Ikut

43 8 2
                                    

cinta itu ada dua pilihan. tetap mencintai dalam diam, atau memberi tahu si obyek bahwa kita menyukainya. namun, sayangnya, cinta sama-sama beresiko sakit hati.






Rasya memakirkan motor CB kunonya yang berwarna kuning itu. Melangkah masuk kedalam rumah mewah bercat putih yang terlihat sangat kokoh dengan kedua tiang diteras rumah. Rasya membuka sepatunya dan mleetakannya disudut ruang.

"assalamuallaikum." Ucapnya sambil membuka pintu putih di hadapannya.

"Waalaikumsallam!" teriak seseorang yang baru keluar dari dapur. Dirinya dibaluti celemek bermotif bunga. Wajahnya menenangkan.

"kamu sudah pulang." Ucapnya sambil membiarkan Rasya mengecup punggung tangan kanannya. "udah, ma. Sherin udah pulang?" tanyanya. Tangannya memasukan beberapa potong kue kukis kedalam mulutnya.

"sudah kayanya." Kini kedua tangan Dinda kembali sibuk memegang wajan dan mengaduk sesuatu diatasnya. Dinda melihat wajah anaknya yang kini sedikit murung. Tidak biasanya Rasya pulang ke rumah dalam keadaan seperti ini.

"ada apa, Bang? Ada masalah di sekolah?" Tanya Dinda untuk Rasya. Kini tangannya sudah memegang segelas susu vanilla yang akan diberikan untuk Rasya.

Rasya meminum susu vanilla itu dan menatap lekat Dinda yang sekarang terlihat menunggu penjelasannya. "soal program pertukaran pelajar..." ucapnya seraya memberi jeda. "abang mau ikut, ma." Tuntasnya.

Dinda menarik kedua sudut bibirnya dan menghampiri putranya yang kini sudah mulai besar. Sudah mulai menata hidupnya sendiri. Sudah membuat serangkaian cita-cita. Rasanya, Dinda ingin sekali memeluk putranya itu dan menggendongnya dalam pelukannya lagi.

"iya bang. Nanti kita bicarakan, ya." Katanya sambil mengelus ujung kepala Rasya.

"abang takut, papa gak setuju, ma."

"kita usahakan,ya. Kalau itu yang abang mau, mama bantu. Papa juga pasti dukung." Jelas Dinda untuk Rasya. Rasya mengangguk sebagai jawaban.

"yaudah, kamu keatas sana. Mandi, terus sholat. Jangan lupa belajar." Perintah Dinda.

Rasya berjalan kearah tangga. Menaiki anak tangga yang berangsur sedikit karena sudah dilangkahinya. Ia membuka pintu yang terdapat stiker tumblr berwarna biru dongker. Aroma mint menusuk indra penciumannya. Ia merebahkan tubuhnya yang masih dibalut seragam sekolah dan sepatu yang masih bertengger rapi di kakinya.

Sejenak, berpikir apa yang akan terjadi jika dirinya benar-benar mengikuti pertukaran pelajar itu.



Pintu kamarnya terbuka. Memperlihatkan gadis kecil diambang pintu. "abang." Sapanya.

Rasya menegakkan tubuhnya dan melepas sepatunya. Menghampiri Sherin yang masih diam didepannya. "bang, abang kok gak ke kamar Sherin?" tanyanya.

"abang capek banget, Sher. Jadi tadi abang langsung kekamar." Perkataan Rasya membuat Sherin mengerucutkan bibirnya. Masuk kedalam kamar Rasya dan mengambil guling ditempat tidurnya.

"abang kenapa? Kok sedih?" Rasya menggelengkan kepalanya. "engga kok. Sherin kali yang sedih." Bantah Rasya.

"engga kok! Sherin seneng." Ucapnya dengan semangat. Rasya tersenyum

"emang lagi seneng kenapa?"

"ada abang."

"emang kenapa sama abang?" Tanya Rasya lagi.

DiRasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang