Jika Penghafal al-Quran Tidak Murajaah

4.4K 144 3
                                    

Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa
Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling utama
dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya
merupakan ibadah yang meluluhkan hati, membuat
jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang
tidak terhitung.
Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak
lupa, sebagaimana sabda baginda Nabi Saw : “Jagalah
(hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada dalam
kekuasaanNya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat
cepat terlepas melebihi (lepasnya) Unta dari ikatannya”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak selayaknya seorang hafizh atau hafizah lalai
dan lupa dari membacanya sehingga tidak maksimal
dalam menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid
(muraja’ah) harian agar dapat menghindari dari lupa
sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran
hukum-hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun
amalan.
Kemudian kelanjutannya menurut pendapat para
ulama (sesuai dari mana seseorang itu bermazhabnya),
tersebut dalam kitab Hasyiyah as-Shoowy III/68 : “Maka
kalangan madzhab Malik ra hukum menjaga hafalan
yang lebih dari bacaan yang membuat shalat sah
(hafalan selain surat fatihah) hukumnya sunah muakkad
baik diawl atau selamanya, melalaikannya hukumnya
makruh. Sedang madzhab Syafi’i melalaikan satu
huruf dari hafalan diatas tergolong dosa besar yang
hanya dapat terlebur dengan bertaubat dan kembali
menghafalnya”.
Tulisan ini bukan hendak menakutkan dan
menjauhkan umat Islam dari kitab sucinya untuk
menghafalkan ayat demi ayat dan surat demi surat tapi
tulisan ini adalah sebagai pengingat kepada semua
bahwa sesuatu itu ada resiko jika tidak dijaga /dilakukan dengan baik.

Dan dalam tulisan ini juga mengingatkan, bila
ulama telah mengajarkan dan memutuskan agar umat
selalu konsen dan mematuhi sesuatu hukum maka ikuti
dan dengarlah nasehatnya, jangan sekali-kali membuat
se-mau akal pikiran diri kita.
Teringat akan wejangan ustadz bahwa Al-Qur’an
itu suci dan hanya mau melekat di hati orang-orang
yang suci (selalu berusaha menjaga kesucian diri dari
dosa dan kesalahan). Al-Qur’an itu sensitif dan sangat
cemburu ketika ia tak lagi jadi prioritas dan tidak dijaga
dengan baik. Hafalan yang benar-benar lancar tanpa
cacat akan sangat terasa nikmatnya ketika kegiatan
muraja’ah atau mengulang hafalan.
Lalu bagaimana seandainya yang terlupa tidak
hanya satu atau dua ayat, tapi satu atau dua juz bahkan
lebih? Seakan-akan hafalan tersebut hilang visualisasinya
dalam memori saat lisan tak lagi bisa melantunkannya
secara refleks.
Maka cukuplah itu sebagai tanda bahwa ada
yang salah dengan perilaku kita, ada yang salah dari
manajemen waktu dan kesibukan, ada malam yang
mungkin sering terlewatkan dari kegiatan menjaga AlQur’an, ada hati yang sering terlenakan, ada frekuensi
muraja’ah dan tilawah yang tak berimbang, dan
mungkin ada dosa dan kesalahan yang dilakukan.
Mari evaluasi diri dan segera lakukan perbaikan
bagaimanapun caranya agar Allah mengembalikan
lagi kepercayaan-Nya pada diri kita. Karena menghafal
adalah sebuah proses perjuangan, ia tidak mungkin
bisa diperjuangkan dengan ala kadarnya.
Kenapa berjuang itu manis? Karena ada niat
yang harus senantiasa diluruskan dan diperbarui, ada
pengorbanan yang harus terus dilakukan, juga ada
cinta yang selalu meminta untuk dibuktikan.
Ya Allah jika nanti telah habis masa umur kami di
dunia ini, ingin rasanya diri ini engkau panggil dalam
kondisi husnul khatimah, dengan simpanan ayat-ayat
Al-Qur’an yang sempurna, teramalkan, lagi terjaga
dengan baik. Amin ya Rabbal alamin.
Wallahu a’lam, semoga bermanfaat !!! Apa Akibat
Ketika Seseorang Lalai & Lupa Akan Hafalan Al-Qur’annya?
Sumber:
http://www.mudhiatulfata.net/2016/02/apa-akibat-ketika-seseorang-lalai-lupa.html?m=1

Semoga bermanfaat,jazakumullah khair 😊
اللهم نور قلوبنا بتلاوة القران، و زين اخلاقنا، و حسن اعمالنا بذكر القران

Agar Murajaah lebih AsyikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang