Kala itu..
Entah pada detik waktu yang keberapa, kamu yang sudah biasa hadir dalam ceritaku, kamu yang selama ini hanya jadi pewarna biasa dalam jutaan warna yang ada dihidupku. Seketika berubah menjadi warna dominan yang kemudian merusak laju konstan semestaku.
Kau mengatakan hal yang seharusnya tidak perlu. Sebuah persepsi dan petuah yang membuat waktuku membeku.
Meski dikepalaku berlalu lalang begitu banyak rangkaian aksara yang menepis persepsimu. Tapi yang ku lakukan hanya diam. Keberanianku hanyut dalam tatapan intimidasimu.
Petuah itu...
Berhari hari terus berlalu lalang dikepalaku.Tentang apa yang membuatmu menyimpulkan persepsi itu?
Mengapa kau mengatakan hal itu?
Mengapa kau peduli?
Kamu tidak tahu apapun tentangku. Selain apa yang kamu lihat selama ini.Tapi naasnya. Asumsi demi asumsi terbentuk. Merangkai sebuah cerita yang kemudian menghasilkan kesimpulan.
Kamu tahu? Petuah itu salah diartikan oleh otakku. Meski sebelumnya, melewati pertengkaran hebat dengan hatiku. Petuah itu, menjadi racun untukku.
Racun yang membuatku otomatis salah tingkah ketika didekatmu. Racun yang membuat jantungku memacu detaknya lebih cepat ketika disekitarmu. Racun yang membuatku tersenyum bodoh tatkala mengingatmu.
***
Tertanda : Puan Pengagum Senja
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa
General FictionDiamku adalah ramai lalu lintas dalam kepala Lewat aksara Ku urai keramaian dalam kepala Ku bebaskan rasa dalam frasa Tentang rasa Yang tak bisa ku bagi dengan manusia lainnya Selain Tuhan, Aksara adalah caraku mengurai sesak yang memenuhi dada Biar...