisa makan bareng Rasya ya Tuhan." Ucap Dira sambil menatap ke langit seakan ini adalah anugrah yang diberikan tuhan kepadanya.

"kata siapa mau ke kantin?"

"kata siapa kita mau makan?"

"kita ke ruang osis. Hari ini hari terakhir tes pertukaran pelajar itu. Dan gue belom ikut tes kebahasaan."

Penjelasan Rasya barusan membuat Dira mengerucutkan bibirnya. Harapannya bisa makan bersama dan ngobrol tanpa ada gangguan pupus sudah.

Tapi,

Mau kemanapun Rasya pergi, jika dirinya ikut, Dira akan tetap senang, kok!

Sekarang Rasya duduk disalah satu sofa di ruang osis ini. Ruangan osis yang lumayan besar menjadi tempat tes terakhrinya. Jujur, Rasya sangat senang ketika sang ayah mengizinkannya mengikut program ini. Bahkan mendukungnya untuk mewujudkan mimpinya.

Bu Desy terlihat sedikit sibuk dengan beberapa map bening yang didalamnya terdapat berkas-berkas semua siswa dan sisiwi yang mengikuti program ini.

Keadaan ruangan masih hening.

Rasya menjadi peserta nomor urut terakhir dalam tes ini. Disampingnya, masih ada Dira yang sedari tadi bercerita banyak yang hampir semuanya, Rasya tidak paham. Rasya juga tidak ada niat untuk memahami.

"lo kenapa tes di hari terakhir sih? Kan rame banget! Kalo tes ujian gini ya dua atau tiga hari terakhir. Kaya gue dong! Rajin."

Rasya seakan sudah biasa mendengar celotehan dari mulut Dira yang sering kali berujung memuji dirinya sendiri. Tidak bosan. Hanya saja telinga Rasya butuh rehat sejenak.

"huh. Yang terakhir, Rasya Tamara Dwarka. XII MIPA 3." Seruan Bu Desy membuat Rasya beranjak dan menghampiri salah satu meja didepan ruangan itu. Duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan Bu Desyy.

DiRasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang