Part 1

21 0 0
                                    

Arisya Gania


Tepat pukul 06.00 pagi langit di kota Bandung nampaknya masih murung terlihat jelas warnya yang masih kelabu. Arisya berjalan perlahan di lorong kelas suasana sekolah masih sepi hanya ada beberapa siswa yang sudah datang itupun karena mendapat giliran piket. Arisya memang lebih suka datang awal waktu dan pulang saat seolah sudah sepi, dia tidak terlau suka keramaian.

Arisya sampai dikelasnya yang masih kosong hanya dia yang baru datang, Arisya pun duduk di bangkunya lalu menaruh tasnya di atas meja. Dia menghela nafas kasar sambil menyenderkan badannya ke belakang kursi. Sambil sesekali memijat pangkal hidungnya yang mancung itu.

Akhir-akhir ini dia sungguh lelah dengan hidupnya, Defano yang terus mengekangnnya dan belum lagi keluarganya yang selalu saja ada masalah.

"Tuhan Risya cape sama semua ini." Gumam Arisya sambil mengadah melihat langit-langit kelas. Dia kembali ingat kejadian tadi malam saat ibunya dan ayahnya bertengkar hebat lagi-lagi mereka melakukan pertengkaran saat Arsya ada di rumah, di saat seperti itu Arisya hanya mengurung diri di kamar hingga esok pagi. Teriakan kedua orang tuanya saat bertengkar sungguh membuat Arisya lelah.

Arisya pun memejamkan matanya lalu kembali menghela nafas kasar. Arisya merasa ada suara dari arah pintu dia pun melihat cowok dengan tubuhnya yang jangkung dan tegap sedang berdiri melihat Risya dengan melipat kedua tangannya di dada. Seketika Risya merubah posisi duduknya menjadi tegak sambil menunduk. Derap langkah Defano kian mendekat membuat jantung Risya semakin berdegup kencang sekarang Defano sudah duduk di meja Risya.

" Kenapa berangkat duluan?" Tanyanya

Arisya meringis merutuki dirinya yang bisa-bisanya lupa jika dia harus selalu berangkat dan pulang dengan Defano setiap hari.

Risya tak berani mejawab ataupun menatap Defano sekarang yang diinginkan Arisya hanya keajaiban supaya dia bisa menghilang sebentar dari Defano.

" Jawab Sya." Defano padahal berbicara dengan nada datar tapi Arisya merasa perkataanya itu penuh penekanan.

" Ma-maaf ka." Kali ini Arisya bersuara dengan begitu pelan.

" Gw udah bilang kan kalo ngomg sama gw liat mata gw Sya!" kini Defano sepertinya kehilangan kesabarannya. Arisya sedikit tersentak lalu dia pun perlahan menatap Defano.

Risya paling takut dengan tatapan defano yang tajam seakan Risya seperti mangsa yang akan di makan hidup-hidup olehnya.

" Maaf ka." Kini Arisya meminta maaf lagi sambil menatap Defano, tangan Arisya sudah basah karena keringat jantungnnya pun berdetak semakin kencang. Beberapa menit mereka saling bertatapan, tapi bukan dengan tatapan yang di artikan cinta. Satu sisi Arisya menatap Defano penuh ketakutan dan Defano menatap Arisya penuh kebencian. Defano pun mengalihkan pendangannya kini dia tak lagi menatap Arisya, Arisya sedikit lega.

" Inget baik-baik Sya, lo itu objek balas dendam gw kalau lo berusaha berontak lu bakal tau akibatnya sama sahabat kesayangan lo itu." Nada ucapannya memang datar tapi bagi Arisya itu sungguh kata-kata yang menusuk hatinya, Defano pun pergi dari kelas Arisya. Sungguh hati Arisya sakit saat Defano menyebutnya segai objek balas dendamnya saja.

Kini Defano kembali mengingatkan Risya tentang kejadia itu lagi yang sudah 2 tahun ini Arisya berusaha untuk melupakannya.

Flasshback

Bughh !

Satu pukulan melayang tepat sasaran di wajah Alfi hingga dia tersungkur ke tanah. Defano menatap ke arah Alfi yang berusaha bangun.

" Bangsat!" Ucap Defano yang kembali memukul wajah Alfi, Alfi hanya pasrah dengan kawannya yang sedang meluapkan amarahnya itu. Saat sadar Alfi tak membalasnya Defano pun berhenti memukulinya lalu bangun menjauhi Alfi yang sudah terkapar di tanah akibat pukulan Defano.

Sebait Sajak UntukmuWhere stories live. Discover now