Assalamualaikum wr.wb
Haii all, gimana kabar kalian? (Maaf kalau aku terkesan SKSD)
Semoga selalu baik ya
Aku cuma mau bilang, jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca cerita aku yang abal-abal ini. Tinggalkan lah vote dan coment kalian! Berikanlah komentar yang membangun untuk aku supaya aku bisa selalu memperbaiki setiap kesalahan yang aku lakukan.HAPPY READING ALL
~~~~~Jakarta,
Kota metropolitan yang sesak dengan hiruk piuk lautan manusia ini, kini telah menjadi tempat tinggal ku yang baru. Aku tak menyangka hari ini akan terjadi. Padahal, dulu aku sangat bersikukuh tidak ingin meninggalkan kota Bandung.Ada banyak alasan mengapa aku enggan meninggalkan kota dimana aku dilahirkan itu, salah satu alasannya adalah cinta ku. Doni, aku tak ingin meninggalkannya, aku tak ingin menjalin hubungan jarak jauh. Tapi ya sudah lah, itu hanya masa lalu. Masa lalu yang harus aku jadikan pelajaran. Walau tak bisa ku pungkiri, di hati kecil ku masih tersimpan cinta untuknya, hanya saja rasa benci dan sakit yang lebih mendominasi.
"Kanaya, ayo masuk nak. Kenapa malah berdiri di situ?" suara lembut wanita paruh baya yang biasa aku panggil mamah itu menyadarkan dari keterpakuan ku.
"Iya Mah, ini juga mau masuk kok," jawab ku dengan senyum menenangkan.
"Gimana Nay? Kamu suka gak sama rumahnya?" kini giliran papah ku yang bertanya.
"Kanaya suka kok pah, rumahnya nyaman. Kayanya aku bakal betah deh tinggal di sini."
"Syukur deh kalau gitu, mamah seneng dengernya."
"Kalau gitu, kamu tinggal pilih aja kamar mana yang kamu suka. Nanti biar mang Ujang yang pindahin barang-barang kamu ke kamar."
"Ya udah, Kanaya cari kamar dulu ya Mah, Pah. Sekalian mau langsung istirahat juga."
***Taukah kamu?
Malam hari ini sangat indah.
Sang malam di temani oleh ribuan bintang dan rembulan dalam menjalankan tugasnya.
Sedangkan aku, disini aku sendiri.
Merasakan ketakutan yang sangat luar biasa.
Di manakah kamu?
Mengapa kau lakukan ini pada ku?
Kanaya Aprillya Himawan
13 Oktober 2018
20.00Ku letakan buku dairy itu di laci meja ku. Kemudian aku langsung bergegas naik ke tempat tidur. Namun baru saja mata ku terpejam, tiba-tiba suara petir mengagetkan ku. Di susul dengan derasnya air hujan.
Cetaaarrrrrr..........
"AAAAARGHHHH" repleks aku berteriak dengan kencang. Ku tutup kedua telinga ku rapat menggunakan telapak tangan."Gue udah bosen sama lo!!! Lo denger, gue bosen!!!"
"Lo gak gak bisa jadi perempuan yang gue mau, lo terlalu cupu, lo kuno. Yang ada di pikiran lo cuma belajar, belaja, dan belajar terus!!!"
"Lo gak modis, lo gak seksi, dan lo gak menarik buat gue!!!"Perkataan menyakitkan Doni terngiang di kepala ku, membuat rasa takut dan sakit ku mencuat ke permukaan. Sungguh aku benar-benar takut.
Cataaarrrrrr........
"AAAAAARGHHHH!!!"
"Hiks...hiks...hiks....aku mohon stop...aku takut."
Hujan deras dan petir yang saling sahut menyahut malam itu menjadi teman ku bersama rasa takut yang ku punya.
"Masya Allah Kanaya, kamu kenapa sayang?" tiba-tiba suara panik seorang wanita paruh baya mendekat.
"Pah...papahh, tolong pah...!!!"
"Kenapa sih mah, kok teriak-teriak gitu! Udah malam gak enak sama tetangga."
"Itu pah Kanaya, dia histeris lagi," tungkas seorang wanita paruh baya dengan derai air mata membasahi pipinya.
"Stoooppp...hiks...hiks...hiks stop," suara Kanaya melemah dan tubuhnya bergetar hebat.
"Kanaya jangan takut sayang, di sini ada Papah nak." sahut laki-laki paruh baya yang menyebut dirinya papah itu.Di rengkuhnya tubuh rapuh sang putri kedalam dekapannya. Ia harap pelukan hangat seorang ayah bisa sedikit mengurangi tekanan batin yang kini tengah di tanggung putri satu-satunya itu. Sebagai seorang ayah, hatinya ikut teriris melihat kondisi sang putri yang seperti ini. Iya tak tau apa yang menyebabkan putrinya sekacau ini. Sejak bangun dari koma sebulan yang lalu, setiap hujan turun dengan deras di sertai petir Kanaya pasti akan histeris dan ketakutan tanpa tau penyebabnya apa. Padahal, ia sudah bertanya pada Kanaya, kenapa? Tapi setiap ia dan sang istri menyinggung hal itu, Kanaya pasti akan mengalihkan pembicaraan dan menyakinkan pada kami bahwa ia baik-baik saja.
"Kanaya takut Pah,"
"Kamu jangan takut sayang, Papah sama Mamah akan selalu ada buat kamu." suara parau wanita paruh baya menimpali.
"Sekarang lebih baik kamu tidur ya sayang, Mamah sama Papah temenin."
Akhirnya setelah menunggu beberapa saat gadis rapuh tersebut tidur di dalam dekapan hangat sang ibu. Walaupun tidurnya tak setenang biasanya tapu mereka bersyukur, kini putrinya bisa istirahat sejenak dan melupakan masalah yang ada.
*****
Kini langit mulai memberikan semburat senja, hiasan corak putih awan yang beragam tengah beradu dengan sinar mentari menghasilkan awan jingga yang lebih indah. Desau angin jahil menerpa permukaan kulit ku. Guguran ranting kecil serta daun yang menguning jatuh perlahan dan disambut oleh kerasnya tanah.
Tadi, saat aku tengan berjalan-jalan di sekitar kompleks perumahan ku langkah kaki ku menuntun ku ke taman. Namun, setelah aku sampai di taman aku terpesona melihat sebuah danau yang indah dan asri. Sepertinya danau ini jarang di kunjungi orang bayak. Terbukti kini aku di sini sendiri, hanya ada beberapa orang berlalu lalang. Itu pun, bisa ku itung dengan jari.Di sini aku mendapan ketenangan yang sejak lima bulan lalu tak pernah ku dapat lagi. Aku tak menyangka di kota sebesar Jakarta masih ada tempat seasri ini. Aku bersyukur menemukan tempat ini, sepertinya tempat ini akan ku jadikan tempat paporit ku selama aku tinggal di sini. Hingga tak terasa hari mulai beranjak malam. Matahari mulai tergelincir meninggalkan langit, di gantikan dengan ribuan bintang dan bulan. Aku pun memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat ini. Untung saja jarak taman dan rumah ku tidak terlalu jauh, hingga tak membutuhkan banyak waktu untuk aku sampai di rumah.
Jangan lupa vote dan comentnya ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Dan Hujan
Romance"jika matahari pergi karena adanya bulan dan kegelapan, apakah kamu akan pergi, jika aku datang dengan banyak kekurangan." ~KAMU DAN HUJAN~