ch. 3 | wjgm

38 5 2
                                    

"Mau lo apa?"

Lea tak habis pikir soal Guntur yang sedari tadi membuntutinya. Bukannya terlalu percaya diri, namun sudah tampak jelas gerak-gerik orang itu.

"Kuping lo budeg, pe'a!?" bentak Lea sekali lagi.

Sontak, Guntur menoleh ke arahnya dan menyeringai seraya berkata, "Ada hubungan apa lo sama Baram?"

Lea membulatkan kedua matanya, heran atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan Guntur. C'mon, belum ada yang tahu soal perjodohannya dengan Baram selain kedua temannya--Fani dan Yella.

Lagipula, ia tidak terlalu mengambil pusing masalah tersebut.

"Bentar, lo tadi bilang apa? Hubungan gue sama Baram? Hah. Emang apa urusan lo buat nanyain itu? Kuker pars, bang?!"

Menanggapi hal itu, Guntur hanya terkekeh kemudian meninggalkan Lea seorang diri.

"Gak jelas banget. Goblok kali, ya," gerutunya, kemudian melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

---

"Bangsat! Ngapain juga gue pake mikirin Lea segala."

Sejak dua jam yang lalu, Guntur terus menerus berjalan tak tentu arah di kamarnya, dan seketika terhenti karena kedatangan Baram. Kedua matanya mengamati Baram dengan saksama, layaknya elang yang mengintai musuhnya.

"Lo kesambet apaan, bro?"

Pertanyaan Baram segera menyadarkan Guntur. Ia bergegas keluar dari kamar dan dengan sengaja menabrak bahu kanan Baram.

Guntur menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja ruang tamu, kemudian melaju terburu-buru ke suatu tempat.

Ya, Bogor, tempat pelariannya kala ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Mengapa Bogor? Terdapat sebuah tempat tenang di sana, yakni rumah masa kecil yang telah lama ia tinggalkan. Nuansa rumah selalu berhasil membuatnya tenang tanpa alasan khusus.

Selain itu, ada suatu pelampiasan tersendiri yang dimilikinya di sana. Samsak. Tak hanya membuatnya buta sesaat, namun juga menenangkan pikirannya.

---

"Woy, Le?! Lo dari tadi ngelamun apaan, dah?"

Lea segera tersadar dari lamunannya, kemudian menatap Yella dengan kedua tangannya yang ia lambaikan di depan muka Lea.

"Lo emang ngelamun apa budeg, dah, Le?" tanya Yella sekali lagi, berusaha meyakinkan dirinya bahwa sahabatnya masih benar-benar waras tanpa status sakit apapun.

Lea terkekeh dan menjawab, "Gue masih waras, kali, Yel. Dari tadi gue cuma ngerenungin 1D yang udah bubar dari dulu. Kan sayang banget. Padahal gue baru aja jadi Directioners."

"Elah, kirain apaan. Tapi, emang sayang, sih, ya. Kan udah bagus banget debut mereka, nih, ngapain pake bubar segala, sih. Si Zayn kesayangan gue pake ninggalin mereka duluan, lagi," sahut Yella.

Entah ada angin dari mana, tiba-tiba Fani tiba di antara mereka dan turut menimpali, "Woy, Zayn itu suami gue! Jangan direbut gitu aja, elah!"

Kedua sahabatnya lekas menyorotkan lirikan apaan-sih-maksud-lo kepadanya dan berkata, "Terjun dulu ke jurang, mbak!" Ketiganya pun tertawa lepas tanpa beban seolah 1D belum pernah bubar.

"Eh, by the way guys, yang soal kemarin itu--"

Lea segera membekap mulut Fani dengan kedua tangannya hingga Fani memberontak tak dapat bernapas.

"JANGAN INGETIN GUE SOAL ITU PLEASE!"

"Huft.. Elah, gausah teriak juga bisa kali, Ya. Kuping syantikku teracuni, nih, Yaa," ujar Fani menggerutu setelah Lea melepaskan bekapannya.

Yella menggebrak meja dan bersorak, "Aaaa temenku yang satu ini udah bisa move on dari mantannya!"

"Kok tau?" tanya Fani heran seraya memasang wajah sok polosnya.

"Lo udah ngomong syantik lagi, goblok!" sahut Lea disambut tawa kedua sahabatnya itu.

Tiba-tiba, Baram memasuki kelas mereka dan menghampiri Lea. Ia segera menggandeng tangan Lea tanpa izin ataupun ajakan apapun. Mengamati itu semua, Yella dan Fani hanya dapat menatap satu sama lain dan membatin, "What the fuck is happening right now?"

Setelah menyeret paksa Lea ke taman belakang sekolah, Baram melepaskan Lea begitu saja, membiarkannya jatuh terduduk tanpa mau menolongnya kembali.

"Maksud lo apa-apaan, sih, bangsat?! Seragam gue jadi kotor gini, njir!" ujar Lea menggerutu seraya bangkit berdiri menghampiri Baram.

"Gue mau bahas soal perjodohan itu sekarang juga, di sini."

Ucapan Baram mampu membuat Lea terdiam mematung selama beberapa saat, hingga akhirnya ia tersadar dan bertanya, "Maksud lo?"

"Gue bakal terima perjodohan itu."

---

a/n
GILSSS ROSA LAMA GA APDET AMPUNN.
Nih udah up kan ya kan ya kannn :))))
Sekian 💛💛💛💛

 Nih udah up kan ya kan ya kannn :))))Sekian 💛💛💛💛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We're Just Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang