Chapter 6

218 14 0
                                    

Ini adalah cerita fiksi, bukan kisah nyata. Cerita ditulis berdasarkan khayalan penulis.
Jangan lupa untuk vote dan komentar
.
.
.

Derai hujan menyurut reda, menapakkan seberkas cahaya jingga menembus celah- celah awan kelabu. Suara cipratan genangan air karena langkah sepasang anak manusia menggelitik gendang telinga.

Satu persatu kubangan air sengaja mereka pijaki, membuat bulir air bertebangan kian kesana kemari. Mengenai seragam mereka.

"Dit berhenti nggak, rok gue jadi kotor kan?", tukas Gracia menyibakkan lumpur yang mendarat di atas roknya.

Lelaki itu hanya tertawa renyah, setelah mendapati ekspresi Gracia yang menurutnya lucu.

"Apaan sih lo bukannya bantuin malah ketawa mulu, kesambet mbak kunti lo", amuk Gracia melototi Adit yang masih setia menertawainya.

"Habis lucu gangguin lo", belanya mengabaikan amukkan medusa yang mulai meletup- letup.

"Nyebelin deh lo", dengus gadis itu menghentakkan kedua kakinya melampiaskan segala emosi yang berkobar di dalam hatinya.

"Yee gitu aja ngambek, dasar cewek", ledek pemuda itu menjulurkan lidahnya.

"Kayak anjing lo", ledek Gracia disertai gelak tawa yang memekakan syaraf pendengaran Adit. Seulas senyuman samar terbingkai pada wajah rupawannya, melihat sosok dihadapannya tertawa lepas seakan tidak pernah ada beban di dalam hidupnya.

'Akhirnya lo ketawa bego', batinya senang.

"Sekarang pulang gih, keburu dicari keluarga lo", titah Adit menaikkan dagunya.

Perasaan kecewa berdesir dihati Gracia saat Adit secara sepihak mengakhiri pertemuan singkatnya. Meski kebencian terhadap pemuda di hadapannya masih bersarang di dalam benaknya, entah mengapa secercah rasa nyaman membelainya ketika Adit hadir menghiburnya.

"Ye gue pulang", sergaknya angkuh mendahului Adit yang masih diam dalam posisinya.

Sepasang iris yang memandangi Gracia mulai menjauh dari jarak pandangannya, berinisiatif mendekat ke arah sang gadis lugu itu. Tangan kanan Adit yang sedari tadi bersembunyi di balik saku celananya, tanpa sadar tergerak mencekal pergelangan tangan Gracia.

Gadis itu mendelik kaget, mendapati perlakuan tak terduga dari lelaki di belakangnya.

Pori- pori kulit mereka saling beradu, membuat laju detak jantung Gracia berpacu lebih cepat dari biasanya. Tubuhnya memanas, serta semburat rona merah bertebaran mengitari wajahnya.

"Lo-lo mau ngapain gue?", bentaknya sedikit gugup.

Adit mengangkat sebelah alisnya, seolah mempertanyakan ucapan Gracia.

"Lo ngapain grepe- grepe tangan gue"

Adit menghela nafasnya kasar, seraya melepaskan cengkramannya. Iris kelamnya menatap Gracia intens kemudian beralih ke tangan kanan gadis itu yang berada di atas dadanya.

"Mata lo jelalatan gue colok", ancamnya dengan gerakkan tangan menirukan ucapannya.

Gelak tawa mencuat dari bibir lelaki itu, menampakkan barisan gigi putih yang tersusun rapi. Kedua tangannya mendekap perutnya erat lantaran kram mulai menggerayahinya. Sesekali tangannya melayang diudara, seolah mengintrupeksikan dirinya tengah kelelahan selepas tertawa.

My Shiny BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang