ch. 1 | wjgm

73 6 5
                                    

"Baram, jangan pergi gitu aja! Papa mau bicara sama kamu!"

Lelaki satu itu masih saja melangkah menuju kamarnya tanpa mau mendengarkan perkataan Papanya lagi. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Papanya membahas mengenai perjodohan yang katanya sudah direncanakan sebelum Baram lahir.

Hanya karena satu alasan, yaitu persahabatan orang tua Baram dengan orang tua Lea.

---

"Hah? Perjodohan?! Kaya Lea gak laku aja, Ma," ujar Lea sambil terkekeh seraya berjalan menuju kamarnya. Dari luar, Mamanya masih memanggil-manggil namanya berulang kali, namun tidak Lea hiraukan.

Bagaimanapun, Mamanya tetap salah. Lea masih berada di bangku SMA, namun nampaknya orang tuanya itu memaksanakan perjodohan yang hanya akan menguntungkan satu belah pihak saja, tanpa memikirkan persetujuan dari anaknya.

Katanya, supaya Lea tidak salah jalan. Hello? Memangnya, Lea sebegitu murahannya sampai-sampai ia harus dijodohkan?

Walaupun sebenarnya ia memang terkesan sangat murahan, ia masih bisa jual mahal. Asal kalian tahu, ia murahan hanya sebagai pelampiasan atas suatu hal. Di dalam, ia adalah perempuan baik-baik.

---

Mentari sudah beranjak tinggi, namun Lea sedang tak ingin sekolah. Moodnya sungguh buruk sejak kemarin, sampai ia melewatkan makan malam.

Tangan kanannya berusaha meraih handphonenya yang berada di nakas, namun sialnya tubuhnya limbung karena terjatuh dari kasur. Pinggangnya terantuk pinggir kasur dan kepalanya terkena lantai pertama kali.

Double sial.

"Anjir! Dasar kasur sialan emang!" umpatnya selagi menyalakan handphonenya.

Terpampang satu notifikasi line dari orang yang tidak ia kenal. Lantas, Lea pun membukanya.

Brm: Lo Lea?

Sambil mengernyit bingung, Lea melihat profil orang itu dan langsung terbelalak saking kagetnya.

Abraham Prasetya, cowo most-wanted yang terkenal di sekolahnya kini sedang mengiriminya pesan?

Brm: Woy, kalo ditanya tuh dibales, bukan cuma diread doang.

Lea: Lo beneran Abaram Prasetya yang ditaksir sama orang banyak itu?

Tak lama kemudian, cowok itu menjawabnya.

Brm: Bodo.

---

Baram menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan balasan Lea yang berlebihan itu. Kalau seperti ini, bagaimana bisa ia mau dijodohkan dengan cabe satu itu?

Dalam pikirannya, nampak seorang Lea yang setiap istirahat selalu dikelilingi cowok-cowok urakan.

Mau ditaruh mana mukanya nanti?

"Bodo! Gue mau mandi!" ujar Baram sambil membanting Iphone barunya ke lantai dan bergegas mandi.

---

Sementara itu, Lea masih terpaku di tempatnya.

"Astaga, kesambet apa tuh cowo sampe ngechat gue? Bukannya dia paling ga suka sama cabe apalah itu ya?" tanya Lea pada dirinya sendiri, kemudian kembali berujar, "Ah, palingan dia naksir gue. Secara kan, gue cabe paling cantik di sekolah. Thank god gue dapet kesempatan deketin dia."

Mood Lea yang semula buruk berbalik 180 derajat ketika memikirkan hal itu. Ia pun segera bersiap untuk ke sekolah.

---

We're Just Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang